Berawal
dari membaca sebuah status di facebook
“Jaga hati kamu untuk aku yaa” ada juga yang membuat status “Meski pun kita
terpisah jarak dan waktu namun aku akan tetap menjaga cinta ini untukmu karena
aku percaya indah pada waktunya”. Aku tidak mengerti mengapa orang membuat
status seperti itu dan setelah aku bertanya kepada si pembuat status, ternyata
dia sedang menjalani LDR atau hubungan jarak jauh atau bahasa simpelnya pacaran
hanya lewat hape dan sosial media saja.
Karena aku belum pernah punya pengalaman dalam bidang
hubungan jarak jauh, aku jadi penasaran apa yang dirasakan oleh mereka yang
sedang menjalani LDR atau hubungan jarak jauh itu.
Menurut
temanku, Rahman, “LDR atau hubungan jarak jauh itu lumayan menyamankan loh,
Rif”. Aku jadi curiaga dengan ucapannya, jangan-jangan dia berkata seperti itu karena
dua faktor; 1) dia nyaman karena bisa selingkuh; dan 2) dia susah nyari pacar
lagi makannya dia tetap mempertahankan hubungan jarak jauh itu. Dan aku
meyakini kemungkinan yang ke-2 itu. Menurutku, gak perlu hubungan jarak jauh
karena ketika menjalani hubungan jarak jauh sama seperti membiarkan hati yang
lain masuk kedalam perasaan kita, baik pacar kita mau pun diri kita sendiri.
Baik disadari atau pun tidak disadari karena rasa cinta datang diam-diam tanpa
permisi bahkan tanpa kita inginkan.
“kenapa lo LDR Man ?” tanyaku kepada Rahman temanku yang
sama hobinya nulis aib orang lain.
“karena gue sayang sama dia, Rif.” Jawabnya singkat
Anak SD juga tau orang pacaran yaa karena saling suka.
Kasihan Rahman kayak anak SD, anak SD yang sudah LDR-an.
Hening.
Lalu dia melanjutkan pengalamannya tentang LDR yang
pernah ia alami “Gue LDR dari mulai kelas XI SMA, gue di Cirebon sedangkan
pacar gue tinggal di Cimahi”
Aku terkejut, jangan-jangan mereka kenal di sosial media.
“Lo kenal dimana ?” lanjutku “secara Cirebon dan Cimahi
itu jauh”
“Dulu pacar gue itu teman semasa kecil, dia dulu rumahnya
di sebelah rumah nenek gue yang jaraknya tidak telalu jauh. Namun, ketika dia
SMP, dia pindah ke Cimahi. Seskali kita bertemu kalau dia pulang ke tempat
kelahirannya, yaitu di rumah neneknya yang tetangga gue itu”
“OOohhh” jawabku seolah paham.
“Yaaaa” jawab Rahman seolah mengerti kalau aku paham.
Dulu aku pikir LDR itu pencarian pacar yang dilakukan di
sosial media, tanpa tau orangnya, sifatnya dan keturunannya. Dan sekarang aku
paham, mereka yang menjalani LDR itu sebenarnya sudah saling kenal, saling
jatuh cinta dan karena keadaan mereka terpisah ruang, jarak dan waktu. Namun,
karena cinta mereka tetap mempertahankannya.
Jadi LDR itu pacaran yang terpisah ruang, jarak dan
waktu. Aku jadi ingat berarti waktu kuliah aku pernah LDR-an juga dengan pacar
atau sekarang lebih tepatnya mantan pacar. Dulu aku dan dia pacaran beda
jurusan dan pasti jelas kita berbeda
ruang kuliah, berbeda waktu jam kuliah. Ya itulah LDR, terpisahkan ruang dan
waktu. Cuma, meski pun aku dan pacar yang sekarang jadi mantan berbeda ruang
kuliah dan waktu jam kuliah, kita terasa sangat dekat karena kita satu
fakultas, satu universitas, serta jarak antara rumahku dan dia hanya berkisar
30 menit. LDR yang sangat terasa dekat.
Seandainya
jarak tidak berarti
Akan ku arungi ruang dan waktu
dalam sekejap saja
Seandainya sang waktu dapat
mengerti
Takan ada rindu yang terus
menggangu
Kau akan kembali bersamaku
Lirik lagu LDR milik Raisa itu mengingatkan aku kepada
teman yang aku kenal di facebook, dia bernama Ayu. Ayu asli Cirebon, sebenarnya
dia kuliah di universitas yang sama denganku bahkan dia satu fakultas denganku
tapi pas aku sudah lulus kuliah baru aku kenal dengan dia meski pun hanya di
facebook. Dan yang lebih parahnya lagi, aku baru tau bahwa dia satu jurusan
dengan mantanku terlebih lagi dia temannya. Yaah memang benar, dunia tak
selebar daun kelor, masih lebih besar abang yang pake kolor.
Ayu dan LDR sangat erat hubungannya, bukan karena Ayu
yang menciptakan bahasa LDR menjadi sangat populer tapi Ayu sedang menjalani
LDR dengan pacarnya. Mungkin Ayu jadian dengan pacaranya saat dia masih kuliah
dan pas lulus mereka jadi terpisah jarak dan waktu. Mungikin. Namun yang pasti,
setelah lulus Ayu bekerja di Cikarang yang memaksa dia harus tinggal di sana.
Sementara pacarnya Ayu berprofesi sebagai guru di daerah Cirebon yang memaksa
dia tinggal di Cirebon tidak bisa tinggal di Cikarang dan bekerja di Cikarang.
Nah, sekarang aku jadi bingung karena kebanyakan membawa nama kota Cikarang,
semoga pembaca tidak ikut bingung. Intinya, Ayu dan pacarnya LDR-an, hubungan
jarak jauh, terpisah ruang dan waktu.
Ayu selalu bergalau-galauan menghadapi LDR yang dia
jalani bersama pacarnya dan dia ungkapkan melaui status-status yang dia tulis
di akun facebook yang dia kelola. Mulai dari status bertemakan waktu. Misal, 24500 menit lagi, 1025689 detik lagi atau
350 hari lagi, besoknya jadi 349 hari lagi, 248 hari lagi, 247 hari lagi
terus aja sempai Ayu berubah menjadi Krisdayanti yang selalu menghitung
hari, detik demi detik. Dan dia juga pernah mengupload foto gambar tangannya
dengan jam tangan yang melingkar di tangannya itu disertai dengan premen Kiss yang menemaninya dengan tulisan Sabarrrr. Aku bisa menyimpulkan itu
ditujukan untuk kekasihnya, mungkin nama kekasihnya Sabar.
Ayu masih menikmati LDR itu, dia sabar menunggu waktu itu
tiba. Waktu dimana Ayu dan pacarnya bisa bertemu, saling melepas rindu. Ayu
percaya dengan kalimat ‘Indah pada
waktunya’.
Seiring berjalannya waktu, aku tak pernah membaca
status-status dia. Status-status yang intinya memberikan keyakinan kepada diri
sendiri tentang kesabaran dalam menjalani LDR. Aku penasaran, sampai mati aku
jadi penasaran. Ada apa dengan status-status Ayu ? kemana kini status-status
Ayu yang menjelaskan tentang arti penantian dan kesabaran itu ?
Singkat cerita aku langsung bertanya di komentar dalam
status yang dia buat. Status yang berbeda dengan status-status sebelumnya. Dari
status tentang penantian hingga menjadi status tentang kebahagiaan meski tanpa
kekasih.
“Udah gak LDR-an lagi, Mbak ?” tanyaku.
1 menit Ayu tidak membalasnya.
2 menit Ayu tetap tidak membalasnya
Pas kemali ke beranda ternyata ada pemberitahuan pesan
masuk.
“Kamu tau aku LDR kata siapa ?” jawaban yang seperti
pertanyaan yang Ayu lontarkan lewat inbox di facebook
“Tau lah, dari status-status yang kamu buat” jawabku “Udah
gak LDR-an ?” lanjut pertanyaku yang memang penasaran
“Udah putus” jawabnya singkat.
“Kenapa bisa putus ?”
“Dia cuek”
Aku baru tau, sekarang alasan untuk putus yang tidak
masuk akal bukan karena jenuh saja tapi juga karena cuek. Harusnya alasan untuk putus
itu yang agak masuk akal tujuannya biar yang diputuskan itu bisa menerima
dengan lapang dada, tidak sakit hati. Missal, “Sayang, kayaknya kita harus putus deh karena kita sama-sama cewek”.
Nah, kan masuk akal tuh kalau alasannya karena sesama jenis.
Kembali ke cerita.
“Oh cuek” jawabku
“Iya”
“Dia selingkuh kali atau kamu yang selingkuh” ucapku
seolah pandai memprediksi.
“Enggak tau”
“Haaaah ??”
Enggak tau,
jawaban Ayu Gak Tau. Jadi intinya
selama LDR-an itu Ayu gak tau kelakuan pacarnya seperti apa. Kata Ayu, cukup
saling percaya. Memang kalau pacaran itu modal utamanya yaa harus saling
percaya tapi harus tau kondisi juga. Kapan kita harus percaya dan kapan juga
kita harus curiga. Percaya boleh tapi jangan sepenuhnya. Kadar unkuran
kepercayaan itu yang harus bisa kita atur.
Kini Ayu sudah tidak menjalani LDR lagi, karena pacarnya
cuek dia memutuskan untuk menyudahi LDR-an itu. Inilah sesungguhnya makna dari
LDR, kita harus memiliki rasa saling percaya satu sama lain dan saling percaya
kalau kita sedang selingkuh diam-diam.
Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com
Karya Derif Rys Gumilar
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar