Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Kamis, 08 November 2018

DWI (Antara Ada dan Tiada)



            “Sebenarnya kamu yang terlalu dingin  atau aku yang terlalu ingin ?”.
            Lama sudah aku tak mendengar kabarmu Dwi, mungkin karena kita sama-sama sibuk atau kita yang enggan untuk saling menyapa. Tapi aku tidak, aku ingin selalu menyapamu hanya saja aku khawatir mengganggu waktumu. Disini, aku haus akan segala tentangmu. Kadang aku ingin selalu ikut campur dengan apa yang kau rasakan, misal kau sedang lelah, sedih, senang, mungkin juga kau sedang tak bisa tidur. Kadang aku ingin berada diantara itu. Menjadi teman ceritamu dalam segala hal apa pun. Maaf ini bukan berlebihan, ini hanya ingin kau tau bahwa disetiap waktuku, ku sempatkan untukmu karena kau selalu hadir dalam segala waktuku.
            Ini tentangmu Dwi, yang ada namun tiada. Ada adalah sebuah kata yang menunjukan sebuah kehadiran, yang bisa terlihat. Seperti kau yang masih bisa aku lihat namun tak bisa aku genggam. Jarak dan waktu. Ya jarak dan waktu yang mungkin bisa menjadi alasan membuat membuat aku hanya bisa melihatmu dari jauh, yang hanya bisa aku sapa lewat doa.
            Sejujurnya ada sedih sedikit yang datang bersamaan dengan gembira. Ku lihat kau dari balik bingkai foto yang kau upload ke instagram milikmu. Kau masih tetap penuh keteduhan yang tergambar jelas dari wajahmu, ketulusan senyummu yang masih tetap mempesona yang meluluhkanku meski tanpa suara. Gigi gingsulmu yang tumbuh ke dalam sunguh masih jelas aku lihat di pelupuk mata. Ternyata kau pandai memilih warna hijab yang biasa kau kenakan. Dengan warna yang tidak mencolok, warna biru muda, merah muda dan warna hitam misalnya. Kau begiu natural yang sangat cocok dipadukan dengan senyummu itu. Senyuman karya Tuhan yang begitu nyata. Namun, sayangnya kau begitu dingin dalam menganggapku ada. Aku yang selalu haus akan tentangmu itu. Aku yang selalu melihat notifikasi whats app yang aku harap itu darimu. Namun nyatanya, bukan. Notifikasi itu bukan darimu. Lucukan Dwi jika kau jadi aku. Tapi tak mengapa, ini adalah keindahan dalam mencintai dalam diam.
            Oh iya Dwi, ini cerita tentntangmu yang ke empat ya ? dan lagi-lagi aku menyampaikannya terlambat karena semua yang sudah aku tulis mendadak hilang filenya. Cerita ini sengaja aku tulis lagi yang isinya tidak sama persis dengan cerita yang hilang itu. Tapi secara garis besar sama; Antara Ada dan Tiada. Seperti judul lagu miliknya Utopia bukan ? iya seperti kita juga.
            Dwi bagamana kuliahmu ? lancarkah ?
            Katamu sebentar lagi kau akan disibukan dengan program kerja lapangan. Kalau menurutku kurang cocok jika kau menggunakan kata sibuk dalam program kerja lapangan, karena program kerja lapangan sebenarnya tidak sesibuk yang kau pikirkan. Program kerja lapangan adalah waktu santai saat di semester akhir. Disana nanti kau hanya dikenalkan saja dengan dunia kerja bukan untuk bekerja. Tapi apa pun itu, aku akan selalu memberikan semangat untukmu dan yang pasti akan selalu mendukungmu.
            Tapat di pertengahan bulan Oktober, aku merasa sangat kehilanganmu Dwi karena kita sudah sangat jauh dari segala harapan yang selalu aku harapkan bersamamu. Apa kau merasakan kehilangan juga ? tentu tidak. Rasa kehilangan hanya akan ada bagi mereka yang pernah merasa memilikinya. Aku memang secara jiwa belum bisa memilikimu. Namun, aku merasa sangat memilikimu secara ruh. Itulah mengapa aku merasa kehilanganmu. Maka berbahagialah kau Dwi yang belum bahkan tidak pernah merasa memilikiku karena dengan seperti itu kau tak akan pernah merasa kehilanganku.
            Di pertengahan bulan Oktober juga, aku mengenangmu lewat jejak-jejakmu yang kau tinggalkan dipelataran ingatan. Ada senyum dan tawamu yang selalu membuatku tersenyum pilu. Memang benar kegiatan mengenang adalah kegiatan yang sangat memilukan. Menyayat perasaan terlebih kau tak bisa ku miliki. Sikapmu yang terlalu dingin atau aku yang terlalu ingin memilikimu. Mungkin Tuhan pun sudah bosan mendengar namamu yang selalu aku ucapkan dalam dalam doa. Itulah mengapa sikapmu dingin, lebih dingin dari sepertiga malam.
            Ahhh sudahlah semakin aku menceritakan, semakin aku terjebak dalam nostalgia dalam mengenangmu. Lebih baik bagaimana jika kita rencanakan waktu untuk meneguk kopi bersama, sambil merancang waktu buat kita kedepannya. Nanti jangan lupa habiskan kopinya, lebih nikmat lagi jika scangkir kopi itu kita buat berdua, aku pahitnya dan kau manisnya.
            Kau tau tidak Dwi tentang harapanku ?
            Harapanku, cukup kau masih belum melupakan aku. Meski kita jauh jika di lihat dari segi jarak sungguh di hati ini kau masih tetap bersemayam. Kau kira ini hanya sekedar tulisan belaka ? Tidak Dwi. Tidak. Ini adalah perasaanku padamu yang tak mampu aku utarakan langsung, maka aku putuskan untuk menulis tentangmu yang disertai dengan perasaanku. Sebelumnya, sebelum aku mengenalmu. Hati dan perasaanku telah mati. Aku sudah tak punya rasa kaget, rasa senang,  rasa benci, rasa suka dan duka. Sudah tak ku rasakan apa-apa lagi. Datar, itu perasaanku dulu. Namun saat aku mengenalmu, aku seperti hidup kembali. Aku mulai tertarik untuk menulis cerita lagi. Cerita tentangmu yang seolah-olah kau dekat karena dalam kisah nyata, kau begitu jauh untuk ku rengkuh. Sama seperti saat aku menulis ini, aku merasa kau ada di sampingku, menemaniku menulis, dengan senyumanmu yang tulus itu. Dan sungguh aku ingin memilikimu dengan utuh Dwi.
Jadi, Dwi, maksudku, harapanku, permohonanku, janganlah kau baca tulisan-tulisanku tentangmu itu dengan menganggap bahwa ini hanya tulsan biasa. Tulisan tentangmu itu lebih dari biasa Dwi. Ada perasaan yang aku titipkan dalam tulisan semoga kau membacanya pun dengan perasaan hingga akhirnya kau tau apa isi hatiku. Atau setidaknya kau mengerti bahwa aku sungguh mencintaimu.
Oh iya, ternyata saat kau masih SMA, kau salah satu penggemar Justin Bieber. Penyanyi asal Kanada itu sering kau upload fotonya di akun facebookmu. Entah kau bisa menyukainya dari segi apanya. Mungkin dari suaranya atau pun dari wajahnya. Sudahlah, yang pasti kau menyukainya.
Dwi, biasanya saat aku menulis tentangmu ini, aku menulisnya di halaman rumah, sesekali aku berjalan kaki saat mulai suntuk sambil membayangkan dirimu. Walau pun entah kau masih mengingatku atau malah lupa dengan aku. Kadang aku ingin menceritakan tentangmu ini secara langsung bukan lewat tulisan. Namun, sepertinya aku masih belum mampu Dwi. Aku yakin, lidahku mendadak kelu. Jadi biarkan tentangmu aku ceritakan lewat tulisan sampai nanti pada akhirnya aku mampu menceritakannya di depanmu dengan lisan dan sekalian aku katakan bahwa aku mencintaimu. AKU. MENCINTAIMU.
Rutinitasku setiap hari selain merindukanmu, aku pergi ke sekolah untuk mengajar. Kau tau, Dwi ? jarak yang ku tempuh ke sekolah kurang lebih memakan perjalanan hingga 1 jam lamanya. Jalannya pun rusak, berlubang. Persis seperti menuju hatimu Dwi, jalan menuju hatimu penuh dengan rintangan yang harus aku lewati. Meyakinkanmu. Ya itulah rintangannya, walau pun lebih cocoknya jika meyakinkanmu itu bukan sebuah rintangan melainkan tanggung jawabku agar kau yakin kepadaku.
Aku sangat ingin menggengammu, padahal beriringan saja belum. Aku sangat ingin mendekapmu, padahal bertatap saja sukar. Lucu ya menjadi aku, Dwi. Ternyata benar, Dwi, yang membuat hati terkoyak itu ketika aku memutuskan mendambamu yang bukan siapa-siapa di hatimu. Bahkan saat aku sangat merindukanmu pun tak mampu aku sampaikan. Aku lebih memilih untuk diam karena memang, ternyata tau diri itu  terkadang juga perlu.
Dwi, sebelum aku akhiri tulisan ini coba kau pikirkan lagi. Apakah kau yakin, apa yang aku tulis ini hanya sebuah rangkaian kata-kata belaka ? apa tidak terpikirkan olehmu bahwa ini adalah sisa doa yang mungkin tuhan sudah bosan mendengar namamu melulu yang aku sebut. Namamu, Dwi. Semoga tuhan mengabulkan doa-doaku.
Salam.

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar