Sudah
tiga bulan aku kuliah di Universitas Swadaya Gunung Jati. Kini udara kampus
telah nyaman untuk aku hirup, wajah-wajah mahasiswa yang satu kelas denganku
kini sudah tidak asing lagi di mataku dan nama mereka pun sudah aku kenal.
Sekarang dalam bercanda dengan teman-teman pun sudah tidak canggung lagi dan
sampai sekarang aku tetap belum punya pacar atau kekasih atau perempuan yang
tidak beruntung mendapatkan cinta yang aku punya. Sampai akhirnya sepupuku,
Apip memberi kabar baik untuk kelangsungan hidupku yang masih muda ini.
Jreeeng
Jreeeeng.
Kabar
baiknya itu dia bilang “A, teman saya waktu osepek ada yang cantik namanya Ica,
dia masuk jurusan Pendidikan Ekonomi. Mau gak saya kenalin ke A’Derif ?”. Aku
langsung bersemangat dengan menjawab “Mau mau mau”. Dan yang menjadi masalah
Icanya mau gak ketemu saya atau yang lebih parah, kabar baik ini menjadi kabar
buruk untuk Ica.
Aku
dan Apip masih ngobrol-ngobrol tentang Ica, sampai akhirnya dia memberi nomor
telpon Ica kepadaku. Sambil tersenyum penuh kemenangan, aku langsung menyimpan
nomor Ica di kontak hp yang dari tadi ada di genggaman tanganku yang mungil
ini.
“Jangan
lupa sms” Ucap Apip.
“Iya
tenang aja pasti beres” Jawabku “Oya nanti saya smsnya gimana ?”
Hening.
Jujur
aku memang tidak bisa sms kepada siapa pun itu kalau belum kenal dengan
orangnya apalagi belum tau wajahnya atau penampilan orang tersebut. Jadi bisa
saya katakan ini adalah kencan buta dimana aku belum kenal dan belum pernah
ketemu bahkan melihatnya pun belum pernah begitu pun sebaliknya.
Malam
pun tiba. Aku dengan antusias ingin sms ke Ica, tapi Ica sapertinya tidak ingin
sms aku (Iya lah belum kenal). Ku buka hp yang sedang ku genggam. Lihat nama
yang ada kontak hp-ku. Mataku tertuju ke kontak yang bernama nama Ica. Ingin
aku sms tapi takut malah disangka aku orang yang aneh dan sok akrab jadi niat
itu aku urungkan untuk malam ini.
Semakin
malam semakin sepi. Udara dingin kian menusuk. Hanya lagu-lagu miliknya Muse
yang menemani keheningan ini.
Ku
lihat hp yang sengaja ku simpan di samping tempat tidur. Sepi. Tak ada sms.
Pikiranku kembali ke niatan untuk tidak sms Ica. Dan niatan itu kini malah
berbalik. Tanpa pikir panjang, aku langsung menulis sms yang ku kirimkan kepada
Ica.
“Hey”.
Sms yang ku kirim.
Belum
ada balasan.
30
menit berlalu.
1
jam berlalu.
Dan
tetap tidak ada balasan.
Ada
dua kemungkinan kenapa Ica tidak membalas sms-ku ini: 1) Dia tipikal orang yang
cuek dan tidak mau berkomunikasi dengan orang yang belum dia kenal. Atau 2) Dia
tidak punya pulsa untuk membalasnya.
Malam
itu tidak ada sms yang ku terima sebagai balasan dari Ica.
Keesokan
harinya aku bertemu dengan Apip. Dan dengan semangat tinggi dia bertanya.
“Gimana
tadi malam, udah sms Ica-nya ?”
“Udah”
Jawabku datar.
“Bagus,
bagus. Terus jawabnya gimana ?’
“Dia
gak bales sms-nya”
“Yaah”
gumam Apip
“Yaaah”
aku pun ikutan.
“Tenang,
nanti di sms lagi aja A” ucap Apip memberikan semangat.
“Iya
deh” Jawabku datar.
Setelah
kejedian (Ica tidak membalas sms) itu, aku jadi enggan untuk sms siapa pun yang
belum aku kenal.
Hari-hari
berlalu. Aku masih berharap bisa berkomunikasi dengan Ica meski hanya lewat sms
tapi kadang harapan tidak seperti kenyataan. Semakin terus berharap, semakin
sering juga aku kecewa.
Ica
tidak pernah membalas sms dariku sampai akhirnya aku bertemu dengan Ica di
kampus. Di lantai 2 kampus, aku sedang duduk santai dengan Apip sambil melihat
para mahasiswa dan mahasiswi berlalu-lalang di lantai dasar.
“Itu
Ica” kata Apip.
“Yang
mana ?” tanyaku “Kenalin langsung sih”
“Oke”
Apip
memanggil Ica tapi Ica tidak mau menghampirinya. Aku diam, dalam hati berkata gagal lagi.
“Mungkin
belum saatnya A”. Ucap Apip
Setelah
aku tahu seperti apa penampakan Ica, aku jatuh cinta dalam pandangan pertama.
Aku makin penasaran, aku makin ingin kenal dengan Ica. tanpa pikir panjang aku
sms dia lagi.
“Hey”
“Iya,
siapa ya ?” jawabnya di ujung sana.
Yess,
dia membalas smsnya.
“Aku
Derif” jawabku “sodaranya Apip”
“Oh
yang tadi duduk sema Apip di lantai 2 itu yaa?
“Iya
benar sekali”
Setelah
itu dia tidak membalas smsnya lagi tapi setidaknya dia sudah tahu aku. Itu
sudah cukup untukku agar bisa kenalan dengannya.
Malam
pun tiba. Layaknya orang sedang jatuh cinta, aku terus menerus memikirkan dia,
membayangkan wajah dia, sesekali aku senyum-senyum sendiri. Ku buka hp, kulihat
nomor kontak dia. Ada rasa ingin menghubungi dia tapi sepertinya masih terlalu
dini untuk menghubunginya. Aku takut malah dia jadi risih dengan kehadiranku.
Niat
hati hanya ingin kenal dengan Ica tapi malah aku semakin jatuh hati
terhadapnya. Yaa rindu yang menyebabkan aku jadi susah tidur akhir-akhir ini.
Setelah
pertemuan pertama dengan Ica yang tanpa sengaja itu kita jadi sering smsan dan
kita pun sering ketemu di kampus. Akibat sering bertemu dengannya aku semakin
yakin bahwa aku telah benar-benar jatuh cinta.
Semuanya
berjalan lancar, kita makin akrab. Kini dia yang kadang sms aku duluan.
“Rif,
kamu punya akun facebook gak ?” sms
dari Ica
Facebook ??
apa itu facebook ??. Yaa saat itu aku
tidak tahu facebook itu apa. Tapi
biar terlihat keren di depan orang yang aku suka, ku jawab dengan mantap “punya
dong, zaman sekarang masa gak punya facebook”
“Minta
dong” jawabnya “nick name-nya apa ?”
Mampus
aku harus jawab apa? Apa aku harus jawab “maaf facebook aku lagi digadein buat
beli makan besok”.
Hening.
Aku
tak membalas pesan itu.
“Eh
kok gak dibales smsnya”
Aku
masih tetap tidak membalasnya dan beberapa saat kemudian hapenya aku matikan.
Keesokan
paginya dengan tampang yang ganteng kata ibuku, aku langsung mengajak Apip
untuk membuat akun yang bernama facebook itu. Jujur sebenarnya aku tidak tau
apa itu facebook dan seperti apa bentuknya.
“Pip
tau facebook gak ?” ucapku.
“Tau
lah, zaman sekarang masa gak tau facebook” jawab Apip.
Seperti
mendapatkan air di gurun pasir yang gersang, aku langsung bersemangat.
“Ya
udah antar aku cari facebook yuk, facebook adanya dimana ?” tanyaku
“Gak
ada yang jualan facebook, facebook itu adalah sebuah akun kalau pengen punya
yaa bikin akunnya”
“Oooooooooooooohhhh”
Betapa
begonya diriku
Hening.
Aku
langsung mencari warnet ditemani oleh Apip. Ya Apip aku ajak bukan karena aku
tidak berani sendirian cuma aku tidak mengerti bagaimana cara membuat akun
facebook jadi jalan terbaiknya yaaa aku harus bawa Apip.
Aku
langsung membuat akunnya. Saat itu aku berusia 17 Tahun dan masa-masa di umur
17 tahun itu sedang alay-alanyanya atau menuju puncak kealayan jadi tidak heran
nama asliku Derif Rys Gumilar, S.Pd. ralat, ralat, saat itu cuma Derif Rys
Gumilar, di facebook namaku berubah menjadi Eriefgilar Aquino biar terlihat
gaul dan keren.
Aku
beri tau Ica tentang kabar gembira ini, kabar gembira yang mengalahkan kabar
tentang Bang Toyib sudah pulang.
“Ca,
maaf tadi malem aku ketiduran. Ini nick
name facebook aku, Eriefgilar Aquino”. Pesan dariku untuk Ica
Tak
lama kemudian ada pemberitahuan bahwa pesannya sudah terkirim. Aku
senyum-senyum dan tatapan mataku tajam biar sesuai dengan nama di facebook,
Eriefgilar Aquino.
“Nama
asli kamu Eriefgilar Aquino ?” jawab Ica diujung sana.
Aku
bingung harus jawab apa, aku bepikir “jangan-jangan nama itu terlalu keren
untuk ukuran wajah sepertiku jadi Ica merasa ada yang tidak sinkron antara
wajah dan nama”.
Gara-gara
pertanyaan Ica seperti itu jawabku menjadi aneh “Enggak nama itu ini, itu itu
ini iya ini”.
“Kok
gak ada fotonya Rif ?” balasan dari Ica
Yess
gara-gara aku balas dengan “itu-ini” Ica langsung mendadak amnesia tentang
pentanyaan nama Eriefgilar Aquino. Tapi masalah baru muncul “Kok gak ada fotonya”, aku tidak mengerti
apa maksudnya, aku hanya membalas “Emang difacebook ada fotonya ?”
“Yaa
ada lah” jawab Ica masih dengan lewat sms.
“Oh
iya lupa, iya ada ya, aduh aku lupa” ucapku yang disambut oleh Ica yang tidak
membalas-balas pesan dariku lagi.
Sebenarnya
bukan karena aku tidak tahu masalah di facebook ada fotonya apa tidak cuma aku
tidak mengerti bagaimana cara mengupload fotonya jadi lebih baik aku bilang
tidak tahu dari pada tidak mengerti.
Waktu
terus berjalan dan aku makin merasa nyaman dengan Ica meski pun hanya lewan
smsan. Entah apa yang aku rasakan tentang persaan itu, aku jatuh cinta kepada
Ica orang yang belum pernah aku temui secara langsung. Aku mengenali dia hanya
lewat media komunikasi yang bernama hape dan facebook saja. Apakah itu yang
dinamakan cinta atau itu hanya perasaan nyaman saja tapi bukankah unsur dari cinta itu salah satunya
adalah kenyamanan.
Karena
perasaan yang tak mampu aku tutupi lagi, bahwa aku benar-benar jatuh cinta
kepada Ica, aku beranikan diri untuk menyatakannya meski hanya lewal telepon.
Aku berpikir lebih baik aku menyatakannya biar tenang dari pada aku pendam saja
yang tak tau sampai kapan memendamnya.
Waktu
itu malam minggu. Entah kenapa bagiku malam minggu adalah malam yang spesial
untuk menyatakan cinta jadi dengan rasa pede yang tinggi aku nyatakan perasaan
yang sebenarnya aku rasakan untuk Ica.
“Hallo”.
Jawab Ica diujung sana
“Iya,
Ica ini aku Derif”
“Iya
aku tau itu kan nomer kamu”
Aku ngobrol-ngobrol dengan Ica hingga akhirnya
aku menyatakan perasaan cintaku kepada Ica.
“Ca,
kita kenal udah lama yaa meski hanya lewat sms dan belum pernah ketemu gak tau
kenapa aku merasakan nyaman dengan kamu”. Ucapku.
“Iya
terus ?” Jawab Ica
“Aku
sayang sama kamu” Tegasku
Aku
tak berani berkata “Kamu mau jadi pacar
aku?” karena niat awalku hanya ingin menyatakan perasaan yang sebenarnya
aku rasakan terhadap Ica
“Maaf
yaa Rif aku hanya menganggap kamu hanya teman saja gak lebih” Ucap Ica.
Dan
saat itu pula resmilah cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku tidak
mempermasalahkan karena kata pepatah mengatakan “lebih baik mencoba terus gagal dari pada tidak sama sekali”. Aku
telah mencobanya dan aku gagal.
Sebenarnya
Ica tidak salah, yang salah itu adalah aku yang terlalu ke-pede-an dan terlalu menikmati komunikasi yang terjadi setiap hari.
Mungkin bagi Ica setiap komunikasi yang berlangsung setiap hari itu hanya
sebatas hiburan belaka namun aku mengartikannya itu adalah sinyal bahwa Ica
suka kepadaku dan pengertian yang aku artikan itu ternyata salah total, salah
total.
Ya
rasa ke-pede-an menjadi sumber
terjadinya cintaku bertepuk sebelah tangan ini.
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com
Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter @Gumilar_Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar