Ada
yang bilang, jika cinta itu harus harus diperjuangkan, apa pun rintangannya
harus dihadapi. Namun jika orang yang kita cintai ternyata sudah memiliki
pasangan apakah kita harus tetap berjuang ?. Jika kita tetap berjuang berarti
kita telah mencoba mengganggu kebahagiaan dia, bahkan ini yang lebih parah; kita berusaha merusak hubungan dia dengan
pasangannya.
Ada yang bilang lagi, kalau jodoh
pasti dipertemukan kembali. Menurutku prinsip seperti itu tidak masuk akal.
Kalau jodoh pasti dipertemukan kembali, naah ya sudah tinggal telpon saja orang
yang kita cintai terus minta ketemuan dan jika sudah bertemu ya sudah berarti
kita jodoh dong, simpel kan. Tapi kenyataannya tidak seperti itu.
Kenyataan yang terjadi dalam dunia
nyata tidak seperti di dalam dunia retorika. Kenyataan yang terjadi, kita
sebagai orang yang mencintai seseorang yang sudah memiliki pasangan yaa cuma
bisa berharap. Berharap dia, orang yang kita cintai bisa mengerti apa yang kita
rasakan terhadapnya. Begitu pula denganku. Aku kini sedang merasakan jatuh
cinta kepada orang yang sudah memiliki pasangan dan yang bisa aku lakukan hanya
berharap dia tau apa yang sedang aku rasakan. Dia, orang yang tidak beruntung
untuk aku cintai dalam tulisan ini aku samarakan namanya menjadi Uli Damayanti.
Deskripsi singkat mengenai sosok Uli
Damayanti. Selain cantik, cerdas dan sopan, dia juga orang yang aktif dalam
organisasi kampus. Jabatan dia di dalam organisasi itu sebagai sekertaris. Dia
juga aktif di tempat dia tinggal, salah satunya dia pernah jadi anggota TPS
ketika pemilihan presiden 2014.
Ciri khas dari Uli adalah kerudung yang selalu menempel di kepalanya dan
senyumnya itu sangat manis, kayaknya jika semut disuruh memilih antara gula dan
senyuman Uli, kemungkinan besar semut akan memilih senyuman Uli.
Aku sendiri tidak menerti kenapa aku
bisa suka sama dia, padahal aku belum pernah ngobrol langsung dengan dia bahkan
nomer hape dia pun aku tidak punya. Memang benar, cinta datang tanpa kita
sadari. Berawal dari kesalahanku dalam memperhatikan dia, sedikit demi sedikit
perasaan itu pun tumbuh. Namun dia, Uli Damayanti tidak mengetahuinya.
Di kampus, Uli termasuk ke dalam
golongan orang yang cantik dan rajin, sedangkan aku termasuk ke golongan yang telatan; telat ngumpulin tugas bahkan
aku lulus pun telat. Kadang aku merasa aneh, kenapa aku harus suka kepada orang
yang berbeda kepribadiannya denganku, kenapa rasa suka itu tidak ke orang yang
kepribadiannya sama saja.
Saat rasa itu mulai tumbuh, saat itu
pula aku sadar semua jalan untuk dekat dengan dia pun sudah tertutup. Aku tidak punya nomer hape dia, aku belum
pernah ngobrol langsung dengan dia, teman-temannya pun aku tidak tau. Dan ini
yang menyedihkan: aku tau dia, sedangkan dia tidak kenal denganku.
Semua itu memang resiko pengagum
atau jatuh cinta dalam hati. Seperti para sahabat Peterpan, mereka kenal dan
hafal dengan nama-nama semua personil Peterpan tapi personil Peterpan mungkin
tidak tau siapa nama-nama mereka para Sahabat Peterpan itu. Persis seperti aku
dan Uli Damayanti.
Semua berjalan dengan sangat cepat
dan informasi yang aku tau bahwa Uli Damayanti telah memiliki kekasih. Dan saat
itu pula aku sadar, inilah jawaban Uli terhadap rasa cinta yang aku pendam
untuk dia meski pun yang menjawabnya adalah waktu dan informasi bukan Uli
Damayanti.
Saat aku menulis cerita ini, cerita
tentang dia, dia tidak mengetahuinya bahkan mungkin dia pun belum tau siapa
aku, seperti apa penampakanku, dan yang pasti dia tidak tau sebenarnya aku
telah jatuh cinta kepada dia, Uli Damayanti walau hanya cinta dalam hati.
sampai kapan pun dia tidak akan pernah mengetahuinya selama aku tak pernah
mengatakannya.
Ini yang miris ; Orang yang jatuh cinta dalam hati itu selalu berharap, berharap sesuatu yang tidak
pasti. Dan orang yang selalu berharap itu rentan dengan kekecewaan.
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com
Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter @Gumilar_Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar