Bagi
sebagian orang melupakan suatu hal itu lebih susah daripada mengenal hal baru,
begitu pula denganku. Aku belum bisa melupakan mantan yang sudah meninggalkanku
dua tahun yang lalu. Saat itu program KKN dari kampus sedang berlangsung. KKN
dilaksanakan selama 30 hari. Awalnya biasa saja, namun ketika memasuki hari
ke-20 semuanya jadi berubah. Masih aku ingat, waktu itu hari jumat dan aku
memakai baju batik, seragam khas pak RT jika sedang mengadakan rapat. Dia
mengajak aku untuk bertemu di tempat KKN-nya.
Senyuman ceria aku berikan untuknya
sebagai tanda bahwa aku senang bertemu dia. Semua pembicaraan tersusun dengan
rapih seolah dia sudah merencanakan pembicaraan mengenai hal ini; proses
pemutusan kisah cinta aku dan dia. Di sini awal dari semua sandiwaraku.
Dia
berkata “maaf kayaknya kita gak bisa melanjutkan hubungan ini”.
Aku
shock, tak bisa berbuat apa-apa, aku
hanya bisa berkata “aku gak ngerti, maksud kamu apa ?” padahal dalam hati meronta
“pliss jangan pergi pliss”.
“Kita
putus aja yaa” tegasnya
Aku
jawab dengan nada bertanya “Putus ?”, padahal dalam hati sedang berteriak “Tidaaaaaaaakkk !!!”
“Iya
karena kita udah gak cocok, aku juga merasa jenuh sama kamu” ucapnya sambil
memberikan senyuman manis namun bagiku itu senyuman pahit.
“Oh
gitu yaa?” jawabku masih dengan menyembunyikan rasa shock yang ku rasa, padahal hati sedang berkata “ hatiku kini hancur”.
Dalam
pikiran, aku tidak mau terlihat sedih ketika dia meminta pergi dari kehidupanku
meskipun sejujurnya aku tidak mau dia pergi meninggalkanku dan cinta yang aku
berikan untuk dia tapi harga diri lebih
penting dari pada sakit hati.
Melihat
aku yang seolah tanpa beban ketika dia meminta pergi dari kehidupanku, dia
langsung berkata masih dengan senyuman manisnya “Maaf yaa aku belum bisa jadi
yang terbaik buat kamu, aku pulang duluan, jaga diri kamu Rif”.
Aku
tidak sanggup untuk menjawab ucapannya, aku hanya bisa menjawab dengan senyuman
tipis sebagai isyarat bahwa aku baik-baik saja, padahal hati sedang bernyanyi “Mudah saja bagimu, mudah saja untukmu andai
saja cintamu seperti cintaku”.
Di
tempat itu aku hanya bisa melihat dia pergi, semakin lama semakin jauh
langkahnya meninggalkan aku dan luka yang aku rasakan. Ketika dia sudah tidak
terlihat dari pandangan mata, pilihanku hanya ada dua; 1) lari sambil nangis kemudian memeluk cewek sebagai bahu untuk
tangisanku; atau 2) pulang terus diam
di kamar seharian penuh. Dan aku pilih pilihan yang kedua karena tidak ada
cewek yang mau dipeluk olehku.
Saat
perjalanan pulang semuanya biasa saja tapi pas sampai rumah galaunya baru
terasa.
Patah
hati itu seperti minum Antimo, awalnya tidak terasa tapi lama kelamaan efeknya
baru terasa. Aku hanya diam di kamar merenungi apa yang salah dari hubungan ini
dan dihubungan ini aku adalah orang yang disalahkan atas gagalnya asmara aku
dan dia.
Cukup
lama aku terdiam, melewati hari yang masih dalam bayang-bayang dia. Move on itu
yang belum bisa aku kuasai sampai akhirnya aku mengenal seorang cewek yang
dalam tulisan ini aku samarkan namanya menjadi Uli Damayanti. Uli adalah
mahasiswi di universitas yang sama denganku, dia satu prodi denganku. Bedanya
aku belum lulus sampai 9 semester sedangkan dia masih semester 6, aku laki-laki
dan dia perempuan, aku tidak memakai kerudung sedangkan dia memakai kerudung.
Itu bedanya.
Perkenalan
aku dengan Uli berawal dari kesalahanku melihat foto profil dia di facebook, foto Uli mirip dengan pacar
atau lebih tepatnya mantan pacar yang belum bisa aku lupakan saat itu. Dari
jaket yang dia pakai, kerudung yang dia pakai, sampai gaya dia berfotonya
sangat mirip dengan mantan. Sesaat aku berpikir, “jangan-jangan mantan aku
memiliki 1000 wajah yang sama”.
Saat
itu aku sedang ngobrol dengan Bay
“Eh
liat deh dia mirip dengan mantan aku, Bay” ucapku
“Mirip
apanya ? itu jelas-jelas beda. Dia Uli Damayanti adik tingkat kita Rif” jawab
Bay.
“Masa
sih beda ?” ucapku sambil melihat foto profil Uli di facebook yang ku buka lewat hp “Iya sih beda, tapi setidaknya dia
dengan mantanku sama-sama jenis kelaminnya perempuan Bay”
Aku
masih melihat foto Uli, dengan fokus aku pandang foto itu. Mataku melotot,
mulut terbuka, hidung kembang-kempis serta mukaku datar. Saat itu pula Bay
memfoto saya dan bilang “Muka kamu mirip kucing yang sedang merasa bersalah Rif,
nih liat” lalu Bay memberikan hasi jepretanya. Sampai saat ini aku belum pernah
melihat seperti apa ekspresi kucing yang sedang merasa bersalah.
Waktu
terus berlalu tanpa disadari aku semakin sering membuka foto Uli. Ada rasa
ingin kenal dengan dia secara nyata bukan maya tapi aku belum berani untuk meminta
berkenalan dengannya sampai akhirnya aku meng-inbox Uli, “Anak Bahasa dan Sastra Indonesia ?” tanyaku.
“Iya
kak” jawab Uli di ujung sana
Saat
dia membalas pesan dariku, aku tak tahu harus bertanya apalagi dan aku
membalasnya dengan sederhana hanya kata “Oh” dan setelah itu Uli tidak
membalasnya lagi. Tapi tidak apa-apa, setidaknya aku udah mencoba berkenalan
dengan dia walau pun kata temanku “itu namanya bukan kenalan Rif tapi itu hanya
iseng doang”. Setelah aku meng-inbox Uli,
aku jadi sering buka facebook
berharap dia meng-inbox-ku atau
setidaknya dia nge-like status-status
yang aku tulis tapi ternyata tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan.
Segala
cara aku coba agar bisa dekat dengan Uli. Aku mendengarkan teman-temanku
berbicara tentang perempuan. Temanku bilang, “cewek itu suka kata-kata romantis
Rif”, aku coba membuat status yang romantis tapi yang komennya malah berkata
“Hoaaam”. Ada yang bilang juga, “cewek itu sensitif Rif makannya suka yang
galau-galau”, aku coba ikuti, aku tulis status yang galau tapi yang komen malah
bilang “kamu cewek apa cowok ? cowok kok galau”. Dan ada juga yang bilang
“cewek itu suka cowok yang humoris”, akhirnya aku coba membuat status-status
yang lucu tapi mereka malah jadi ilfil dan menyangka aku gila. Kadang aku merasa
kok susah yaa, padahal cewek dengan cowok
lebih banyak cewek tapi kenapa kebanyakannya cowok yang mengejar-ngejar cewek
sedangkan cewek yang dikejar-kejar kadang malah sok jual mahal. Aneh
memang.
Hari-hari
berlalu, aku jadi rajin nge-like
status Uli tapi dia tidak nge-like
balik. Pernah seketika Uli menutup akun facebook-nya,
aku cari nick name dia di pencarian
dan hasilnya tidak ditemukan. Aku sempat berpikir “jangan-jangan dia ikutan
ilfil dan memblokir facebook aku”
namun setelah beberapa hari akhirnya Uli kembali aktif lagi dan rasanya itu Woooow, aku jadi rajin buka facebook lagi.
“Rif
tanggal 31 Mei ikut LDK yaa” ucap Bay
“Gak
ah males”
“Aaaah
kamu mah, ayo lah ikut”
“Emang
siapa aja yang ikut ?” tanyaku
“Kalau
alumni paling gue, lo, dan yang lainnya paling ada 6 anak doang”
“Udah
cuma segitu ?”
“Itu
kan alumni, nanti juga ada anak tingkat 1, 2 dan 3 kok, tenang aja pasti rame”
jawab Bay.
Mendengar
jawaban Bay seperti itu, aku mendadak langsung-ingin-ikut-tanpa-pikir-panjang.
Ada anak tingkat 3 yang ikut berarti ada Uli juga, dan itu juga berarti aku dan
Uli ada di tempat yang sama dan kemungkinan besar aku bisa berkenalan secara
langsung dengan Uli bahkan aku bisa ngobrol dengannya.
Aku
langsung jawab “Oke aku ikut”
“Naaah
gitu dong”
Aku
menunggu hari itu.
Hari
pelantikan LDK datang juga, aku sebagai alumni datangnya terakhir, bukan karena
alumni bisa datang kapan saja tapi biar kalau datangnya terakhir aku gak perlu
bikin tenda untuk tidur, cerdas memang.
Aku
datang ke LDK dengan niat baik dan maksud jahat. Niat baiknya aku ingin
berkumpul dengan para alumni yang lain dan adik-adik tingkat, dan maksud
jahatnya aku ke LDK biar aku bisa bertemu dengan Uli. Ya Uli, orang yang kini
mengubahku menjadi sering terpikirkan dia terus, orang yang selama ini membuat
aku jadi susah tidur, tidur kalau ngantuk saja, ke wc kalau kebelet saja dan
makan kalau lapar saja.
Senyuman
manis aku berikan ketika aku datang ke perkemahan LDK, kawan-kawan yang lain
sudah menunggu, katanya sih mereka datang dari pagi dan aku datang tidak lama
setelah mereka, sekitar habis maghrib.
“Lama
banget” ucap mereka
“Sorry
sorry tadi di jalan banyak mobil dan motor”
“Yaa
iya lah namanya juga jalan”
“Ini
cuma segini yang datang ?” tanyaku
“Rame
kok, cuma tingkat 1, 2, dan 3 lagi pada di bawah”
Hatiku
berkata “Tingkat 3 sedang di bawah, berarti Ina ada di bawah”.
“Oh
di bawah” ucapku
Sesekali
aku melihat penampakanku, kaos yang aku pakai belang-belang dengan tangan
panjang dan celana jeans yang kedodoran, maklumlah tinggi badanku tidak
memenuhi standar nasoinal Indonesia, tak lupa kupluk pun aku pakai karena aku
pikir biar kayak di sinetron-sinetron: kemping
identik dengan kupluk. Setelah dipikir-pikir lagi, kaos ini harusnya ketat
tapi berhubung aku kurus jadinya 1 kaos bisa masuk untuk 2 orang, celana
kedodoran dan kupluk yang setelah di pakai olehku bukan kayak di
sinetron-sinetron melainkan malah jadi mirip maling, eiitss maling yang akan mencuri hatinya Uli.
Inikah
yang dinamakan jatuh cinta dalam hati ?
Orang
yang jatuh cinta dalam hati selalu mencuri-curi pandang kapan pun, dimana pun,
dalam kondisi apa pun. Di balik tenda aku perhatikan dia yang sedang asik
barcanda dengan kawannya. Aku hanya bisa melihat dia dari jauh. Melihat dia
tersenyum sudah cukup buatku. Ketika api unggun berlangsung, aku hanya bisa
memperhatikan dia dari belakang. Sempat aku bersimpang jalan dengannya namun
lidah ini keluh untuk berkata “Hey”.
Sampai akhirnya aku pulang, dia pulang dan LDK selesai. Aku tidak berbicara
sepatah kata pun dengan Uli.
Orang
yang jatuh cinta dalam hati selalu merasa serba salah, mendekati tapi malu,
menjauh tapi ingin dekat. Aku mencoba mendekati Uli namun takut dia tidak suka
dengan sifatku yang tiba-tiba mendekatinya, maka dari itu aku hanya bisa menunggu,
menunggu dan menunggu Uli datang menghampiriku. Sampai akhirnya bulan Ramadhan
pun tiba, tanpa angin, tanpa hujan, tanpa badai, tanpa tsunami, dan tanpa makan
dan minum (iya lah bulan puasa) tiba-tiba dia meng-inbox-ku (tetep aku duluan yang meng-inbox-nya). Kita jadi semakin akrab, dia jadi sering nge-like status-status yang aku tulis bahkan
dia komen di statusku.
Orang
yang jatuh cinta dalam hati akan membayangkan hal-hal yang tidak pasti tapi
seolah pasti. Semenjak akrab, aku makin sering buka facebook, berharap dia komen atau meng-inbox. Aku membayangkan Uli selalu memikirkan aku, menunggu
status-status aku dan hal-hal lain yang menyangkut aku. Yang aku ingat dia
pernah komen di statusku “Beranda saya sekarang jadi penuh sama staus-status
kak Derif”, aku yang membacanya hanya bisa bilang dalam hati “Yess, terserah
dia suka atau tidak dengan status yang ku tulis yang terpenting sekarang aku
tau dia sudah tau namaku.”
Orang
yang jatuh cinta dalam hati akan serba tau tentang kegiatan orang yang dia
cintai. Aku tau, di pertengahan Juni Uli sedang ada kegiatan LPJ, aku tau satu
minggu setelah kegiatan LPJ itu Uli mengadakan acara perpisahan dengan
rekan-rekan anggota HMJ, bahkan aku tau jam-jam saat Uli online di facebook.
Namun, tetap aku tak bisa untuk lebih dekat dengannya.
Sampai
saatnya, pukul 02.15 dini hari Uli masih online di facebook. Dengan pede nya aku meng-inbox Uli “Jam segini belum tidur pasti lagi galau”.
5
menit dia tidak membalasnya.
Aku
masih menunggu.
10
menit dia tidak membalasnya.
Tetap
masih aku tunggu.
1
jam belum di balas juga.
Aku
masih tetap di beranda facebook >
lihat obrolan > buka profil > kembali lagi ke obrolan > cek pesan. Dan
tetap belum Uli balas juga. Bahkan sampai saat ini, saat aku tulis cerita
tentang Uli yang aku samarkan namanya ini, belum dia balas juga inbox dariku.
Orang
yang jatuh cinta dalam hati akan memenuhi catatannya dengan kata-kata cinta
yang tak tersampaikan. Bagi anak sekolah biasanya di lembar terakhir buku
tulisnya akan ada kata-kata tentang perasaannya yang belum tersampaikan, begitu
pula denganku namun semua itu aku tulis di status facebook karena hanya lewat media itu Uli bisa membacanya dan berharap
dia tau status yang aku tulis itu untuknya.
Kalimat
yang ingin aku katakan kepada Uli namun belum sempat aku mengatakannya hingga
akhirnya aku tulis hanya lewat status facebook,
seperti ini.
Ketika cinta
mulai hadir
Tanpa disadari
rasa itu merasuk begitu cepat
Mulai dari
kesalahan memandangnya
Mulai dari
kemiripan dengan masalalu
Meski aku tak
bisa berucap langsung
Meski hanya
berbagi suka di media sosial itu sudah cukup bagiku
Mengenalmu
adalah hal paling indah yang pernah ku rasakan
Aaaahhhh...
Aku bosan
menunggumu online di facebook
Dengan bantal
yang ku simpan di bawah dagu
Aku bosan menunggumu
bertanya yang hingga saat ini aku yang selalu bertanya
Aku bosan setiap
kali aku yang memulai pembicaraan
Aku bosan tapi
aku nyaman
Aku bosan setiap handphone berdering jantung
berdetak lebih cepat dan berharap itu pesan darimu
Aku jatuh cinta pada
orang yang sudah memiliki cinta
Aku hanya jadi
pengagumu
Aku hanya jadi
pemuja rahasiamu
Aku hanya jadi
pemberi cinta tanpa diberi cinta
Kemudian
ada lagi kalimat yang aku tulis untuk dia (tetep
masih melalui status facebook),
seperti ini.
Merindumu adalah
hal yang biasa ku rasakan
Merindumu itu
selalu namun sakit yang aku rasa
Menusuk hingga
palung hati terdalam
Mengoyak jiwa
hingga sesak yang aku terima
Ketika rindu
terabaikan tak ada harapan selain dia mengerti
Rindu pada orang
yang salah atau rindu pada waktu yang tak tepat ??
Jiwa ini salah
telah memupuk sebuah rasa
Rasa untuk orang
yang sudah tak mampu menerima rindu
Banyak kata yang
ingin ku ucap
Semuanya masih
utuh tersimpan untukmu
Andai kau tau
Andai kau adalah
diriku
Tanpa aku ucap,
kau pasti memahaminya
Dengan
di tulisnya status-status itu aku berharap dia berkomentar atau nge-like agar aku tau dia sudah membacanya
namun semuanya tak seperti apa yang aku harapkan. Uli tidak memberikan
tanda-tanda bahwa dia sudah membacanya, malah teman yang lain yang berkomentar
“Cukup cukup kau kini telah terkena virus
dari sinetron GGS dan Catatan Hati Seorang Istri” aku cuma bisa jawab “Haaah ?? Hellowww”
Ujung-ujungnya,
orang yang jatuh cinta dalam hati hanya bisa menerima kenyataan yang kadang
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kini aku dan Uli jadi jauh, tak pernah
berkomunikasi lagi, aku meng-inbox
dia tapi dia tidak membalasnya. Dari respon Uli kepadaku seperti itu, kini aku
tau dia tak ada rasa ingin kenal denganku. Dari pesan yang tidak dibalas, aku
juga mengerti ini saatnya aku menjauh. Dari pesan yang tidak dibalas juga
setidaknya kini aku telah bangun dari mimpi, mimpi untuk bisa lebih dekat
dengan Uli.
Di
LDK walau pun bertemu namun aku dan Uli tidak ngobrol. Di kampus walau pun
sering bertemu namun tak ada kalimat yang keluar bahkan kata “Hey” pun tidak ada. Di facebook kini jadi semakin jauh.
Lucu
ya, ketika orang ingin kenal lebih akrab tapi orang yang ingin dikenali itu
malah menjauh seolah ada batas. Uli tidak ingin akrab denganku, orang yang
mungkin beda kasta ini. Orang yang beda jauh dari penampilan fisiknya, Uli
seperti boneka Barbie sementara aku seperti boneka jenglot. Bahkan mungkin
seperti judul lagu Singkong dan Keju, Uli suka keju sementara aku lebih suka singkong.
Semuanya berbeda.
Pada
akhirnya orang yang jatuh cinta dalam hati hanya bisa merelakan, merelakan
orang yang dia cintai pergi jauh dari kehidupannya. Kini aku dan Uli sudah
jauh, meski pun di facebook kita
masih berteman tapi aku sadar diri, aku tidak ingin bermimpi terlalu dalam lagi.
Saat
aku tulis cerpen ini, dia orang yang aku cintai yang aku samarkan namanya
menjadi Uli Damayanti tidak mengetahuinya dan berharap dia akan baca tulisan
ini agar dia tau bahwa aku pernah jatuh cinta kepadanya.
Mungkin
aku jatuh cinta pada orang yang salah atau mungkin juga aku jatuh cinta di
waktu yang tidak tepat.
Mungkin.
Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com