Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Sabtu, 17 November 2018

DWI (Tak Sejalan)



 “Di lautan rindumu yang tak bertepi, aku ingin berlabuh di sana, selamanya. Semoga aku yang akan selalu kau rindukan seperti aku yang selalu merindukanmu, Dwi”.
Kau belum membalas suratku, Dwi. Sudah 2 bulan kalau tak salah.
Oke tidak masalah.
Aku lanjutkan tulisanku tentangmu Dwi yang selalu tak pernah kau balas.
Sebenarnya, aku sendiri heran mengapa selama ini aku bisa panjang lebar menulis semua hal tentangmu Dwi. Padahal dulu-dulu aku tak pernah menulis tentang seseorang yang ada di dunia nyata dalam bentuk surat pula. Aku tak punya kecerdasan yang cukup untuk menuangkan perasaan-perasaanku melalui tulisan.
Bahasa yang kau isyaratkan melalui senyuman tulusmu itu yang membangkitkan  aku untuk menulis. Tak henti-hentinya aku mengingat dirimu, aku membayangkan sosokmu menemaniku tiap aku menulis. Kau tau hampir setiap seminggu sekali aku kirimkan surat kepadamu, satu minggu satu surat. Setiap hari aku menulis surat untukmu Dwi agar surat itu mampu aku kirimkan tepat di hari minggu, artinya setiap hari aku tak henti membayangkanmu. Aku merindukanmu, maka aku  curahkan kerinduanku ini melalui tulisan. Lucu ya jadi aku, setiap hari merindukan seseorang yang dia sendiri tak pernah dirindukan oleh orang itu. Dan orang itu adalah kau, Dwi.
Dwi, kau tau ? dulu saat komunikasi kita masih berjalan lancar. Aku sering ketawa-ketawa sendiri saat membaca chat yang kau kirimkan melalui aplikasi Whats App. Pernah sesekali ibuku bertanya yang akhirnya sekarang sering menanyakan “Siapa itu Dwi ?”, “Kapan mau di bawa ke rumah ?” dan pertanyaan pertanyaan aneh lainnya.
“Kamu liat hp malah ketawa-ketawa sendiri, kenapa ?”. Tanya ibuku.
“Iya”. Jawabku singkat. Sambil mengetik pesan untuk membalas chat.
“Ditanya kenapa malah jawabnya iya”.
“Iya”. Sahutku.
“Lagi chatingan sama siapa sih ?”. Ibuku mulai penasaran.
Dan aku masih dengan jawaban “Iya”.
“Kamu suka makan beling sama paku ya ?”
“Iya”. Jawabku.
Lalu ibuku mengambil handphone yang aku pegang. Belum sempat dia baca, aku ambil lagi.
“Jangan Bu”. Ucapku.
“Yaa kamu ditanya jawabnya iya iya aja”. Jawab ibu sedikit kesal.
“Oh iya”.
Dwi asal kau tau, ibuku termasuk orang yang mudah penasaran terhadap sesuatu, maklumlah namanya juga ibu-ibu. Termasuk penasaran kenapa aku ketawa-ketawa saat membalas chat kepadamu, Dwi. Dia terus menerus bertanya, lalu dari pada aku jadi anak yang durhaka maka aku jawab dengan jujur.
“Siapa dia ?”.
“Dwi, bu hehe”. Jawabku sambil cengengesan.
Dia mengambil hp yang aku pengang dan dengan pasrah aku membiarkannya.
“Ini yang pake kerudung ?”.Tanyanya lagi.
“iya”. Jawabku singkat.
“Dia cewek ?”. Pertanyaan paling aneh yang pernah aku dengar dari seorang ibu.
“Ya iya bu, kan pake kerudung.”
“Oooohhh”. Jawabnya seolah-olah mengerti.
“Kenapa bu ?”. Tanyaku.
“Yaa gak apa-apa, berarti anak ibu masih normal”
Hening.
“Musi orang mana ?” Tanyanya.
“Dwi bu”
“Iya itu maksud ibu”.
“Orang Kuningan”. Jawabku.
Dia terus bertanya tentang dirimu Dwi. Bahkan sampai saat ini masih saja bertanya kabarmu, bertanya kapan mau diajak main ke rumah dan pertanyaan-pertanyaan aneh lainnya.
“Dwi hanya teman bu, mana mungkinlah dia mau main ke rumah, mana mungkin mau kenal dengan ibu”. Jawabku kepada ibu agar berhenti bertanya tentang dirimu Dwi.
Bukan aku tak mau membahas tentang kau, Dwi, yang aku takutkan, ibu malah salah paham.
Aduuuh kok aku malah cerita tentang obrolan aku dan ibuku. Maaf yaa Dwi.
Aku lanjutkan lagi tulisannya.
Beberapa hari yang lalu aku mengajakmu main, kebetulan aku ada waktu kosong namun aku lupa bahwa Tuhan maha sesukan-Nya. Kau tak bisa, kau sedang ada di kota kelahiranmu. Padahal aku menunggu waktu luang itu. Hari kuliah, kau sibuk dengan tugasmu. Hari kuliah libur, kau tetap tak bisa. Memang sudah tentu, kepadaku kau tak pernah punya waktu.
Bukan hanya itu saja. Entah mengapa akhir-akhir ini kita jarang komunikasi. Bukan aku tak mau berbalas sapa denganmu hanya saja tiap aku chat, aku takut mengganggu waktumu, bukan tanpa alasan, karena setiap aku chat, kau sangat lama membalasnya. Kau sudah tak seperti yang dulu lagi Dwi. Bahkan sering aku temukan, onlinemu terlihat namun chatku terlewat. Bukan hanya sekali. Dari itu, maka aku sadar diri siapa aku. Aku hanya tak mau mengganggu waktumu jika sudah aku temukan sikapmu seperti itu kepadaku Dwi.
Jika memang kehadiranku atau pun pesan dariku sangat mengganggu waktumu sehingga kau tak pernah menyisihkan waktu untuku, maka izinkan aku untuk tetap menulis cerita tentangmu dan menulis surat kepadamu. Seperti surat ini, masih tentangmu yang aku sendiri pun tak tau kau akan membacanya atau pun tidak. Tak mengapa, dengan aku menulis surat ini, aku merasa bisa dekat dengamu. Miris, memang.
Ya sangat miris. Mengingatmu adalah hal yang miris tapi mau bagaimana lagi pikiranku selalu mengingat dirimu, tak terkecuali. Kadang aku juga sedih saat mengingatmu, bagaimana dulu aku merasa dekat denganmu, selalu ada waktu untuk komunikasi bersama namun sekarang tidak. Kau yang sudah tidak punya waktu luang lagi. Setiap waktu aku ingin menyapamu, aku ingin menanyakan kabarmu tapi aku tidak berani setelah membayangkan akibatnya. Ya, akibatnya nanti kau merasa terganggu. Akibatnya kau nanti risih dengan sapaku. Akibatnya nanti aku menunggu balasan pesan yang entah berapa lama aku kau akan balasnya.
Miris. Ya miriiiiiiiissss hahaha
Aku hanya perlu kesadaran sedikit saja, bahwa bagimu ada hal yang lebih menarik dibandingkan dengan perasaanku, kehadiranku dan penantianku. Aku perlu kesadaran sedikit saja, jika ada hal yang membuatmu tenang, jika disandingkan denganku, aku tak pernah kau lihat. Benar, aku baru mersakan nasihat yang sudah lama dari ibuku, bahwa ada kalanya mimpi kita dibangunkan oleh orang lain. Termasuk ini, aku yang bermimpi bisa membahagiakanmu dengan caraku, nyatanya aku dibangunkan olehmu bahwa aku tak bisa menggapai mimpi itu. Bahkan aku tak layak menggapainya.
Benar. Kau memilih hilang namun tak pernah pergi dari ingatan dan hatiku. Dan aku memilih mencarimu, namun tak pernah aku temui dimana kamu berada. Ini perihal berat sebelah. Aku merasa kehilanganmu, sementara kau biasa saja. Aku yang memang mencintaimu, sementara kau masih terikat masa lalu. Aku yang ingin mendekapmu, sementara kau ingin melaskan diri. Ini adalah tipu daya sebuah perasaan yang sekarang aku sadar bahwa aku sedang jatuh cinta sendirian, jatuh cinta kepadamu. Singkatnya, hidupku adalah hidupmu, sementara hidupmu masih ada di masa lalu.
Dwi, lihat, aku menulis ini sambil minum kopi. Tenyata aku di hadapan kopi setara, sama pahitnya. Maka tulisan ini banyak rasa pahitnya yang aku tuangkan agar kau baca dan semoga setelah kau baca semua hal yang  aku lakukan bisa menjadi manis.
Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar