Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Jumat, 29 Agustus 2014

Kau Yang Terlupakan Tapi Selalu Terbayangkan



Ditengah keindahan malam yang berselimut bintang. Devi duduk seperti tak beryawa, senyumnya yang dulu ceria kini jadi air mata. Dengan rasa tidak karuan  ia mencoba mencari ketenangan di kamar depan rumahnya. Matanya yang bening bagaikan embun pagi yang tak tersentuh oleh manusia kini sering memuntahkan cairan perasaan yang bersumber dari hatinya jika ia ingat dengan sosok pangeran berkuda putih yang tak bisa ia miliki. Dalam wajahnya tampak kekecewaan yang mendalam, seseringkali nafasnya tertahan karena warna yang dulu ia kenali kini telah pergi.
Disamping kursi yang ia duduki terdapat beberapa kenangan Devi dari kekasihnya yaitu Umar. Surat, cincin, bunga mawar dan  boneka beruang yang berwarna coklat dari Umar akan ia hilangkan dari ingatannya. Sesering kali ia tersenyum namun bukan gembira melainkan senyum kehancuran jika ia melihat kenangan - kenangan itu. Air matanya pun langsung berlinang membanjiri wajah cantik yang ia miliki.
Ia duduk ditemani rasa hancur sambil memeluk gitar yang setia menemaninya. Pandangan matanya lurus ke teras rumah yang sedang terkena rintik hujan. Suara cicak dan katak pun seolah menemani alunan petikan gitar yang ia mainkan.
Devi menggelengkan kepala. Kekecewaan yang ia rasa menjadikan ia ngobrol dengan dirinya sendiri di depan cermin.
‘’Aku tuh bodoh. Kenapa aku masih berharap ia kembali. Aku salah bermimpi, mimpiku terlalu tinggi untuk ku gapai sehingga ketika ku jatuh rasa itu menusuk sampai ke jantung hati ini’’. Ucap Devi.
Ia langsung duduk di kursi yang berwarna merah muda seperti hatinya saat ia pertama kenal dengan Umar. Namun, kini warna itu menjadi pucat seperti hilang jiwanya. Dalam hatinya ia ingin melupakan. Namun semakin ia melupakan semakin ia terbayangkan sosok itu.
Setelah itu ia mencoba menulis sesuatu di kertas yang ada di sampingnya, ia mencoba menuliskan kata-kata yang sedang ia rasakan berharap bisa sedikit mengobati kehancuran itu. Tulisannya seperti ini.
‘’Andai engkau selalu disisi mungkin aku takan pernah meraskan sepi. Andai kini aku bisa memelukmu mungkin luka ini sedikit terobati. Namun, andai saja awal itu aku aku pernah mengenalmu mungkin aku takan seperti ini, meski aku tak menyesal untuk mencintaimu’’.
Namun kata-kata yang ia rangkai sendiri itu malah membuat ia ingat dengan Umar, sehingga keluarlah air matanya. Tangan yang putih dan halus selalu mengusap tetes demi tetes air mata yang jatuh di pipinya.
Sebenarnya masih banyak yang lebih dari Umar. Namun, Devi tak bisa melupakannya. Seribu jalan telah ia lalui hanya untuk melepaskan bayangan Umar. Namun, bukannya terlupakan tapi banyangan umar malah semakin menghantuinya. Rambutnya yang hitam dan panjang sering ia remas dan menjadi acak-acakan. Tangan yang indah itu selalu memegang kepalanya. Ia merasa terbebani.
Malam semakin larut dan satu bintang telah menciut sinarnya. Devi mencoba bangun dari kursi yang ia duduki, dan ia mencoba melepaskan kegalauan yang dirasa. Dengan langkah gontai tak terarah ia mencoba mendekai cermin tempat ia berbagi kisah dengan dirinya sendiri. Tubuh yang seksi beserta kulit yang puih dan rambut yang panjang yang ia miliki langsung berdiri di depan cermin. Ia mengusap air matanya dan tersenyum. Ia pun berbicara kepada cermin itu.
“Apakah kau akan selalu seperiti Bintang ? atau Bulan ? yang hanya mampu ku pandangi dan tak bisa ku miliki. Atau kau terlalu tinggi untukku ? sehingga aku tak bisa menggapainya.’’
Tidak lama kemudian tangan yang halus itu mengobrak-abrik cosmetic-cosmetic yang ada tepat di bawah cermin.ia melempar-lemparkan cosmetic yang selalu setia menemani wajahnya. Lipstick, pelembab, parfum dan sebagainya berterbangan dan mendarat dilantai kamar yang berkramik puih menjadi acak-acakan.
Sementara itu diluar rintik hujan belum juga reda, malam semakin sunyi, udara semakin dingin. Namun, Devi membuka jendela kamarnya dan langsung melempar kenangan-kenangan saat ia masih dengan Umar. Dengan rasa tak karuan dan ia pun mulai lelah, ia naik ke atas kasur yang berbantalkan dua dan berselimut putih. Ia mencoba memejamkan kedua matanya. Namun, itu sia-sia, keinginan untuk memejamkan mata tak ia dapatkan, ia pun langsung bangun mendekati cermin lagi. Ia menatap matanya yang bengkak akibat kebanyakan air mata yang keluar. Keadaan pun menjadi hening dan jam dinding mengarah pada pukul 01.30. Ia pun langsung mengambil kertas kosong berwarna putih dan pulpen yang bertinta hitam. Ia sadar tidak ada gunanya ia menangisi keadaan ini. Ia langsung menulis sebuah kalimat yang sedang ia rasakan dan ia berharap Umar kan mengethuinya.
‘’Umar, mungkin pedih ini hanya aku yang rasa. Namun, ku berharap kau kan mendengarkannya. Mungkin Tuhn datangkan engkau untuk ku, hanya untuk membuat aku mengerti apa yang namanya cinta sejati.Yaitu, cinta yang tak mengenal pamrih dan tak harus memiliki.
Andai saja ada sedikit waktu untuku sebelum aku mati, ingin sekali aku melihat senyum mu tuk terakhir kali.’’
Setelah itu ia terbaring di lantai yang dingin Karena udara malam. Dan ketika ia sadar ia tak mengetahui kalau sekarang sudah pukul 06.00 pagi. Dan tanpa disadari  ketika ia mengambil hand phon ada pesan masuk dari Umar. Seperti ini.
‘’Hidup berawal dari mimpi. Sekarang adalah kenyataan bukan mimpi, namun mimpimu pun suatu saat akan jadi kenyataan asal kita mau berusaha. Ingat jangan sia-siakan waktumu dengan hal-hal yang tak tentu.’’
Devi pun tersenyum lega setelah membaca pesan dari Umar itu. Ia pun membuka hari baru dengan senyuman yang baru.


Karya Derif Rys Gumilar

Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar