Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Sabtu, 13 September 2014

Hey Tunjukan Wajahmu !!!



Sudah tiga bulan aku kuliah di Universitas Swadaya Gunung Jati. Kini udara kampus telah nyaman untuk aku hirup, wajah-wajah mahasiswa yang satu kelas denganku kini sudah tidak asing lagi di mataku dan nama mereka pun sudah aku kenal. Sekarang dalam bercanda dengan teman-teman pun sudah tidak canggung lagi dan sampai sekarang aku tetap belum punya pacar atau kekasih atau perempuan yang tidak beruntung mendapatkan cinta yang aku punya. Sampai akhirnya sepupuku, Apip memberi kabar baik untuk kelangsungan hidupku yang masih muda ini. 
Jreeeng Jreeeeng.
Kabar baiknya itu dia bilang “A, teman saya waktu osepek ada yang cantik namanya Ica, dia masuk jurusan Pendidikan Ekonomi. Mau gak saya kenalin ke A’Derif ?”. Aku langsung bersemangat dengan menjawab “Mau mau mau”. Dan yang menjadi masalah Icanya mau gak ketemu saya atau yang lebih parah, kabar baik ini menjadi kabar buruk untuk Ica.
Aku dan Apip masih ngobrol-ngobrol tentang Ica, sampai akhirnya dia memberi nomor telpon Ica kepadaku. Sambil tersenyum penuh kemenangan, aku langsung menyimpan nomor Ica di kontak hp yang dari tadi ada di genggaman tanganku yang mungil ini.
“Jangan lupa sms” Ucap Apip.
“Iya tenang aja pasti beres” Jawabku “Oya nanti saya smsnya gimana ?”
Hening.
Jujur aku memang tidak bisa sms kepada siapa pun itu kalau belum kenal dengan orangnya apalagi belum tau wajahnya atau penampilan orang tersebut. Jadi bisa saya katakan ini adalah kencan buta dimana aku belum kenal dan belum pernah ketemu bahkan melihatnya pun belum pernah begitu pun sebaliknya.
Malam pun tiba. Aku dengan antusias ingin sms ke Ica, tapi Ica sapertinya tidak ingin sms aku (Iya lah belum kenal). Ku buka hp yang sedang ku genggam. Lihat nama yang ada kontak hp-ku. Mataku tertuju ke kontak yang bernama nama Ica. Ingin aku sms tapi takut malah disangka aku orang yang aneh dan sok akrab jadi niat itu aku urungkan untuk malam ini.
Semakin malam semakin sepi. Udara dingin kian menusuk. Hanya lagu-lagu miliknya Muse yang menemani keheningan ini.
Ku lihat hp yang sengaja ku simpan di samping tempat tidur. Sepi. Tak ada sms. Pikiranku kembali ke niatan untuk tidak sms Ica. Dan niatan itu kini malah berbalik. Tanpa pikir panjang, aku langsung menulis sms yang ku kirimkan kepada Ica.
“Hey”. Sms yang ku kirim.
Belum ada balasan.
30 menit berlalu.
1 jam berlalu.
Dan tetap tidak ada balasan.
Ada dua kemungkinan kenapa Ica tidak membalas sms-ku ini: 1) Dia tipikal orang yang cuek dan tidak mau berkomunikasi dengan orang yang belum dia kenal. Atau 2) Dia tidak punya pulsa untuk membalasnya.
Malam itu tidak ada sms yang ku terima sebagai balasan dari Ica.
Keesokan harinya aku bertemu dengan Apip. Dan dengan semangat tinggi dia bertanya.
“Gimana tadi malam, udah sms Ica-nya ?”
“Udah” Jawabku datar.
“Bagus, bagus. Terus jawabnya gimana ?’
“Dia gak bales sms-nya”
“Yaah” gumam Apip
“Yaaah” aku pun ikutan.
“Tenang, nanti di sms lagi aja A” ucap Apip memberikan semangat.
“Iya deh” Jawabku datar.
Setelah kejedian (Ica tidak membalas sms) itu, aku jadi enggan untuk sms siapa pun yang belum aku kenal.
Hari-hari berlalu. Aku masih berharap bisa berkomunikasi dengan Ica meski hanya lewat sms tapi kadang harapan tidak seperti kenyataan. Semakin terus berharap, semakin sering juga aku kecewa.
Ica tidak pernah membalas sms dariku sampai akhirnya aku bertemu dengan Ica di kampus. Di lantai 2 kampus, aku sedang duduk santai dengan Apip sambil melihat para mahasiswa dan mahasiswi berlalu-lalang di lantai dasar.
“Itu Ica” kata Apip.
“Yang mana ?” tanyaku “Kenalin langsung sih”
“Oke”
Apip memanggil Ica tapi Ica tidak mau menghampirinya. Aku diam, dalam hati berkata gagal lagi.
“Mungkin belum saatnya A”. Ucap Apip
Setelah aku tahu seperti apa penampakan Ica, aku jatuh cinta dalam pandangan pertama. Aku makin penasaran, aku makin ingin kenal dengan Ica. tanpa pikir panjang aku sms dia lagi.
“Hey”
“Iya, siapa ya ?” jawabnya di ujung sana.
Yess, dia membalas smsnya.
“Aku Derif” jawabku “sodaranya Apip”
“Oh yang tadi duduk sema Apip di lantai 2 itu yaa?
“Iya benar sekali”
Setelah itu dia tidak membalas smsnya lagi tapi setidaknya dia sudah tahu aku. Itu sudah cukup untukku agar bisa kenalan dengannya.
Malam pun tiba. Layaknya orang sedang jatuh cinta, aku terus menerus memikirkan dia, membayangkan wajah dia, sesekali aku senyum-senyum sendiri. Ku buka hp, kulihat nomor kontak dia. Ada rasa ingin menghubungi dia tapi sepertinya masih terlalu dini untuk menghubunginya. Aku takut malah dia jadi risih dengan kehadiranku.
Niat hati hanya ingin kenal dengan Ica tapi malah aku semakin jatuh hati terhadapnya. Yaa rindu yang menyebabkan aku jadi susah tidur akhir-akhir ini.
Setelah pertemuan pertama dengan Ica yang tanpa sengaja itu kita jadi sering smsan dan kita pun sering ketemu di kampus. Akibat sering bertemu dengannya aku semakin yakin bahwa aku telah benar-benar jatuh cinta.
Semuanya berjalan lancar, kita makin akrab. Kini dia yang kadang sms aku duluan.
“Rif, kamu punya akun facebook gak ?” sms dari Ica
Facebook ?? apa itu facebook ??. Yaa saat itu aku tidak tahu facebook itu apa. Tapi biar terlihat keren di depan orang yang aku suka, ku jawab dengan mantap “punya dong, zaman sekarang masa gak punya facebook
“Minta dong” jawabnya “nick name-nya apa ?”
Mampus aku harus jawab apa? Apa aku harus jawab “maaf facebook aku lagi digadein buat beli makan besok”.
Hening.
Aku tak membalas pesan itu.
“Eh kok gak dibales smsnya”
Aku masih tetap tidak membalasnya dan beberapa saat kemudian hapenya aku matikan.
Keesokan paginya dengan tampang yang ganteng kata ibuku, aku langsung mengajak Apip untuk membuat akun yang bernama facebook itu. Jujur sebenarnya aku tidak tau apa itu facebook dan seperti apa bentuknya.
“Pip tau facebook gak ?” ucapku.
“Tau lah, zaman sekarang masa gak tau facebook” jawab Apip.
Seperti mendapatkan air di gurun pasir yang gersang, aku langsung bersemangat.
“Ya udah antar aku cari facebook yuk, facebook adanya dimana ?” tanyaku
“Gak ada yang jualan facebook, facebook itu adalah sebuah akun kalau pengen punya yaa bikin akunnya”
“Oooooooooooooohhhh”
Betapa begonya diriku
Hening.
Aku langsung mencari warnet ditemani oleh Apip. Ya Apip aku ajak bukan karena aku tidak berani sendirian cuma aku tidak mengerti bagaimana cara membuat akun facebook jadi jalan terbaiknya yaaa aku harus bawa Apip.
Aku langsung membuat akunnya. Saat itu aku berusia 17 Tahun dan masa-masa di umur 17 tahun itu sedang alay-alanyanya atau menuju puncak kealayan jadi tidak heran nama asliku Derif Rys Gumilar, S.Pd. ralat, ralat, saat itu cuma Derif Rys Gumilar, di facebook namaku berubah menjadi Eriefgilar Aquino biar terlihat gaul dan keren.
Aku beri tau Ica tentang kabar gembira ini, kabar gembira yang mengalahkan kabar tentang Bang Toyib sudah pulang.
“Ca, maaf tadi malem aku ketiduran. Ini nick name facebook aku, Eriefgilar Aquino”. Pesan dariku untuk Ica
Tak lama kemudian ada pemberitahuan bahwa pesannya sudah terkirim. Aku senyum-senyum dan tatapan mataku tajam biar sesuai dengan nama di facebook, Eriefgilar Aquino.
“Nama asli kamu Eriefgilar Aquino ?” jawab Ica diujung sana.
Aku bingung harus jawab apa, aku bepikir “jangan-jangan nama itu terlalu keren untuk ukuran wajah sepertiku jadi Ica merasa ada yang tidak sinkron antara wajah dan nama”.
Gara-gara pertanyaan Ica seperti itu jawabku menjadi aneh “Enggak nama itu ini, itu itu ini iya ini”.
“Kok gak ada fotonya Rif ?” balasan dari Ica
Yess gara-gara aku balas dengan “itu-ini” Ica langsung mendadak amnesia tentang pentanyaan nama Eriefgilar Aquino. Tapi masalah baru muncul “Kok gak ada fotonya”, aku tidak mengerti apa maksudnya, aku hanya membalas “Emang difacebook ada fotonya ?”
“Yaa ada lah” jawab Ica masih dengan lewat sms.
“Oh iya lupa, iya ada ya, aduh aku lupa” ucapku yang disambut oleh Ica yang tidak membalas-balas pesan dariku lagi.
Sebenarnya bukan karena aku tidak tahu masalah di facebook ada fotonya apa tidak cuma aku tidak mengerti bagaimana cara mengupload fotonya jadi lebih baik aku bilang tidak tahu dari pada tidak mengerti.
Waktu terus berjalan dan aku makin merasa nyaman dengan Ica meski pun hanya lewan smsan. Entah apa yang aku rasakan tentang persaan itu, aku jatuh cinta kepada Ica orang yang belum pernah aku temui secara langsung. Aku mengenali dia hanya lewat media komunikasi yang bernama hape dan facebook saja. Apakah itu yang dinamakan cinta atau itu hanya perasaan nyaman saja tapi  bukankah unsur dari cinta itu salah satunya adalah kenyamanan.
Karena perasaan yang tak mampu aku tutupi lagi, bahwa aku benar-benar jatuh cinta kepada Ica, aku beranikan diri untuk menyatakannya meski hanya lewal telepon. Aku berpikir lebih baik aku menyatakannya biar tenang dari pada aku pendam saja yang tak tau sampai kapan memendamnya.
Waktu itu malam minggu. Entah kenapa bagiku malam minggu adalah malam yang spesial untuk menyatakan cinta jadi dengan rasa pede yang tinggi aku nyatakan perasaan yang sebenarnya aku rasakan untuk Ica.
“Hallo”. Jawab Ica diujung sana
“Iya, Ica ini aku Derif”
“Iya aku tau itu kan nomer kamu”
Aku  ngobrol-ngobrol dengan Ica hingga akhirnya aku menyatakan perasaan cintaku kepada Ica.
“Ca, kita kenal udah lama yaa meski hanya lewat sms dan belum pernah ketemu gak tau kenapa aku merasakan nyaman dengan kamu”. Ucapku.
“Iya terus ?” Jawab Ica
“Aku sayang sama kamu” Tegasku
Aku tak berani berkata “Kamu mau jadi pacar aku?” karena niat awalku hanya ingin menyatakan perasaan yang sebenarnya aku rasakan terhadap Ica
“Maaf yaa Rif aku hanya menganggap kamu hanya teman saja gak lebih” Ucap Ica.
Dan saat itu pula resmilah cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku tidak mempermasalahkan karena kata pepatah mengatakan “lebih baik mencoba terus gagal dari pada tidak sama sekali”. Aku telah mencobanya dan aku gagal.
Sebenarnya Ica tidak salah, yang salah itu adalah aku yang terlalu ke-pede-an dan terlalu menikmati komunikasi yang terjadi setiap hari. Mungkin bagi Ica setiap komunikasi yang berlangsung setiap hari itu hanya sebatas hiburan belaka namun aku mengartikannya itu adalah sinyal bahwa Ica suka kepadaku dan pengertian yang aku artikan itu ternyata salah total, salah total.
Ya rasa ke-pede-an menjadi sumber terjadinya cintaku bertepuk sebelah tangan ini.



Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar