Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Jumat, 29 Agustus 2014

Kinan



Bagi sebagian orang tempat baru berarti kehidupan baru yang mungkin akan jauh lebih indah dari pada kisah lalu. Namun, tidak denganku. Bagiku tempat baru sama seperti tersesat di tengah hutan, kita harus mengenali penghuni tempat itu, dan kita juga harus beradaptasi dengan lingkungan itu dari awal lagi.
            Di tempat itu, sebuah lembaga pendidikan yang bertempat di kota Cirebon aku memulai kehidupan baru. Disana aku seperti rumput kecil yang tumbuh di gurun pasir, tidak ada teman, sampai akhirnya aku bertemu dengan Kinan. Kinan adalah salah satu penghuni tempat itu. Di tempat itu Kinan bertugas sebagai staf tata usaha.
            Pertemuan aku dengan Kinan didasari ketidak sengajaan. Pertemuan itu ku sebut dengan peran alam. Alam yang merencanakan pertemuan ini, tanpa aku tahu dan tanpa Kinan tahu sebelumnya. Itulah yang lucu, bagaimana kita bisa kenal dengan orang yang sebelumnya berlum pernah kita kenal namun karena alam yang telah merencanakan pertemuan itu akhirnya kita bisa kenal bahkan kita bisa menjadi sengat akrab.
            Obrolan pertama dengan Kinan dimuali saat aku praktek mengajar di salah satu SMK yang berada di kota Cirebon.
            “Pak maaf mengganggu” ucap Kinan yang berada di samping pintu kelas.
            “Iya” jawabku sambil menghampirinya “ada apa yaa ?”           
            “Nanti malam ada acara buka puasa bersama di sekolah dengan guru-guru yang lain, bapak mau ikut ?”
            Yaa memang saat itu sedang bulan puasa.
            “Kayaknya enggak” jawabku yang memang kalau malam aku tidak bisa keluar malam “maaf yaa”.
            Di situlah awal pembicaraanku dengan Kinan. Pembicaraan penolakan ajakan buka puasa bersama di sekolah. Dan setelah pembicaraan itu kita tidak berkomunikasi lagi.
            Di sekolah walau pun aku kadang satu ruangan dengannya, aku jarang ngobrol dengan dia seolah ada pembatas: dia seperti boneka barbie dan aku seperti boneka jaelangkung.
Waktu terus berlalu dan seiring berjalannya waktu tanpa disadari kita jadi sering ngobrol, saling cerita kehidupan masing-masing dan saling nge-add facebook. Saat itu facebook masih ramai penggunanya. Namun ketika kita mulai akrab masa prektek mengajar di sekolah tersebut selesai dan aku kembali lagi ke kampus. Itu berarti aku dan Kinan sudah tidak bisa bertemu lagi setiap hari dan komuniksi pun selesai.
Satu tahun berlalu masih tanpa komuniksi dengannya, bahkan mungkin dia sudah lupa denganku. Kontak hape dia aku tidak punya, hanya akun facebook dia yang aku punya. Di facebook kita cuma nge-like saja, jarang ngasih komen tapi tak apa setidaknya dia masih ingat denganku. Lucu yaa bagaimana orang yang sudah saling kenal tapi jarang bahkan tidak berkomunikasi lagi setelah beda tempat berlabuh.
 Secara ajaib komunikasi yang sudah lama terputus kembali seperti dulu lagi. Dari facebook lagi kita saling minta nomor hape dan komuniksai pun berlanjut, (tetep masih lewat facebook).
Aku yang mengawali sms. Ku buka hape yang ada di tangan, ku lihat semua kontak yang ada di hape dan entah kenapa tanganku berhenti di kontak hape dia. Tanpa pikir panjang aku sms dia, ada sedikit rasa malu tapi dalam hati berkata “bodo ahh”
“Hey” pesan dariku
Setelah itu, hape yang masih aku genggam muncul tanda “delivered”. Saat itu pula aku sadar, apa yang telah aku perbuat ? aku jadi enggan melihat layar hape. Ku simpan hape dengan posisi terbalik di atas tempat tidur.
5 menit berlalu. Tak ada balasan.
10 menit berlalu. Masih tanpa balasan.
20 menit berlalu. Tetap tak ada balasan.
Aku bengong. Tatapan mata kosong, mulut terbuka yang cocok untuk dijadikan alat penghisap nyamuk.
Bunyi hape memecahkan keheningan malam itu. Ku buka hape dan ternyata itu balasan dari Kinan.
“Maaf siapa yaa?”
Bego aku lupa ngasih nama bahwa pesan itu dari aku.
Ku balas smsnya dan dari pesan itu kita jadi akrab kembali. Kita jadi sering smsan, bahkan telepon-teleponan.
Cukup lama aku tidak bertemu dengan Kinan lagi. Kita hanya akrab di hape tidak secara langsung karena jadwal kerja dia yang padat dan jadwal kuliah aku yang saat itu juga sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk bertemu.
Sampai saat ini, saat aku menulis cerita pendek ini aku belum juga bertemu dengan Kinan dan Kinan juga tidak tahu bahwa aku sedang menulis cerita pendek ini yang  mengangkat kisah aku dan dia yang selalu gagal tiap kali kita akan bertemu.
Enggan rasanya aku membuat janji untuk bertemu dengan Kinan karena setiap janji yang aku janjikan kepada Kinan tak pernah terjadi, aku takut dia berpikir bahwa aku adalah orang yang cuma bisa memberikan janji belaka tanpa bukti.
Kini sudah tak ada pertemuan lagi. Mungkin sudah saatnya dia lupa dengan aku yang tak pernah bisa bertemu dengannya.
Seperti mendung yang menandakan akan turun hujan namun kadang mendung juga hanya meredupkan dunia saja tanpa turun hujan. Sama seperti janji yang pernah aku katakan kepada Kinan untuk bisa bertemu lagi dengannya, mulai dari janjian untuk jalan yang akhirnya gagal karena hujan, hingga janjian untuk nonton yang akhinrnya gagal juga karena anemia yang aku derita kambuh sampai tiga minggu lamanya.
Mungkin pertemuan aku dengan Kinan yang selalu gagal karena alam belum bisa mempertemukan kita dan alam belum mengijinkan kita untuk bertemu lagi.
Mungkin.


Karya Derif Rys Gumilar

Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar