Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Jumat, 29 Agustus 2014

Sambal Pedas Bikin Pulas



“ Setahun kita bercinta, suka duka bersama, sejuta asmara penuh pesona...
Kau regukan madu cinta, hatiku terlena akan manisnya cintamu getarkan jiwaku...
Senyummu adalah laraku, tawamu adalah lukaku, manisnya janjimu racuni cintaku...
Mengapa engkau harus berdusta, kau buat hati ini terluka demi orang yang kau suka kau berpaling cinta...
Aku disini kau buat kecewa...           
Bukankah engkau telah berjanji, kau dan aku sehidup semati...
darahmu darahku kau jadikan satu. Itu sumpahmu yang kau ucap dahulu...”.

                Siang itu jalanan begitu ramai. Gumpalan asap menari luwes di depan mata sang pecandu nikotin ditambah bising kenalpot motor  yang membuat gendang telingaku seakan pecah hingga aku tak mampu berpikir dengan apa yang akan aku lakukan terhadap perasaanku yang kian dilema karena rasa yang kupikir akan membuatku bahagia.
                “...Braaaak...” Suara pintu terbuka dengan keras membangunkanku dalam lamunan. Tak lama kemudian terlihat pemuda yang saat ini aku tunggu. Dia, ya dia orang yang ku cinta, orang yang setiap malam menemaniku dalam gelapnya dunia. Dia, dia adalah penghuni hati ini. Namun, apakah dia juga sama mersakan seperti apa yang aku rasakan atau malah sebaliknya ?. Aku tak tau. Yang aku tau, aku sangat mencintainya.
                “ Indah udah lama kamu disini ? ”. Tanya dia kepadaku.
                “ Enggak kok, baru 30 menit saya disini ”. Jawabku atas pertanyaannya.
                “ Maaf yaaa udah membuat kamu nunggu ”.
“ Udah biasa saya nunggu kamu, jangankan 30 menit, 3 tahun pun aku siap untuk menunggu kamu ”. Jawabku
Ya memang aku menanti Ridzal untuk menyatakan cintanya kepadaku hingga tiga tahun. Wajarlah namanya juga perempuan hanya bisa menunggu.
“ Indah dengan kamu mendiamkan aku seperti ini, kamu senang ?, kenapa kamu diam saja ?  jawab Ndah, jawab”. Ucap Ridzal.
Aku tak mampu memjawab pertanyaannya, aku hanya mampu diam seribu bahasa. Aku tau aku salah dengan tidak menjawab semua pertanyaannya. Semua itu karena aku tak mampu menahan rasa kecewa yang aku rasakan namun disisi lain aku tak mau kehilangan dia, dia yang telah membuat aku bahagia.
“ Kamu kenapa Ndah ? apa salah saya ?”.
Lagi-lagi aku tak mampu menjawabnya. Aku hanya bisa menggelengkan kepala.
Entah siapa yang salah aku atau dia. Semua ini karena lebih dari satu minggu dia tak menghubungiku, aku takut dia memiliki kekasih baru apalagi kata teman-temanku dia banyak teman perempuannya. Mungkin aku yang egois yang tak mau dia meninggalkan aku meski pun dia juga belum tentu menduakan cintaku.
Dalam hati kuberkata “Tuhan apa yang harus aku lakukan hati dan pikiranku kini tak sejalan. Kini hanya ada rasa curiga yang selalu muncul dipikirannku”.
Tak terasa jarum jam dengan cepat berputar seolah muak melihatku tak menjawb semua pertanyaan Ridzal hingga kami putuskan untuk pulang.

“…Terhempas dialas kerikil tajam
Sempat membuat aku termangu
Mulanya teramat perih
Dan kusimpan rasa duka ini seolah tak bertepi
Mengelombang dipuing-puing hati
Tak memilikimu lagi kenyataan yang akan ku hadapi kini
Hilang arahku mencari pijakan diri
Karena cintamu tempatku membasuh letih
Tapi sayang aku harus sendiri menysuri setapak cerita sunyi
Biar aku yang merasakan betapa sakitnya ini
Cukup aku, kau tertawalah sampai puas
Hingga tercapai apa yang kamu cari yang tak mampu aku beri…”
Cirebon, 18 Agustus 2013. Hati ini masih tak mampu menemukan satu kenyamanan yang dulu pernah tercipta. Dan sekali lagi sudah dua hari tak ada kabar dari Ridzal. Apa yang harus aku lakukan, bertahan atau melupakan ?. Jika bertahan, hati ini akan terus merasa sakit. Namun, jika aku harus melupakannya, hati ini bukan hanya sakit tapi sulit itu sudah pasti. Tak mungkin aku dengan mudah melupakan dia yang telah menemaniku setiap hari. Aku, aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Dengan selembar kertas Indah menulis apa yang dia rasakan yang tak mampu dia katakan kepada Ridzal.

“…Lentik jemari telah lukiskan sang dewa rembulan malam, sejenak mata terbuai lelap akan paras pesonanya yang sangat terlihat merona.
Teduh mata berseri wajah akan cinta yang telah menjamah didalam sanubari dengan perlahan dan menghembuskan nafas terikhlasnya.
Gemintangnya purnama malam membuka sejuta lembar kenangan yang sangat mengesankan dan masih menggumpal bersama serpihan-serpihan didalam relung hati.
Ku puja rindu kasih disepanjang waktuku dengan segenap ketulusan hati meski pun kini kian samar dan tak bertapak seiring bergulirnya waktu…”.

                “...KkkrrrRRrrriing...”, suara hand phone Indah berbunyi membangunkannya dari lelapnya mimpi yang sedikit mampu mendamaikan jiwanya.
“ Bangun sayang ini udah pagi ”. Pesan singkat yang Ridzal kirim untuk Indah.
Indah pun menjawab pesan singkatnya. “ Kemana aja kamu ? “.
“ udah dong jangan marah terus, apa salah saya sampe kamu masih memarahi saya ”. Jawab Ridzal. Namun, Indah tak mampu memberikan jawaban dari pesan yang Ridzal kirim untuknya.
Kini sang fajar sudah membukakan dunia dengan memancarkan cahaya yang Ia miliki, yang membuat dunia menjadi cerah. Dan saat itu pula tak lama lagi jam sekolah akan segera dimulai, mau tak mau Indah harus ke sekolah meski pun hanya jiwanya yang pergi sedangkan pikirannya Ia tinggalkan hanya untuk memikirkan Ridzal.

‘’…Walau tubuh dan raga ini engkau pandang sebelah mata
Cukup dalam hati ini saja ku simpan rasa ini
Sebab hanya engkaulah yang abadi dalam hatiku
Meski cinta kasihmu hanyalah sebatas impian tuk memilikimu…’’
Pukul 13.00 Ridzal masih menunggu jawaban pesan singkatnya yang Ia berikan untuk Indah pagi tadi berharap Indah akan membalasnya. Namun, tak ada jawaban dari Indah untuk Ridzal hingga akhirnya Ridzal sadar telah membuat Indah cemas karena tak menghubunginya berhari-hari. Tak lama kemudian Ridzal mengirimkan pesan singkat untuk Indah.
“…Sepasang mata yang tak selalu melihatmu, jemari tak selalu menyentuhmu, sepasang kaki yang tak pernah berjalan bersamamu. Namun, ku punya hati dan perasaan yang penuh kasih sayang untukmu…”. Seperti itu pesan yang Ridzal kirimkan untuk Indah.
Namun, Indah tak memperdulikannya dia sudah teramat kecewa masiki pun dia juga senang Ridzal sudah menghubunginya lagi.
Keesokan harinya Ridzal menjemput Indah ke sekolah dan mengajaknya pergi untuk mendinginkan perasaan yang semakin hari semakan panas. Ridzal membawa Indah ke suatu tempat dimana dia setiap hari main disana.
“ Sayang, maaf beberapa hari ini saya ga menghubungi kamu ”. Ucap Ridzal.
Indah pun menjawab. “ Iya aku ngerti, aku tau kamu sibuk tapi apa salahnya kamu kasih kabar. Aku disini nunggu kabar dari kamu. Aku khawatir sama kamu. Apa aku salah seperti itu ? ”.
“ Enggak sayang, malah saya beruntung memiliki pasangan seperti kamu. Maaf udah buat kamu khawatir. Yang pasti saya ga ngehubungi kamu bukan karena saya menduakan kamu tapi karena saya sayang sama kamu, semua ini saya lakukan agar hubungan kita ga datar gitu-gitu aja, agar ada rasa kangen ketika kita gak ada komunikasi dan yang paling penting semua itu untuk menguji diri saya tenyata merasa kehilangan kamu saat kita gak ada komunikasi . Jawab Ridzal
Indah pun tersenyum, Ia sadar ternyata rasa curiga yang dia rasakan tak sesuai dengan kenyataan. Dia mulai berfikir bahwa yang terpenting dalam suatu hubungan itu adalah saling percaya satu sama lain.

“…Mungkin aku bukan cupid yang mampu memanah tepat di hatimu dengan cinta…
Mungkin aku bukan amour yang paham segala tentang cinta…
Mungkin aku bukan romeo yang rela mati demi kekasihnya…
Mungkin aku bukan pujangga yang bisa merayumu dengan kata-kata yang indah..
Aku hanya orang yang mencintaimu apa adanya…
Aku tak tau sedalam apa rasaku itu…
Yang aku tau aku mencintaimu lebih  dari aku cinta kepada diriku Sendiri…”
  Cirebon, 21 Agustus 2013. Sang fajar telah menutup matanya dan kini giliran sang Dewi malam memancarkan sinarnya diantara ribuan bintang yang selalu setia menemaninya sepanjang malam. Tiupan angin dari sang alam meleburkan rasa kecewa yang Indah rasakan. Dia menemukan kembali serpihan hati yang telah hancur, hancur karena rasa curiga yang tak semestinya Ia rasakan.
“...Aku tau rasanya sakit…
Karna aku pernah terluka…
Aku pernah merasakan kesepian..
Karna aku pernah terpuruk dalam kesendirian…
Aku tau rasanya kecewa…
Karna aku pernah di abaikan…
Dan aku tau rasanya bahagia…
Karna kini aku mengenalmu…”
Tak lama kemudian Ridzal mengirimkan pesan singkat untuk Indah.
“ Masalah dalam sebuah hubungan itu seperti makan sambal yang pedas, makin berasa pedasnya, makin menikmati sensasinya dan makin lupa akan kesehatan lambungnya hingga terbawa dalam sensasi sesaat. Begitu pula dengan pacaran kalau gak saling percaya akan selalu timbul masalah dan panaslah sebuah hubungan itu hingga lupa dengan perjuangan yang selama ini telah diperjuangkan dalam mempertahankan hubungannya ”.
Dan Indah pun tersenyum, kini Ia tau apa yang harus Ia lakukan di hari esok untuk mempertahankan hubungannya dengan orang yang selama ini Ia cinta.


Karya Derif Rys Gumilar

Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar