Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Rabu, 17 September 2014

Bergalau Ria



Kamu itu seperti Gunung, indah di pandang namun terjal dan berliku ketika di dekati.


Rindu itu cuma milik kita, tapi bedanya aku merindukan kamu sedangkan kamu merindukan dia.


Sampai kapan pun kata “Selingkuh” akan tetap ada selama masih ada kata “Jenuh”.


Hukum dalam pacaran tidak akan pernah menghapus kata “Putus” selagi kata “Jatuh Cinta” masih berlaku.


“Aku Cinta Kamu”, sebenarnya itu nafsu yang berkata; Nafsu ingin mendapatkan sesuatu.


LDR adalah jenis pacaran yang mebutuhkan rasa saling percaya satu sama lain dan saling percaya kalau kita sedang selingkuh diam-diam.


Yang mutusin :   Masih ingin tetap berteman dengan mantan.
Yang diputusin : Nyesel kenapa harus pacaran dengan dia dan tidak mau berteman lagi dengan mantan.


Orang yang bilang, “Aku sudah Move On”, sebenarnya dia belum bisa melupakan mantannya.


Sayang sama kamu itu gak jauh beda kayak minum kopi, meski pun pahit tapi tetap gak ngebosenin.


Kamu itu seperti bola dalam sebuah pertandingan sepak bola, banyak yang memperebutkan, sedangakan aku seperti Lionel Messi yang cuma bisa mengejar saja dan pas kena eh ada yang merebutnya lagi.


Menunggu suatu hal yang tidak pasti itu rentan dengan kekecewaan.


Gak mau kecewa ? ya jangan pernah berharap.


Andai setiap orang itu kayak Pinokio, mungkin tidak ada yang berbohong kalau pacaran.


“Jenuh” adalah kata yang digunakan ketika ingin putus namun tidak memiliki alasan.


Menunggu kamu mengerti itu, seperti menunggu hujan di musim panas dan menunggu panas di musim hujan.


Tidak ada hal yang lebih menyakitkan, selain ditinggal pergi tanpa alasan.



Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com

Sabtu, 13 September 2014

Hey Tunjukan Wajahmu !!!



Sudah tiga bulan aku kuliah di Universitas Swadaya Gunung Jati. Kini udara kampus telah nyaman untuk aku hirup, wajah-wajah mahasiswa yang satu kelas denganku kini sudah tidak asing lagi di mataku dan nama mereka pun sudah aku kenal. Sekarang dalam bercanda dengan teman-teman pun sudah tidak canggung lagi dan sampai sekarang aku tetap belum punya pacar atau kekasih atau perempuan yang tidak beruntung mendapatkan cinta yang aku punya. Sampai akhirnya sepupuku, Apip memberi kabar baik untuk kelangsungan hidupku yang masih muda ini. 
Jreeeng Jreeeeng.
Kabar baiknya itu dia bilang “A, teman saya waktu osepek ada yang cantik namanya Ica, dia masuk jurusan Pendidikan Ekonomi. Mau gak saya kenalin ke A’Derif ?”. Aku langsung bersemangat dengan menjawab “Mau mau mau”. Dan yang menjadi masalah Icanya mau gak ketemu saya atau yang lebih parah, kabar baik ini menjadi kabar buruk untuk Ica.
Aku dan Apip masih ngobrol-ngobrol tentang Ica, sampai akhirnya dia memberi nomor telpon Ica kepadaku. Sambil tersenyum penuh kemenangan, aku langsung menyimpan nomor Ica di kontak hp yang dari tadi ada di genggaman tanganku yang mungil ini.
“Jangan lupa sms” Ucap Apip.
“Iya tenang aja pasti beres” Jawabku “Oya nanti saya smsnya gimana ?”
Hening.
Jujur aku memang tidak bisa sms kepada siapa pun itu kalau belum kenal dengan orangnya apalagi belum tau wajahnya atau penampilan orang tersebut. Jadi bisa saya katakan ini adalah kencan buta dimana aku belum kenal dan belum pernah ketemu bahkan melihatnya pun belum pernah begitu pun sebaliknya.
Malam pun tiba. Aku dengan antusias ingin sms ke Ica, tapi Ica sapertinya tidak ingin sms aku (Iya lah belum kenal). Ku buka hp yang sedang ku genggam. Lihat nama yang ada kontak hp-ku. Mataku tertuju ke kontak yang bernama nama Ica. Ingin aku sms tapi takut malah disangka aku orang yang aneh dan sok akrab jadi niat itu aku urungkan untuk malam ini.
Semakin malam semakin sepi. Udara dingin kian menusuk. Hanya lagu-lagu miliknya Muse yang menemani keheningan ini.
Ku lihat hp yang sengaja ku simpan di samping tempat tidur. Sepi. Tak ada sms. Pikiranku kembali ke niatan untuk tidak sms Ica. Dan niatan itu kini malah berbalik. Tanpa pikir panjang, aku langsung menulis sms yang ku kirimkan kepada Ica.
“Hey”. Sms yang ku kirim.
Belum ada balasan.
30 menit berlalu.
1 jam berlalu.
Dan tetap tidak ada balasan.
Ada dua kemungkinan kenapa Ica tidak membalas sms-ku ini: 1) Dia tipikal orang yang cuek dan tidak mau berkomunikasi dengan orang yang belum dia kenal. Atau 2) Dia tidak punya pulsa untuk membalasnya.
Malam itu tidak ada sms yang ku terima sebagai balasan dari Ica.
Keesokan harinya aku bertemu dengan Apip. Dan dengan semangat tinggi dia bertanya.
“Gimana tadi malam, udah sms Ica-nya ?”
“Udah” Jawabku datar.
“Bagus, bagus. Terus jawabnya gimana ?’
“Dia gak bales sms-nya”
“Yaah” gumam Apip
“Yaaah” aku pun ikutan.
“Tenang, nanti di sms lagi aja A” ucap Apip memberikan semangat.
“Iya deh” Jawabku datar.
Setelah kejedian (Ica tidak membalas sms) itu, aku jadi enggan untuk sms siapa pun yang belum aku kenal.
Hari-hari berlalu. Aku masih berharap bisa berkomunikasi dengan Ica meski hanya lewat sms tapi kadang harapan tidak seperti kenyataan. Semakin terus berharap, semakin sering juga aku kecewa.
Ica tidak pernah membalas sms dariku sampai akhirnya aku bertemu dengan Ica di kampus. Di lantai 2 kampus, aku sedang duduk santai dengan Apip sambil melihat para mahasiswa dan mahasiswi berlalu-lalang di lantai dasar.
“Itu Ica” kata Apip.
“Yang mana ?” tanyaku “Kenalin langsung sih”
“Oke”
Apip memanggil Ica tapi Ica tidak mau menghampirinya. Aku diam, dalam hati berkata gagal lagi.
“Mungkin belum saatnya A”. Ucap Apip
Setelah aku tahu seperti apa penampakan Ica, aku jatuh cinta dalam pandangan pertama. Aku makin penasaran, aku makin ingin kenal dengan Ica. tanpa pikir panjang aku sms dia lagi.
“Hey”
“Iya, siapa ya ?” jawabnya di ujung sana.
Yess, dia membalas smsnya.
“Aku Derif” jawabku “sodaranya Apip”
“Oh yang tadi duduk sema Apip di lantai 2 itu yaa?
“Iya benar sekali”
Setelah itu dia tidak membalas smsnya lagi tapi setidaknya dia sudah tahu aku. Itu sudah cukup untukku agar bisa kenalan dengannya.
Malam pun tiba. Layaknya orang sedang jatuh cinta, aku terus menerus memikirkan dia, membayangkan wajah dia, sesekali aku senyum-senyum sendiri. Ku buka hp, kulihat nomor kontak dia. Ada rasa ingin menghubungi dia tapi sepertinya masih terlalu dini untuk menghubunginya. Aku takut malah dia jadi risih dengan kehadiranku.
Niat hati hanya ingin kenal dengan Ica tapi malah aku semakin jatuh hati terhadapnya. Yaa rindu yang menyebabkan aku jadi susah tidur akhir-akhir ini.
Setelah pertemuan pertama dengan Ica yang tanpa sengaja itu kita jadi sering smsan dan kita pun sering ketemu di kampus. Akibat sering bertemu dengannya aku semakin yakin bahwa aku telah benar-benar jatuh cinta.
Semuanya berjalan lancar, kita makin akrab. Kini dia yang kadang sms aku duluan.
“Rif, kamu punya akun facebook gak ?” sms dari Ica
Facebook ?? apa itu facebook ??. Yaa saat itu aku tidak tahu facebook itu apa. Tapi biar terlihat keren di depan orang yang aku suka, ku jawab dengan mantap “punya dong, zaman sekarang masa gak punya facebook
“Minta dong” jawabnya “nick name-nya apa ?”
Mampus aku harus jawab apa? Apa aku harus jawab “maaf facebook aku lagi digadein buat beli makan besok”.
Hening.
Aku tak membalas pesan itu.
“Eh kok gak dibales smsnya”
Aku masih tetap tidak membalasnya dan beberapa saat kemudian hapenya aku matikan.
Keesokan paginya dengan tampang yang ganteng kata ibuku, aku langsung mengajak Apip untuk membuat akun yang bernama facebook itu. Jujur sebenarnya aku tidak tau apa itu facebook dan seperti apa bentuknya.
“Pip tau facebook gak ?” ucapku.
“Tau lah, zaman sekarang masa gak tau facebook” jawab Apip.
Seperti mendapatkan air di gurun pasir yang gersang, aku langsung bersemangat.
“Ya udah antar aku cari facebook yuk, facebook adanya dimana ?” tanyaku
“Gak ada yang jualan facebook, facebook itu adalah sebuah akun kalau pengen punya yaa bikin akunnya”
“Oooooooooooooohhhh”
Betapa begonya diriku
Hening.
Aku langsung mencari warnet ditemani oleh Apip. Ya Apip aku ajak bukan karena aku tidak berani sendirian cuma aku tidak mengerti bagaimana cara membuat akun facebook jadi jalan terbaiknya yaaa aku harus bawa Apip.
Aku langsung membuat akunnya. Saat itu aku berusia 17 Tahun dan masa-masa di umur 17 tahun itu sedang alay-alanyanya atau menuju puncak kealayan jadi tidak heran nama asliku Derif Rys Gumilar, S.Pd. ralat, ralat, saat itu cuma Derif Rys Gumilar, di facebook namaku berubah menjadi Eriefgilar Aquino biar terlihat gaul dan keren.
Aku beri tau Ica tentang kabar gembira ini, kabar gembira yang mengalahkan kabar tentang Bang Toyib sudah pulang.
“Ca, maaf tadi malem aku ketiduran. Ini nick name facebook aku, Eriefgilar Aquino”. Pesan dariku untuk Ica
Tak lama kemudian ada pemberitahuan bahwa pesannya sudah terkirim. Aku senyum-senyum dan tatapan mataku tajam biar sesuai dengan nama di facebook, Eriefgilar Aquino.
“Nama asli kamu Eriefgilar Aquino ?” jawab Ica diujung sana.
Aku bingung harus jawab apa, aku bepikir “jangan-jangan nama itu terlalu keren untuk ukuran wajah sepertiku jadi Ica merasa ada yang tidak sinkron antara wajah dan nama”.
Gara-gara pertanyaan Ica seperti itu jawabku menjadi aneh “Enggak nama itu ini, itu itu ini iya ini”.
“Kok gak ada fotonya Rif ?” balasan dari Ica
Yess gara-gara aku balas dengan “itu-ini” Ica langsung mendadak amnesia tentang pentanyaan nama Eriefgilar Aquino. Tapi masalah baru muncul “Kok gak ada fotonya”, aku tidak mengerti apa maksudnya, aku hanya membalas “Emang difacebook ada fotonya ?”
“Yaa ada lah” jawab Ica masih dengan lewat sms.
“Oh iya lupa, iya ada ya, aduh aku lupa” ucapku yang disambut oleh Ica yang tidak membalas-balas pesan dariku lagi.
Sebenarnya bukan karena aku tidak tahu masalah di facebook ada fotonya apa tidak cuma aku tidak mengerti bagaimana cara mengupload fotonya jadi lebih baik aku bilang tidak tahu dari pada tidak mengerti.
Waktu terus berjalan dan aku makin merasa nyaman dengan Ica meski pun hanya lewan smsan. Entah apa yang aku rasakan tentang persaan itu, aku jatuh cinta kepada Ica orang yang belum pernah aku temui secara langsung. Aku mengenali dia hanya lewat media komunikasi yang bernama hape dan facebook saja. Apakah itu yang dinamakan cinta atau itu hanya perasaan nyaman saja tapi  bukankah unsur dari cinta itu salah satunya adalah kenyamanan.
Karena perasaan yang tak mampu aku tutupi lagi, bahwa aku benar-benar jatuh cinta kepada Ica, aku beranikan diri untuk menyatakannya meski hanya lewal telepon. Aku berpikir lebih baik aku menyatakannya biar tenang dari pada aku pendam saja yang tak tau sampai kapan memendamnya.
Waktu itu malam minggu. Entah kenapa bagiku malam minggu adalah malam yang spesial untuk menyatakan cinta jadi dengan rasa pede yang tinggi aku nyatakan perasaan yang sebenarnya aku rasakan untuk Ica.
“Hallo”. Jawab Ica diujung sana
“Iya, Ica ini aku Derif”
“Iya aku tau itu kan nomer kamu”
Aku  ngobrol-ngobrol dengan Ica hingga akhirnya aku menyatakan perasaan cintaku kepada Ica.
“Ca, kita kenal udah lama yaa meski hanya lewat sms dan belum pernah ketemu gak tau kenapa aku merasakan nyaman dengan kamu”. Ucapku.
“Iya terus ?” Jawab Ica
“Aku sayang sama kamu” Tegasku
Aku tak berani berkata “Kamu mau jadi pacar aku?” karena niat awalku hanya ingin menyatakan perasaan yang sebenarnya aku rasakan terhadap Ica
“Maaf yaa Rif aku hanya menganggap kamu hanya teman saja gak lebih” Ucap Ica.
Dan saat itu pula resmilah cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku tidak mempermasalahkan karena kata pepatah mengatakan “lebih baik mencoba terus gagal dari pada tidak sama sekali”. Aku telah mencobanya dan aku gagal.
Sebenarnya Ica tidak salah, yang salah itu adalah aku yang terlalu ke-pede-an dan terlalu menikmati komunikasi yang terjadi setiap hari. Mungkin bagi Ica setiap komunikasi yang berlangsung setiap hari itu hanya sebatas hiburan belaka namun aku mengartikannya itu adalah sinyal bahwa Ica suka kepadaku dan pengertian yang aku artikan itu ternyata salah total, salah total.
Ya rasa ke-pede-an menjadi sumber terjadinya cintaku bertepuk sebelah tangan ini.



Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com

Jumat, 05 September 2014

Catatan Terakhir Tentang Uli Damayanti



Bagi sebagian orang melupakan suatu hal itu lebih susah daripada mengenal hal baru, begitu pula denganku. Aku belum bisa melupakan mantan yang sudah meninggalkanku dua tahun yang lalu. Saat itu program KKN dari kampus sedang berlangsung. KKN dilaksanakan selama 30 hari. Awalnya biasa saja, namun ketika memasuki hari ke-20 semuanya jadi berubah. Masih aku ingat, waktu itu hari jumat dan aku memakai baju batik, seragam khas pak RT jika sedang mengadakan rapat. Dia mengajak aku untuk bertemu di tempat KKN-nya.
            Senyuman ceria aku berikan untuknya sebagai tanda bahwa aku senang bertemu dia. Semua pembicaraan tersusun dengan rapih seolah dia sudah merencanakan pembicaraan mengenai hal ini; proses pemutusan kisah cinta aku dan dia. Di sini awal dari semua sandiwaraku.
Dia berkata “maaf kayaknya kita gak bisa melanjutkan hubungan ini”.
Aku shock, tak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa berkata “aku gak ngerti, maksud kamu apa ?” padahal dalam hati meronta “pliss jangan pergi pliss”.
“Kita putus aja yaa” tegasnya
Aku jawab dengan nada bertanya “Putus ?”, padahal dalam hati sedang berteriak “Tidaaaaaaaakkk !!!
“Iya karena kita udah gak cocok, aku juga merasa jenuh sama kamu” ucapnya sambil memberikan senyuman manis namun bagiku itu senyuman pahit.
“Oh gitu yaa?” jawabku masih dengan menyembunyikan rasa shock yang ku rasa, padahal hati sedang berkata “ hatiku kini hancur”.
Dalam pikiran, aku tidak mau terlihat sedih ketika dia meminta pergi dari kehidupanku meskipun sejujurnya aku tidak mau dia pergi meninggalkanku dan cinta yang aku berikan untuk dia tapi harga diri lebih penting dari pada sakit hati.
Melihat aku yang seolah tanpa beban ketika dia meminta pergi dari kehidupanku, dia langsung berkata masih dengan senyuman manisnya “Maaf yaa aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu, aku pulang duluan, jaga diri kamu Rif”.
Aku tidak sanggup untuk menjawab ucapannya, aku hanya bisa menjawab dengan senyuman tipis sebagai isyarat bahwa aku baik-baik saja, padahal hati sedang bernyanyi “Mudah saja bagimu, mudah saja untukmu andai saja cintamu seperti cintaku”.
Di tempat itu aku hanya bisa melihat dia pergi, semakin lama semakin jauh langkahnya meninggalkan aku dan luka yang aku rasakan. Ketika dia sudah tidak terlihat dari pandangan mata, pilihanku hanya ada dua; 1) lari sambil nangis kemudian memeluk cewek sebagai bahu untuk tangisanku; atau 2) pulang terus diam di kamar seharian penuh. Dan aku pilih pilihan yang kedua karena tidak ada cewek yang mau dipeluk olehku.
Saat perjalanan pulang semuanya biasa saja tapi pas sampai rumah galaunya baru terasa.
Patah hati itu seperti minum Antimo, awalnya tidak terasa tapi lama kelamaan efeknya baru terasa. Aku hanya diam di kamar merenungi apa yang salah dari hubungan ini dan dihubungan ini aku adalah orang yang disalahkan atas gagalnya asmara aku dan dia.
Cukup lama aku terdiam, melewati hari yang masih dalam bayang-bayang dia. Move on itu yang belum bisa aku kuasai sampai akhirnya aku mengenal seorang cewek yang dalam tulisan ini aku samarkan namanya menjadi Uli Damayanti. Uli adalah mahasiswi di universitas yang sama denganku, dia satu prodi denganku. Bedanya aku belum lulus sampai 9 semester sedangkan dia masih semester 6, aku laki-laki dan dia perempuan, aku tidak memakai kerudung sedangkan dia memakai kerudung. Itu bedanya.
Perkenalan aku dengan Uli berawal dari kesalahanku melihat foto profil dia di facebook, foto Uli mirip dengan pacar atau lebih tepatnya mantan pacar yang belum bisa aku lupakan saat itu. Dari jaket yang dia pakai, kerudung yang dia pakai, sampai gaya dia berfotonya sangat mirip dengan mantan. Sesaat aku berpikir, “jangan-jangan mantan aku memiliki 1000 wajah yang sama”.
Saat itu aku sedang ngobrol dengan Bay
“Eh liat deh dia mirip dengan mantan aku, Bay” ucapku
“Mirip apanya ? itu jelas-jelas beda. Dia Uli Damayanti adik tingkat kita Rif” jawab Bay.
“Masa sih beda ?” ucapku sambil melihat foto profil Uli di facebook yang ku buka lewat hp “Iya sih beda, tapi setidaknya dia dengan mantanku sama-sama jenis kelaminnya perempuan Bay”
Aku masih melihat foto Uli, dengan fokus aku pandang foto itu. Mataku melotot, mulut terbuka, hidung kembang-kempis serta mukaku datar. Saat itu pula Bay memfoto saya dan bilang “Muka kamu mirip kucing yang sedang merasa bersalah Rif, nih liat” lalu Bay memberikan hasi jepretanya. Sampai saat ini aku belum pernah melihat seperti apa ekspresi kucing yang sedang merasa bersalah.
Waktu terus berlalu tanpa disadari aku semakin sering membuka foto Uli. Ada rasa ingin kenal dengan dia secara nyata bukan maya tapi aku belum berani untuk meminta berkenalan dengannya sampai akhirnya aku meng-inbox Uli, “Anak Bahasa dan Sastra Indonesia ?” tanyaku.
“Iya kak” jawab Uli di ujung sana
Saat dia membalas pesan dariku, aku tak tahu harus bertanya apalagi dan aku membalasnya dengan sederhana hanya kata “Oh” dan setelah itu Uli tidak membalasnya lagi. Tapi tidak apa-apa, setidaknya aku udah mencoba berkenalan dengan dia walau pun kata temanku “itu namanya bukan kenalan Rif tapi itu hanya iseng doang”. Setelah aku meng-inbox Uli, aku jadi sering buka facebook berharap dia meng-inbox-ku atau setidaknya dia nge-like status-status yang aku tulis tapi ternyata tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan.
Segala cara aku coba agar bisa dekat dengan Uli. Aku mendengarkan teman-temanku berbicara tentang perempuan. Temanku bilang, “cewek itu suka kata-kata romantis Rif”, aku coba membuat status yang romantis tapi yang komennya malah berkata “Hoaaam”. Ada yang bilang juga, “cewek itu sensitif Rif makannya suka yang galau-galau”, aku coba ikuti, aku tulis status yang galau tapi yang komen malah bilang “kamu cewek apa cowok ? cowok kok galau”. Dan ada juga yang bilang “cewek itu suka cowok yang humoris”, akhirnya aku coba membuat status-status yang lucu tapi mereka malah jadi ilfil dan menyangka aku gila. Kadang aku merasa kok susah yaa, padahal cewek dengan cowok lebih banyak cewek tapi kenapa kebanyakannya cowok yang mengejar-ngejar cewek sedangkan cewek yang dikejar-kejar kadang malah sok jual mahal. Aneh memang.
Hari-hari berlalu, aku jadi rajin nge-like status Uli tapi dia tidak nge-like balik. Pernah seketika Uli menutup akun facebook-nya, aku cari nick name dia di pencarian dan hasilnya tidak ditemukan. Aku sempat berpikir “jangan-jangan dia ikutan ilfil dan memblokir facebook aku” namun setelah beberapa hari akhirnya Uli kembali aktif lagi dan rasanya itu Woooow, aku jadi rajin buka facebook lagi.
“Rif tanggal 31 Mei ikut LDK yaa” ucap Bay
“Gak ah males”
“Aaaah kamu mah, ayo lah ikut”
“Emang siapa aja yang ikut ?” tanyaku
“Kalau alumni paling gue, lo, dan yang lainnya paling ada 6 anak doang”
“Udah cuma segitu ?”
“Itu kan alumni, nanti juga ada anak tingkat 1, 2 dan 3 kok, tenang aja pasti rame” jawab Bay.
Mendengar jawaban Bay seperti itu, aku mendadak langsung-ingin-ikut-tanpa-pikir-panjang. Ada anak tingkat 3 yang ikut berarti ada Uli juga, dan itu juga berarti aku dan Uli ada di tempat yang sama dan kemungkinan besar aku bisa berkenalan secara langsung dengan Uli bahkan aku bisa ngobrol dengannya.
Aku langsung jawab “Oke aku ikut”
“Naaah gitu dong”
Aku menunggu hari itu.
Hari pelantikan LDK datang juga, aku sebagai alumni datangnya terakhir, bukan karena alumni bisa datang kapan saja tapi biar kalau datangnya terakhir aku gak perlu bikin tenda untuk tidur, cerdas memang.
Aku datang ke LDK dengan niat baik dan maksud jahat. Niat baiknya aku ingin berkumpul dengan para alumni yang lain dan adik-adik tingkat, dan maksud jahatnya aku ke LDK biar aku bisa bertemu dengan Uli. Ya Uli, orang yang kini mengubahku menjadi sering terpikirkan dia terus, orang yang selama ini membuat aku jadi susah tidur, tidur kalau ngantuk saja, ke wc kalau kebelet saja dan makan kalau lapar saja.
Senyuman manis aku berikan ketika aku datang ke perkemahan LDK, kawan-kawan yang lain sudah menunggu, katanya sih mereka datang dari pagi dan aku datang tidak lama setelah mereka, sekitar habis maghrib.
“Lama banget” ucap mereka
“Sorry sorry tadi di jalan banyak mobil dan motor”
“Yaa iya lah namanya juga jalan”
“Ini cuma segini yang datang ?” tanyaku
“Rame kok, cuma tingkat 1, 2, dan 3 lagi pada di bawah”
Hatiku berkata “Tingkat 3 sedang di bawah, berarti Ina ada di bawah”.
“Oh di bawah” ucapku
Sesekali aku melihat penampakanku, kaos yang aku pakai belang-belang dengan tangan panjang dan celana jeans yang kedodoran, maklumlah tinggi badanku tidak memenuhi standar nasoinal Indonesia, tak lupa kupluk pun aku pakai karena aku pikir biar kayak di sinetron-sinetron: kemping identik dengan kupluk. Setelah dipikir-pikir lagi, kaos ini harusnya ketat tapi berhubung aku kurus jadinya 1 kaos bisa masuk untuk 2 orang, celana kedodoran dan kupluk yang setelah di pakai olehku bukan kayak di sinetron-sinetron melainkan malah jadi mirip maling, eiitss maling yang akan mencuri hatinya Uli.
Inikah yang dinamakan jatuh cinta dalam hati ?
Orang yang jatuh cinta dalam hati selalu mencuri-curi pandang kapan pun, dimana pun, dalam kondisi apa pun. Di balik tenda aku perhatikan dia yang sedang asik barcanda dengan kawannya. Aku hanya bisa melihat dia dari jauh. Melihat dia tersenyum sudah cukup buatku. Ketika api unggun berlangsung, aku hanya bisa memperhatikan dia dari belakang. Sempat aku bersimpang jalan dengannya namun lidah ini keluh untuk berkata “Hey”. Sampai akhirnya aku pulang, dia pulang dan LDK selesai. Aku tidak berbicara sepatah kata pun dengan Uli.
Orang yang jatuh cinta dalam hati selalu merasa serba salah, mendekati tapi malu, menjauh tapi ingin dekat. Aku mencoba mendekati Uli namun takut dia tidak suka dengan sifatku yang tiba-tiba mendekatinya, maka dari itu aku hanya bisa menunggu, menunggu dan menunggu Uli datang menghampiriku. Sampai akhirnya bulan Ramadhan pun tiba, tanpa angin, tanpa hujan, tanpa badai, tanpa tsunami, dan tanpa makan dan minum (iya lah bulan puasa) tiba-tiba dia meng-inbox-ku (tetep aku duluan yang meng-inbox-nya). Kita jadi semakin akrab, dia jadi sering nge-like status-status yang aku tulis bahkan dia komen di statusku.
Orang yang jatuh cinta dalam hati akan membayangkan hal-hal yang tidak pasti tapi seolah pasti. Semenjak akrab, aku makin sering buka facebook, berharap dia komen atau meng-inbox. Aku membayangkan Uli selalu memikirkan aku, menunggu status-status aku dan hal-hal lain yang menyangkut aku. Yang aku ingat dia pernah komen di statusku “Beranda saya sekarang jadi penuh sama staus-status kak Derif”, aku yang membacanya hanya bisa bilang dalam hati “Yess, terserah dia suka atau tidak dengan status yang ku tulis yang terpenting sekarang aku tau dia sudah tau namaku.”
Orang yang jatuh cinta dalam hati akan serba tau tentang kegiatan orang yang dia cintai. Aku tau, di pertengahan Juni Uli sedang ada kegiatan LPJ, aku tau satu minggu setelah kegiatan LPJ itu Uli mengadakan acara perpisahan dengan rekan-rekan anggota HMJ, bahkan aku tau jam-jam saat Uli online di facebook. Namun, tetap aku tak bisa untuk lebih dekat dengannya.
Sampai saatnya, pukul 02.15 dini hari Uli masih online di facebook. Dengan pede nya aku meng-inbox Uli “Jam segini belum tidur pasti lagi galau”.
5 menit dia tidak membalasnya.
Aku masih menunggu.
10 menit dia tidak membalasnya.
Tetap masih aku tunggu.
1 jam belum di balas juga.
Aku masih tetap di beranda facebook > lihat obrolan > buka profil > kembali lagi ke obrolan > cek pesan. Dan tetap belum Uli balas juga. Bahkan sampai saat ini, saat aku tulis cerita tentang Uli yang aku samarkan namanya ini, belum dia balas juga inbox dariku.
Orang yang jatuh cinta dalam hati akan memenuhi catatannya dengan kata-kata cinta yang tak tersampaikan. Bagi anak sekolah biasanya di lembar terakhir buku tulisnya akan ada kata-kata tentang perasaannya yang belum tersampaikan, begitu pula denganku namun semua itu aku tulis di status facebook karena hanya lewat media itu Uli bisa membacanya dan berharap dia tau status yang aku tulis itu untuknya.
Kalimat yang ingin aku katakan kepada Uli namun belum sempat aku mengatakannya hingga akhirnya aku tulis hanya lewat status facebook, seperti ini.
Ketika cinta mulai hadir
Tanpa disadari rasa itu merasuk begitu cepat
Mulai dari kesalahan memandangnya
Mulai dari kemiripan dengan masalalu
Meski aku tak bisa berucap langsung
Meski hanya berbagi suka di media sosial itu sudah cukup bagiku
Mengenalmu adalah hal paling indah yang pernah ku rasakan
Aaaahhhh...
Aku bosan menunggumu online di facebook
Dengan bantal yang ku simpan di bawah dagu
Aku bosan menunggumu bertanya yang hingga saat ini aku yang selalu bertanya
Aku bosan setiap kali aku yang memulai pembicaraan
Aku bosan tapi aku nyaman
Aku bosan setiap handphone berdering jantung berdetak lebih cepat dan berharap itu pesan darimu
Aku jatuh cinta pada orang yang sudah memiliki cinta
Aku hanya jadi pengagumu
Aku hanya jadi pemuja rahasiamu
Aku hanya jadi pemberi cinta tanpa diberi cinta
Kemudian ada lagi kalimat yang aku tulis untuk dia (tetep masih melalui status facebook), seperti ini.
Merindumu adalah hal yang biasa ku rasakan
Merindumu itu selalu namun sakit yang aku rasa
Menusuk hingga palung hati terdalam
Mengoyak jiwa hingga sesak yang aku terima
Ketika rindu terabaikan tak ada harapan selain dia mengerti
Rindu pada orang yang salah atau rindu pada waktu yang tak tepat ??
Jiwa ini salah telah memupuk sebuah rasa
Rasa untuk orang yang sudah tak mampu menerima rindu
Banyak kata yang ingin ku ucap
Semuanya masih utuh tersimpan untukmu
Andai kau tau
Andai kau adalah diriku
Tanpa aku ucap, kau pasti memahaminya
Dengan di tulisnya status-status itu aku berharap dia berkomentar atau nge-like agar aku tau dia sudah membacanya namun semuanya tak seperti apa yang aku harapkan. Uli tidak memberikan tanda-tanda bahwa dia sudah membacanya, malah teman yang lain yang berkomentar “Cukup cukup kau kini telah terkena virus dari sinetron GGS dan Catatan Hati Seorang Istri” aku cuma bisa jawab “Haaah ?? Hellowww
Ujung-ujungnya, orang yang jatuh cinta dalam hati hanya bisa menerima kenyataan yang kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kini aku dan Uli jadi jauh, tak pernah berkomunikasi lagi, aku meng-inbox dia tapi dia tidak membalasnya. Dari respon Uli kepadaku seperti itu, kini aku tau dia tak ada rasa ingin kenal denganku. Dari pesan yang tidak dibalas, aku juga mengerti ini saatnya aku menjauh. Dari pesan yang tidak dibalas juga setidaknya kini aku telah bangun dari mimpi, mimpi untuk bisa lebih dekat dengan Uli.
Di LDK walau pun bertemu namun aku dan Uli tidak ngobrol. Di kampus walau pun sering bertemu namun tak ada kalimat yang keluar bahkan kata “Hey” pun tidak ada. Di facebook kini jadi semakin jauh.
Lucu ya, ketika orang ingin kenal lebih akrab tapi orang yang ingin dikenali itu malah menjauh seolah ada batas. Uli tidak ingin akrab denganku, orang yang mungkin beda kasta ini. Orang yang beda jauh dari penampilan fisiknya, Uli seperti boneka Barbie sementara aku seperti boneka jenglot. Bahkan mungkin seperti judul  lagu Singkong dan Keju, Uli suka keju sementara aku lebih suka singkong. Semuanya berbeda.
Pada akhirnya orang yang jatuh cinta dalam hati hanya bisa merelakan, merelakan orang yang dia cintai pergi jauh dari kehidupannya. Kini aku dan Uli sudah jauh, meski pun di facebook kita masih berteman tapi aku sadar diri, aku tidak ingin bermimpi terlalu dalam lagi.
Saat aku tulis cerpen ini, dia orang yang aku cintai yang aku samarkan namanya menjadi Uli Damayanti tidak mengetahuinya dan berharap dia akan baca tulisan ini agar dia tau bahwa aku pernah jatuh cinta kepadanya.
Mungkin aku jatuh cinta pada orang yang salah atau mungkin juga aku jatuh cinta di waktu yang tidak tepat.
Mungkin.



Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com