Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Kamis, 28 Agustus 2014

19 November 2011 - 30 November 2012

Cirebon, 19 November 2011. Gilar, dia adalah Mahasiswa semester 5 di salah satu perguruan tinggi di Cirebon. Kini dia berusia 19 tahun, dengan tampang biasa saja, materi juga tidak ada bahkan dia merasa tak ada yang bisa dia banggakan dalam hidupnya, terkadang dia berfikir hidup itu hanya cuma numpang lewat kemudian selesai begitu saja tanpa ada harapan untuk ada yang mengenangya. Namun, semuanya berubah setelah dia mengenal Airis. Airis adalah teman kuliah Gilar. Dia adalah orang yang telah lama Gilar sayangi dari semester pertama sampai saat ini dia masih menyayanginya namun rasa sayang itu bertepuk sebelah tangan. 13 November 2010 Gilar pernah menyatakannya namun semua itu sia-sia karena keinginannya tak sesuai dengan kenyataan yang ada, Tapi itu masa lalu.
Sabtu di tanggal 19 November 2011. Hari itu biasa saja tak ada yang aneh, Gilar bangun pagi, kuliah dan langsung pulang ke rumah. Tak ada fikiran untuk mampu tersenyum bahagia dihari esok hingga sampai pukul 16.10 dia membuat status di facebook sepenggal lagu dari ungu yang berjudul Disini Untukmu yang juga menjadi sountrack film Coklat Strowbery “Masih disini menantimu berharap kau akan memikirkanku, masih disini menunggumu menanti jawaban atas cintaku”. Namun Setelah itu, dia begitu terkejut ketika ada teman di Facebook yang berkomentar “Nanti malam saya beri jawabannya…hehe”. dia merasa aneh, bingung dan ada rasa senang juga karena yang berkomentar itu adalah Airis, orang yang dia sayangi dari semester 1.
Malam pun tiba, Gilar mendapat pesan singkat dari Aris “Nanti kalau sudah selesai pertandingan Thailan vs Indonesia selesai saya telpon kamu yaa” begitulah pesan yang Gilar terima. Yaa memang pada waktu itu sedang ada AFF Cup dan hampir masyarakat Indonesia sedang menonton tim kebanggaannya bertanding untuk memperebutkan piala bergengsi tersebut. Tak selang berapa lama Airis pun menelpon Gilar namun ada hal yang membuat Airis kecewa. Saat itu Gilar duduk dengan temannya dan temannya sedang menyalakan Rokok, Airis mendengar suara korek api dan dia menyangka Gilar lah yang sedang merokok hingga akhirnya dia mematikan teleponnya.
Rasa yang bercampur aduk antara merasa bersalah namun tak tau apa yang membuat Gilar merasa bersalah. Angin malam pun terus menggoyakan pikirannya seolah meminta untuk terus berfikir agar dia apa kesalahanya karena Ia sendiri pun tahu yang merokok itu bukan dirinya namun temnnya tapi apa daya Airis sudah terlanjur marah.
Tak lama kemudian Airis mengirimkan pesan singkat untuk Gilar “Sebenarnya saya ingin mengatakan kalau saya juga sayang sama kamu, saya mau membuka hati saya untuk kamu, saya memberikan kesempatan untuk kamu untuk menjadi calon teman hidup saya karena saya tidak mencari pacar tapi saya mencari teman hidup. tapi yaa udahlah lupain aja”. Seperti itu pesan singkat yang Gilar terima dari Airis. Namun Gilar bingung karena Airis marah hingga akhirnya Gilar menghubungi Airis untuk menjelaskan masalahnya namun Airis tak menghiraukan panggilannya hingga berulang-ulang akhirnya Airis pun mengangkat telepon dari Gilar dan dan bisa mengerti.
Waktu terus berlalu, jarum jam tak mau berhenti berputar. Gilar dan Airis masih asik ngobrol walau pun hanya lewat telepon hingga akhirnya waktu sudah menunjukan pukul 01.00 WIB dan mereka pun bergegas untuk menyelesaikan pembicaraannya. Ya malam itu memang indah bagi Gilar karena kini dia bisa dicintai oleh orang yang sangat Ia cintai.
Sang fajar membangunkan Gilar dari lelapnya mimpi. Udara yang sejuk kini bermain dalam helaian nafas yang Ia hembuskan, dedaunan dan pohon seperti ikut menikmati sejuknya pagi ini bersama burung-burung yang teruus bermain diranting-ranting pohon seakan menegaskan inilah indahnya kehidupan jika hati dan fikiran sejalan dan seirama.
Dering suara hand phone berbunyi mengejutkan Gilar yang masih terdiam namun ketukan membuka pesan singkatnya dia malah lebih terkejut karena pesan itu dari Airis. “Bangun sayang udah pagi”. Begitulah isi pesan dari Airis. Gilar merasa inilah yang dinamakan bahagia ketika cinta itu tak bertepuk sebelah tangan dan selalu dikelilingi orang-orang yang dia sayangi.
Sepanjang hari Gilar merasa bahagia. Canda, tawa, air mata dan duka mereka lewati berdua. Mereka sadar itu adalah rintang yang harus mereka lewati. Perbedaan bukan menjadi halangan namun dari perbedaanlah yang bisa menyatukan mereka. Gilar pernah berkata pada Airis “Ay, tau ga kenapa pelangi itu indah?”. Airis hanya terdiam. Kemudian Gilar melanjutkannya, “Ay, pelangi itu indah karena pelangi itu tidak hanya satu warna. Perbedaanlah yang menjadikan pelangi itu indah”. Airis pun tersenyum.
Hari ini tepat ulang tahun Gilar. Di Facebook, di ponsel milik Gilar, dan teman-temannya mengucapkan selamat ulang tahun. Namun, Gilar merasa ada yang kurang karena Airis belum mengucapkannya, Gilar menanti ucapan dari Airis namun hingga pukul 14.00 WIB tak ada ucapan darinya. Hingga akhirnya pukul 16.30 WIB hal yang diluar dugaan itu hadir. Airis datang ke rumah Gilar tanpa sepengetahuan Gilar. Gilar kaget, tidak menyangka dia akan datang ke rumah. Yaa Rencana Airis berhasil untuk membuat Gilar shock tapi Gilar pun sangat senang karena Airislah satu-satunya perempuan yang pernah datang ke rumahnya selama 20 tahun dia hidup.
Rintik hujan menemani perjalanan Gilar untuk mengantar Airis pulang ke rumah. Ditengah perjalanan, Gilar berkata “Kamu jahat Ay, saya tunggu-tunggu ucapan dari kamu tapi kamu ga ngucapin-ngucapin, sekarang eh malah bikin saya kaget tiba-tiba datang ke rumah aja, saya kira kamu ga tau hari ini ultah saya. hehe”. Ucapnya sambil tersenyum. Kemudian Airis pun menjawab “tapi hari ini senengkan?”. Gilar pun menjawab “hari ini saya sangat senang karena orang yang saya cintai mengucapkan selamat ulang tahun untuk saya dan asal kamu tau Ay, kamulah kado terindah yang diberikan Tuhan untuk saya”.
Malam pun kian larut namun mata ini tak mampu bergegas untuk menutupnya. Gilar penasaran dengan bingkisan yang diberikan oleh Airis Untuknya. Ketika Ia buka bingkisannya air mata pun jatuh tapi air mata itu bukan air mata duka melainkan air mata bahagia ketika Ia membaca satu kalimat dari Airis “Dariku yang selalu mencintaimu”. Yaa satu kalimat yang penuh akan makna, kata selalu yang berarti tetap sampai kapan pun yang tak terbatas oleh waktu. Dari kalimat itulah Gilar merasa beruntung karena Tuhan telah mengirimkan Sang Dewi Matahari yang akan selalu menyiarinya setiap hari. Dari kalimat itu jugu Gilar berusaha untuk membahagiakan Airis sebisa dan semampu dia.
Cirebon, 31 Desember 2011. 14.00 WIB, Rintik hujan membasahi seluruh derah Cirebon. Ya malam ini adalah malam tahun baru. Namun, perasaan Gilar merasa kacau ketika tahu hujan tak kunjung juga reda, Gilar takut hujan akan makin deras dan tak mempu menyambut tahun baru dengan orang yang dia cintai yaitu Airis. Gilar memang menanti tahun baru ini karena dia memang tak pernah menyambut tahun baru dengan pasangannya, tiap malam tahun baru dia selalu terdiam diri di dalam kamar.
Pukul 16.00 hujan pun mulai reda, Gilar mulai bersiap-siap untuk menjemput Airis hingga akhirnya puku 17.30 dia pun berangkat menjemputnya. Yaa memang dia berangkat jauh sebelum pukul 24.00 tepat pergantian tahun karena memang acara tahun barunya kumpul-kumpul dengan teman-teman Gilar yang berada di jalan Kartini.
Malam itu malam yang sangat panjang jika boleh berdoa Gilar ingin malam ini jangan sampai berakhir biarlah sang Fajar tak menampakan keagungannya. Malam semakin larut dan acara pun semakin seru. Hampir setiap yang hadir itu membawa pasangannya begitu pula dengan Gilar. Disana Gilar dan teman-temannya membuat jagung bakar dan dan ayam panggang. Namun perut tak bisa dikompromi, lapar melanda hingga akhinya Gilar dan Airis serta temannya Gilar yang membawa pasangannya juga Gilar ajak untuk mencari makanan untuk disantap. Dan nasi goreng, ya makanan favorit Barack Obama itulah yang mereka beli dan mereka makan disana tepatnya di jalan Wahidin.
Ketika selesai makan mereka bergegas kembali namun jalanann macet total, gemuruh kenalpot motor dan klakson meneriakan suaranya hingga telinga ini tak mampu mendengar lagi selain suara kenalpot motor. Langit Cirebon menjadi berwarna ketika petasan dan kembang api mulai mengudara tanpa mereka sadari kini sudah pukul 24.00. Gilar dan Aris pun tak meu menyia-nyiakan momen yang hadir satu tahun sekali itu dan mereka pun mulai merekamnya melalui ponsel Airis. Ya memang video itu mereka rekam agar mereka bisa mengenang moment tersebut.
Waktu terus berlalu namun mereka tidak juga terlelap dalam mimpi seperti teman-temannya yang lain, padahal disana sudah disedakan kamar khusus perempuan dan kamar kahusus laki-laki. Mereka tetap berbincang-bincang hingga subuh menjelang mereka tetap berbincang-bincang hingga akhirnya ada teman yang mengajak untuk melihat Sunset dilaut yang ada di daerah Cirebon. Pukul 05.30 WIB, 4 laki-laki dan 4 perempuan berangkat menuju Kejawanan. Ganasnya angin laut mengkoyakan badan yang semalaman tak mau untuk terlelap namun itu bukan halangan karena ada Airis yang selalu menghangatkan jiwanya cukup hanya dengan senyumannya.
Aku tau rasanya sakit…
Karna aku pernah terluka…
Aku pernah merasakan kesepian..
Karna aku pernah terpuruk dalam kesendirian…
Aku tau rasanya kecewa…
Karna aku pernah di abaikan…
Dan aku tau rasanya bahagia…
Karna kini aku mengenalmu…
# Gilar
Kuningan, 13 Januari 2012. Palutungan dan Taman Kota menjadi tujuan. Itu kali pertama mereka pergi main diluar kota Cirebon, maklum Gilar belum bisa kerja jadi belum mampu mengajak orang yang dia cintai pergi ke tempat-tempat yang indah dan Gilar pun termasuk orang yan cupu dan kuper yang tidak tau temapt-tempat wisata. Tapi dalam hati kecil Gilar, Ia ingin membuat Airis tersenyum, Ia juga ingin berduaan di tempat yang indah tapi apa mau dikata kenyataan tak sesuai dengan apa yang Gilar inginkan.
‘’…Walau tubuh dan raga ini engkau pandang sebelah mata
Cukup dalam hati ini saja ku simpan rasa ini
Sebab hanya engkaulah yang abadi dalam hatiku
Meski cinta kasihmu hanyalah sebatas impian tuk memilikimu…’’
# Gilar
Gelap kian pekat, sinar yang dulu terpancar terang kini seakan meredup bukan karena menipisnya rasa sayang namun kejenuhan yang sedang melanda. Apa pun yang terjadi Gilar tetap percaya dengan apa yang diucapkan oleh Airis. Airis pernah berkata “Setiap hubungan pasti ada titik jenuhnya tapi kita jangan kalah oleh rasa jenuh tapi sebaliknya kitalah yang harus mengalahkan rasa jenuh”. Kalimat itu yang meyakinkan Gilar untuk tetap bertahan dengan orang yang Ia cintai dan hasilnya pun tidak sia-sia Gilar mampu mengalahkan rasa jenuh itu.
“…Mungkin aku bukan cupid yang mampu memanah tepat di hatimu dengan cinta…
Mungkin aku bukan amour yang paham segala tentang cinta…
Mungkin aku bukan romeo yang rela mati demi kekasihnya…
Mungkin aku bukan pujangga yang bisa merayumu dengan kata-kata yang indah..
Aku hanya orang yang mencintaimu apa adanya…
Aku tak tau sedalam apa rasaku itu…
Yang aku tau aku mencintaimu lebih dari aku cinta kepada diriku Sendiri…”
19-20 November 2011
# Gilar
Tak terasa tujuh bulan mereka lewati bersama. Suka dan duka sudah terbiasa menghampiri. Kini mereka memiliki tugas kuliah selama tiga bulan mereka jarang bertemu. Tugas untuk praktek mengajar di sekolah. Gilar dan Airis berbeda tempat praktek mengajar, hal itulah yang membuat mereka menjadi jarang bertatap muka.
Waktu masih berjalan bersama helaian nafas yang masih berhembus, sesekali Gilar menarik nafas yang panjang dan sesekali pula nafasnya tertahan berharap semua beban dapat terselesaikan. Namun apa daya beban dan fikiran makin meumpuk di dalam kepala. Logika tak terpakai, Airis pun kini mulai berubah. Dia menjadi tertutup, emosi mudah terpancing dan kesal itu menjadi makanan Airis setiap kali Gilar menghubunginya.
Dilema kini bermain dikepala Gilar. Sesekali Ia berfikir “Apa salah saya?, Apakah saya menjadi beban dalam hidup dia?, Apakah memang saya tidak pantas untuk dia?, Apa saya salah mencintai dia?”. Ya memang Gilar dan Airis ibarat langit dengan bumi, sangat jauh berbeda. Siapa yang tidak suka dengan Airis, Dia cantik, baik. Sedangakn Gilar, tak ada yang bisa dia banggakan. Bahkan terkadang dia berfikir bahwa hidup itu Cuma numpang lewat saja.
Dalam hatiku ada kamu
Namun di hatimu adakah aku
Tolonglah katakan sayang
Karna ku rasa kini kau berubah
Walau dirimu masih miliku
Namun ku ragi akan cintamu
Ku mohon katakan sayang
Karna ku takut kehilangan cintamu
Jujur saja kau anggap aku apa
Mengapa kau tak berterus terang
Jujur saja ku ragukan cintamu
Karena dirimu tak seperti dulu
Jujur saja kau menganggapku apa
Mengapa kau tak berterus terang
Jujur saja, jujur, jujurlah sayang
Walau dirimu tak lagi untukku saja
Lirik dari lagu Wonder Boys – Jujur Saja
Kecurigaan itu terus hadir karena Airis semakin tertutup. Siapa pasangannya jika pasannya itu tertutup tak ada rasa curiga. Curiga itu wajar karena tidak adanya keterbukaan. Curiga itu bukan karena tidak percaya namun karena ketertutupan yang selalu diutamakan. Inti dari sebuah pasangan itu adalah keterbukaan, saling percaya. Namun Gilar percaya pun percuma karena Airis tidak percaya dengan kata percaya yang Gilar ucapkan.
Tak terasa tinggal menghitung hari Airis akan berulang tahun, Gilar tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu Ia mencoba untuk membuuat Airis bahagia dihari ulang tahunnya. Bermodalkan Camera Ia mencoba memberikan sesuatu yang sederhana namun berkesan. Gilar berkeliling ke teman-teman kuliahnya Airis, ke Guru-guru SMKnya, kepada adik-adik kelas di SMKnya Airis untuk meminta ucapan ulang tahun untuk Airis. Malu memang namun bagi Gilar apalah arti malu jika dibandingkan dengan membahagiakan orang yang dia cintainya. Dan berhasil namun Gilar tak tahu apakah dia juga berhasil membuat Airis bahagia dihari ulang tahunnya hanya dengan sebuah video sederhana. Yaa hanya Airis yang tahu, Gilar hanya bisa berusaha semampu dia.
Namun, Gilar masih belum bisa membuat Airis seperti dulu hingga akhirnya Gilar mencoba merefresh keadaan dengan jalan berdua ke daerah Majalengka, Curug Cipeuteuy tepatnya namun masih seperti biasa Airis belum bisa seperti dulu.
Cobalah kau rasakan air mata ini
Sanggupkah kau temani setiap tetes setiaku
Aku bagai mendung yang setia pada hujannya
Akan selalu ada dan terus bertahan
Senyummu tak’kan terganti
Maafku tak’kan memilih
Sabarku selalu berharap kau kembali
Jawab, jawablah tanyaku ini
Apa ku tak di hatimu atau kau hanya mimpiku
Tolong katakan, katakan padaku bila ku tak ada di hatimu
Biarlah kau hidup dimimpiku
Lirik dari lagu Armada – Jawab
Hari silih berganti hingga akhirnya selesailah tugas praktek mengajar di sekolah. Untuk mengapresiasi Airis, Gilar mencantumkan nama orang yang dia cintai di dalam laporan selama Praktek itu berlangsung. Isi tulisannya “Terimakasih untuk kekasihku, Airis yang telah setia menyuport pembuatan laporan ini, tanpamu mungkin saya tak akan pernah semangat dalam menyelesaikan laporan ini. Terimakasih ku ucapakan untukmu Peri Kecilku”. Tulisan itu sangat sederhana namun penulisan itu ditempatkan didalam sesuatu yang sangat berharga, penuh dengan perjuangan.
Kampus pun menjadi tempat utama untuk bisa bertemu namun sekali lagi cobaan datang dalam kisah cintanya. KKN, itu menjadi belenggu Gilar merasa takut akan kehilangan orang yang sangat dia cintai. Apalagi selama KKN mereka terpisah selama satu bulan dan kecurigaan pun kembali datang. Tempat KKN mereka tak jauh hanya berjarak 10 menit perjalanan dari tempat KKN gilar ke tempat KKN Airis namun Gilar tah pernah menginjakan kakinya ke tempat KKN Airis bukan karena tidak mau tapi karena Airislah yang melarangnya.
Gilar merasa ada yang aneh namun semakin Gilar mempertanyakan Airis semakin benci kepada kekasihnya itu. “kepala itu rasanya ingin pecah, ingin sesekali ku tandukan pada tembok yang kokoh berdiri di depan pintu agar fikiran-fikiran ini pun hilang lebur bersama hancurnya tembok. Tangan ini sudah lelah memegang erat kepala, otak pun sudah lelah untuk terus berfikir. Air mata ini sudah kering dan tak mampu mengeluarkan cairannya lagi. Mata ini sudah lelah untuk terus melihat orang-orang yang terus menasehatiku, telinga ini sudah panas mendengar cacian dari dia. Tuhan inikah caramu menguji rasa cintaku?”. begitulah tulisan yang Gilar buat ddalam selembar kertas yang ada di tas kecil berwarna hitam.
Minggu kedua di KKN, semakin Gilar tak mengerti ketika Airis mengatakan “Beb, komunikasi kita, kita batas yaa biar kita ga marahan terus terus biar kita fokus juga dalam tugas kita di KKN”. Gilar hanya bisa terdiam, merenung sambil berfikir “Sebenarnya ini ada apa” . gilar tak mampu berontak karena Gilar sangat mencintai Airis akhirnya Gilar mengikuti apa kemauan Airis karena semakin Gilar menanyakan Airis semakin marah.
Minggu-minggu itu terasa lama bagi Gilar, penat, ingin berontak namun apa daya Gilar sangat mencintai Airis. Dalam hatinya menangis, Ia merasa hanya dia laki-laki yang tak mampu membahagiakan kekasihnya. Sebenarnya Gilar selalu mencoba untuk membahagiakan Airis, Ia mencoba dengan apa yang dia bisa namun semua itu sia-sia, Gilar merasa tak pernah mampu membahagiakannya.
“…Lentik jemari telah lukiskan sang dewi rembulan malam, sejenak mata terbuai lelap akan paras pesonanya yang sangat terlihat merona. Teduh mata berseri wajah akan cinta yang telah menjamah didalam sanubari dengan perlahan dan menghembuskan nafas terikhlasnya. Gemintangnya purnama malam membuka sejuta lembar kenangan yang sangat mengesankan dan masih menggumpal bersama serpihan-serpihan didalam relung hati. Ku puja rindu kasih disepanjang waktuku engan segenap ketulusan hati meski pun kini kian samar dan tak bertapak seiring bergulirnya waktu…”.
# Gilar
Cirebon, 24 November 2012. Penat dengan semua tugas KKN, Airis dan Gilar pun tak mampu meredamkan amarahnya. Airis dengan ketertutupannya sedangak Gilar dengan rasa ingin tahu penyebab ketertutupan Airis. Namun semakin Gilar menanyakan Airis semakin kesal dan Airis pun marah besar. Hingga akhirnya Gilar mencoba berfikir harus seperti apa, harus bagaimana dan harus apa untuk tetap bertahan. Keesokan harinya dengan rasa setengah hati Airis mengiyakan ajakan Gilar untuk keluar malam sekedar mendamaikan kondisi. Gilar tau dari mata Airis, sebenarnya Airis tak mau keluar malam dengan Gilar namun Airis hanya menghargai ajakan Gilar.
Jalan Siliwangi, Cirebon. Jalan yang sangat ramai banyak lampu yang membuat jalanan menjadi lebih berwarna, sekumpulan anak muda terus berdatangan, disebelah kanan-kiri tempat Gilar dan Airis duduk terdapat beberapa pasangan yang sedang dilanda asmara. Namun, apa yang terjadi dengan Gilar, Ia hanya berfikir dan terus berfikir bagaimana caranya membut orang yang dia cintai itu bisa bahagia. Dalam hatinya Ia menangis, Ia ingin membuat sesuatu yang tak mungkin pernah dia bisa lakukan. Dalam hatinya selalu berkata “Apa salah saya?” terus menerus kalimat itu menari difikirannya.
Pukul 20.00 WIB. Airis meminta Pulang dan Gilar Pun tak mampu menahannya kemudian Mereka memutuskan pulang namun ditengah perjalanan gerimis datang yang memaksa mereka untuk segera berteduh. Di daerah Pagongan, Ya disanalah mereka berteduh tepatnya di orang jualan Jagung Bakar, jagung bakar tersebut cukup ramai. Ini adalah janji Gilar karena dulu Airis pernah mengajak Gilar untuk beli jagung bakar yang berada di Pagongan namun karena waktu Gilar tak mampu selalu meng iyakan keinginan Airis. Gilar termasuk orang yang kuper dan cupu dimana setiap keluar malam orang tuanya selalu memarahinya karena itu lah Gilar merasa sampai saat ini belum bisa membahagiakan Airis.
Pukul 21.30. Gerimis masih mengguyur kota Cirebon namun mereka berdua memaksakan untuk tetap pulang dan hujan-hujanan.
“…Sepasang mata yang tak selalu melihatmu, jemari tak selalu menyentuhmu, sepasang kaki yang tak pernah berjalan bersamamu. Namun, ku punya hati dan perasaan yang penuh kasih sayang untukmu…”.
# Gilar
29 November 2012. Hari itu gelap, pekat menyelimuti fikiran dan hati Gilar. Amarah keduanya tak mampu terselesaikan. Ya Airis menghentikan perjalanan kisah cinta Gilar dan Airis. Airis memberikan pesan singkat melalui handphonnya yang dikirim kepada Gilar. “Sepertinya kita tak bisa melanjutkannya lagi, saya jenuh dengan semua ini. Mungkin saat ini kita berteman saja dulu jika kita jodoh kita pasti dipertemukan kembali”. Itu pesan dari Airis. Gilar tak mampu berbuat apa-apa, Gilar hanya pasrah. Terkadang Gilar tak menyangka Airis yang pernah berkata “Yang namanya sebuah hubungan pasti ada titik jenuhnya tapi kita jangan kalah oleh rasa jenuh melainkan rasa jenuhlah yang kita kalahkan”. Tapi nyatanya apa? Airis memakan ucapannya sendiri. Apalagi jika Gilar mengingat ucapan Airis yang tidak mencari pacar melainkan mencari teman hidup, Airis berkata tidak ingin menjalani sebuah hubungan dengan hanya mein-main tapi Airis menginginkan Untuk serius dalam sebuah hubungan.
Pukul 03.00 WIB. Gilarr masih belum bisa memejamkan matanya karena kenyataan yang herus Ia terima, bahkan saat Ia membuka metanya pun Ia tak percaya hubungan yang Ia pertahankan selama 1 tahun 10 hari berakhir dengan alasan jenuh, apakah itu adil?.
30 November 2012. Ya hari itu sangat berat, Gilar bertemu dengan Airis untuk meminta alasan kenapa harus berakhir. Di depan desa, Gilar yang menggunakan baju batik berwarna kuning tak mampu menahan air matanya agar tidak jatuh ketika melihan orang yang Ia cintai dan harus merelakannya namun apa daya perasaan tak bisa dipaksakan, jika itu yang membuat Airis bahagia Gilar pun rela meski harus terluka. Satu hal yang Gilar sesali, kenapa ini semua berakhir hanya dengan alasan jenuh sedangkan Gilar tek pernah mendukan dia, dia selalu mencoba untuk membahagiakan Airis, dia sangat percaya dengan Airis meskipun Airis tak pernah percaya jika Gilar berkata percaya.
Semula sungguh teramat indah cinta yang terjalin, sekian lama memadu kasih penuh kesetiaan berpegang pada janji suci yang telah terucap, melewati suka duka penuh kebersamaan. Akan tetapi semua tak seperti yang terangankan. Dengan celotehan yang menoreh hati terdalam bagai sayatan belati runcing tajam yang menikam pilu mengiris kalbu. Berkeluk isak tangis lara tak tertahankan. Lontaran duri perkataan tetap membekas kian melembam. Jiwa terasa tercekik tersungkur dalam kelam hingga terpuruk kaku bagai pohon tumbang.
Gilar hanya terdiam, ia masih tak menyangka hanya Jenuh yang menjadi alasan berakhirnya perjalanan cinta yang ia perjuangkan padahal Airis yang pernah berkata kita tidak boleh kalah oleh rasa jenuh tapi rasa jenuhlah yang kita kalahkan. Namun, mungin itu hanya pemanis belaka. Gilar tak menyesal dengan semua itu namun yang Ia sesali adalah waktu, Gilar tak menyalahkan dia yang telah menyakitinya namun itu salahnya Gilar karena sangat tulus mencintai Airis.
Dalam selembar kertas Gilar menulis kan sebuah kalimat “Setahun kita bercinta, suka duka bersama, sejuta asmara penuh pesona. Kau regukan madu cinta, hatiku terlena akan manisnya cintamu getarkan jiwaku. Senyummu adalah laraku, tawamu adalah lukaku, manisnya janjimu racuni cintaku. Mengapa engkau harus berdusta, kau buat hati ini terluka demi orang yang kau suka kau berpaling cinta. Aku disini kau buat kecewa. Bukankah engkau telah berjanji, kau dan aku sehidup semati karena yang kau cari teman hidup. darahmu darahku kau jadikan satu. Itu sumppahmu yang kau ucap dahulu”.
“…Terhempas dialas kerikil tajam
Sempat membuat aku termangu
Mulanya teramat perih
Dan kusimpan rasa duka ini seolah tak bertepi
Mengelombang dipuing-puing hati
Tak memilikimu lagi kenyataan yang ku hadapi kini
Hilang arahku mencari pijakan diri
Karena cintamu tempatku membasuh letih
Tapi sayang aku harus sendiri menysuri setapak cerita sunyi
Biar aku yang merasakan betapa sakitnya ini
Cukup aku, kau tertawalah sampai puas
Hingga tercapai apa yang kamu cari yang tak mampu aku beri…”
# Gilar
19-20 November 2011 – 30 November 2012 berakhir dengan satu alasan yaitu Jenuh. Ya hanya jenuh. Wajar jika Gilar menyangka semua ini karena pihak ketiga karena Airis selalu tertutup kepada Gilar dan Gilar pun tak bisa memaksa agar Airis terbuka kepadanya, kemudian banyak yang mengatakan di KKN Airis menemukan orang yang mampu membuat dia bahagia yang jauh tak seperti Gilar yang hanya bisa membuat Airis menderita dan terbebani. Satu harapan Gilar semogai Airis bahagia dan semoga Airis tau mana yang lebih tulus untuknya.
Malam tahun baru 2012, Palutingan, Curug Cipeutuy, hanya jadi kenangan bahkan tiga hari sebelum berakhirnya perjalanan ini Jalan Siliwangi dan jangung bakar Pagongan jadi satu pijakan mereka.
“…Selamat tinggal sosok terindah semoga kau bahagi dengannya biarlah kau menjadi mimpi bagiku yang tak bisa tuk memeluk dirimu. Indah semua memang indah namun diakhir kisah hanya luka yang tersisa…”
# Gilar

Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar