Bagi sebagian orang tempat baru
berarti kehidupan baru yang mungkin akan jauh lebih indah dari pada kisah lalu.
Namun, tidak denganku. Bagiku tempat baru sama seperti tersesat di tengah
hutan, kita harus mengenali penghuni tempat itu, dan kita juga harus beradaptasi
dengan lingkungan itu dari awal lagi.
Di
tempat itu, sebuah lembaga pendidikan yang bertempat di kota Cirebon aku
memulai kehidupan baru. Disana aku seperti rumput kecil yang tumbuh di gurun
pasir, tidak ada teman, sampai akhirnya aku bertemu dengan Kinan. Kinan adalah salah
satu penghuni tempat itu. Di tempat itu Kinan bertugas sebagai staf tata usaha.
Pertemuan
aku dengan Kinan didasari ketidak sengajaan. Pertemuan itu ku sebut dengan
peran alam. Alam yang merencanakan pertemuan ini, tanpa aku tahu dan tanpa
Kinan tahu sebelumnya. Itulah yang lucu, bagaimana kita bisa kenal dengan orang
yang sebelumnya berlum pernah kita kenal namun karena alam yang telah
merencanakan pertemuan itu akhirnya kita bisa kenal bahkan kita bisa menjadi
sengat akrab.
Obrolan
pertama dengan Kinan dimuali saat aku praktek mengajar di salah satu SMK yang
berada di kota Cirebon.
“Pak
maaf mengganggu” ucap Kinan yang berada di samping pintu kelas.
“Iya” jawabku sambil menghampirinya
“ada apa yaa ?”
“Nanti
malam ada acara buka puasa bersama di sekolah dengan guru-guru yang lain, bapak
mau ikut ?”
Yaa
memang saat itu sedang bulan puasa.
“Kayaknya
enggak” jawabku yang memang kalau malam aku tidak bisa keluar malam “maaf yaa”.
Di
situlah awal pembicaraanku dengan Kinan. Pembicaraan penolakan ajakan buka
puasa bersama di sekolah. Dan setelah pembicaraan itu kita tidak berkomunikasi
lagi.
Di
sekolah walau pun aku kadang satu ruangan dengannya, aku jarang ngobrol dengan
dia seolah ada pembatas: dia seperti boneka barbie dan aku seperti boneka
jaelangkung.
Waktu terus berlalu dan
seiring berjalannya waktu tanpa disadari kita jadi sering ngobrol, saling
cerita kehidupan masing-masing dan saling nge-add facebook. Saat itu facebook
masih ramai penggunanya. Namun ketika kita mulai akrab masa prektek mengajar di
sekolah tersebut selesai dan aku kembali lagi ke kampus. Itu berarti aku dan
Kinan sudah tidak bisa bertemu lagi setiap hari dan komuniksi pun selesai.
Satu tahun berlalu
masih tanpa komuniksi dengannya, bahkan mungkin dia sudah lupa denganku. Kontak
hape dia aku tidak punya, hanya akun facebook dia yang aku punya. Di facebook
kita cuma nge-like saja, jarang ngasih komen tapi tak apa setidaknya dia masih
ingat denganku. Lucu yaa bagaimana orang yang sudah saling kenal tapi jarang
bahkan tidak berkomunikasi lagi setelah beda tempat berlabuh.
Secara ajaib komunikasi yang sudah lama
terputus kembali seperti dulu lagi. Dari facebook lagi kita saling minta nomor
hape dan komuniksai pun berlanjut, (tetep
masih lewat facebook).
Aku yang mengawali sms.
Ku buka hape yang ada di tangan, ku lihat semua kontak yang ada di hape dan
entah kenapa tanganku berhenti di kontak hape dia. Tanpa pikir panjang aku sms
dia, ada sedikit rasa malu tapi dalam hati berkata “bodo ahh”
“Hey” pesan dariku
Setelah itu, hape yang
masih aku genggam muncul tanda “delivered”.
Saat itu pula aku sadar, apa yang telah aku perbuat ? aku jadi enggan melihat
layar hape. Ku simpan hape dengan posisi terbalik di atas tempat tidur.
5 menit berlalu. Tak
ada balasan.
10 menit berlalu. Masih
tanpa balasan.
20 menit berlalu. Tetap
tak ada balasan.
Aku bengong. Tatapan
mata kosong, mulut terbuka yang cocok untuk dijadikan alat penghisap nyamuk.
Bunyi hape memecahkan
keheningan malam itu. Ku buka hape dan ternyata itu balasan dari Kinan.
“Maaf siapa yaa?”
Bego aku lupa ngasih
nama bahwa pesan itu dari aku.
Ku balas smsnya dan
dari pesan itu kita jadi akrab kembali. Kita jadi sering smsan, bahkan
telepon-teleponan.
Cukup lama aku tidak
bertemu dengan Kinan lagi. Kita hanya akrab di hape tidak secara langsung
karena jadwal kerja dia yang padat dan jadwal kuliah aku yang saat itu juga
sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk bertemu.
Sampai saat ini, saat
aku menulis cerita pendek ini aku belum juga bertemu dengan Kinan dan Kinan
juga tidak tahu bahwa aku sedang menulis cerita pendek ini yang mengangkat kisah aku dan dia yang selalu
gagal tiap kali kita akan bertemu.
Enggan rasanya aku
membuat janji untuk bertemu dengan Kinan karena setiap janji yang aku janjikan
kepada Kinan tak pernah terjadi, aku takut dia berpikir bahwa aku adalah orang
yang cuma bisa memberikan janji belaka tanpa bukti.
Kini sudah tak ada
pertemuan lagi. Mungkin sudah saatnya dia lupa dengan aku yang tak pernah bisa
bertemu dengannya.
Seperti mendung yang menandakan
akan turun hujan namun kadang mendung juga hanya meredupkan dunia saja tanpa
turun hujan. Sama seperti janji yang pernah aku katakan kepada Kinan untuk bisa
bertemu lagi dengannya, mulai dari janjian untuk jalan yang akhirnya gagal
karena hujan, hingga janjian untuk nonton yang akhinrnya gagal juga karena
anemia yang aku derita kambuh sampai tiga minggu lamanya.
Mungkin pertemuan aku
dengan Kinan yang selalu gagal karena alam belum bisa mempertemukan kita dan
alam belum mengijinkan kita untuk bertemu lagi.
Mungkin.
Karya Derif Rys Gumilar
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar