Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Jumat, 09 Januari 2015

Surat Untuk Uli Damayanti














Perihal : Yang Ku Rasa, Tak Mampu Kau Rasa

Yth. Uli Damayanti
Dimana pun Berada

            Hey Uli Damayanti, apa kabarmu ? aku berharap kamu baik-baik saja. Ini sudah zaman canggih yah tapi aku masih tetap menggunakan surat. Surat ini yang akan mengantarkan perasaanku kepadamu. Perasaan yang lama tak mampu kau baca.
            Sehatkah kamu disana, Uli Damayanti ? semoga kamu sehat selalu. Entah kenapa, aku tak pernah bosan menulis tentang kamu, selalu ada cerita-cerita baru yang ingin sekali aku tulis pastinya tentang kamu. Meski pun aku juga tidak yakin kamu akan baca tulisan-tulisanku ini.
            Beberapa judul yang aku tulis tentang kamu, yaitu Catatan Pertama Tentang Uli Damayanti, Catatan Terakhir Tentang Uli Damayanti, [MASIH] Tentang Uli Damayanti, Jatuh Cinta Sendirian, dan ini tentang kamu lagi Surat Untuk Uli Damayanti. Tapi sekali lagi aku katakan, aku tidak yakin kamu sudah membaca tulisan-tulisanku itu.
            Uli Damayanti, kamu tau gak, aku menceritakan kamu yang aku samarkan namanya menjadi Uli Damayanti, aku buat dunia sendiri dimana kita terasa dekat. Ya dunia khayalan, seolah aku dan kamu sangat dekat. Sayang itu hanya khayalan. Entah kapan aku bisa bercerita langsung kepadamu Uli, bukan lewat tulisan tapi lewat lisan. Biar pun suaraku agak sumbang untuk bercerita tapi tak apa yang penting bisa membuatmu tertawa.
            Oya, banyak cerita yang belum aku tulis tentang kamu. Kamu masih ingat, waktu kamu bingung untuk memilih judul skripsi yang akan kamu buat nanti, kamu sms aku “Ka” dan aku jawab “Iya. Punten siapa ?”. Sebenarnya aku udah tau kalau itu nomor kamu, cuma biar keren, biar sok cool, biar kayak di film-film, aku pura-pura gak tau itu nomer siapa. Aku tau nomer hape kamu itu dari dulu cuma, aku ngerasa gak enak aja kalau mau sms kamu, takut kamu keganggu.
            Nah setelah itu, kita sempet janjian untuk ketemuan. Bertemu untuk memilih atau lebih cocoknya membuat judul skripsi untuk skripsi kamu nanti, kalau gak salah kita janjian untuk betemu di hari Kamis, pukul 14.00 WIB setelah kamu pulang kuliah. Tapi sayang kita tidak jadi bertemu karena kata kamu, kamu sedang main di rumah saudara kamu. Padahal, saat itu aku selesai tugas pukul 11.00 WIB, aku udah nunggu kamu di sekolah tempat aku mengajar yang memang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kamu, dan aku juga udah bawa buku-buku referensi bekas skripsi aku waktu aku masih kuliah, meski pun kamu tidak meminta agar aku bawakan buku-buku itu. Tapi, karena gak jadi yaa terpaksa aku pulang tanpa cerita.
            Kita masih akrab waktu itu, di facebook kita sering mengirimkan pesan, komunikasi di twitter pun berjalan. Atau setidaknya, kamu mau membalas pesan dariku baik di facebook atau pun di twitter bahkan kita sempat smsan. Namun sayang, saat itu pemilik hatimu marah, mungkin dia cemburu, yaa wajar dia kan pemilik hati kamu jadi dia berhak cemburu. Berbeda denganku, aku cemburu atau pun aku rindu juga, aku tak bisa mengungkapkannya karena itu memang bukan hak ku. Mulai dari kekasihmu marah kita jadi semakin jauh, tak ada sms dari kamu, tak ada pesan masuk dan komentar di facebook dari kamu, bahkan mention aku di twitter tidak kamu balas. Tambah lagi kini nomer hapemu sudah tidak aktif. Miris memang.
            Meski pun kita tidak sering berkomunikasi seperti dulu lagi tapi kamu harus tau, aku masih sering melihat kabar kamu, mengetahui apa yang kamu rasakan, mencari tau keadaan kamu, meski pun lagi-lagi hanya lewat media facebook dan twitter. Tapi setidaknya aku bisa tau kabar kamu, aku bisa tau apa yang kamu rasakan, aku bisa tau keadaan kamu dan aku bisa tau tentang kamu.
            Lucu yaa kalau kamu jadi aku, dimana aku harus jatuh cinta diam-diam kepada kamu. Nah, hal konyol yang dilakukan orang yang sedang jatuh cinta diam-diam seperti:
1.         Menjadi Penguntit
Menjadi penguntit biasanya dia akan mencari semua informasi tentang orang yang dia cintai, missal kayak dia akan mencari tau kabarnya tanpa bertanya kepada orangnya langsung.
2.         Menjadi orang yang serba tau tentang orang yang dia cintai
Menjadi orang yang serba tau tentang orang yang dia cintai, missal dia tau dimana orang yang dia cintai tinggal tanpa dia bertanya kepada orang yang dia cintai. Seperti aku, aku tau Uli Damayanti tinggal dimana, aku tau Uli Damayanti SMP dan SMA-nya dimana, dan ini yang lebih parah: aku tau Uli Damayanti tidak menyukaiku.
3.         Menjadi orang yang suka senyum-senyum sendiri kalau sedang memikirkan orang yang dia cintai
4.         Menjadi orang yang selalu merindukan orang yang dia cintai, meski pun dia tau, dia tidak pernah dirindukan oleh orang yang di cintainya. Ini puncak dari rasa rindu yang tak terungkapkan; Orang yang kita cintai hadir di mimpi kita.
5.         Selalu membuat sesuatu tentang orang yang dia cintai. Dan;
6.         Ujung-ujungnya hanya bisa mendoakan orang yang dia cintai, dengan siapa pun dia semoga dia bahagia.

Hmmmmmm…..
            Bagaimana skripsimu, Uli Damayanti ? semoga kamu sudah mendapatkan judul yang tepat untuk skripsimu. Lanjut terus, jangan menyerah untuk mengerjakan skripsinya tapi jangan lupa juga untuk istirahat, jaga kondisi kesehatannya. Nah, cara yang mudah biar skripsinya cepet kelar, Uli kejar terus dosen pembimbingnya, jangan putus asa.
            Ngomong-ngomong aku mau sombong sedikit nih. Liburan sekolah ini aku mengisinya dengan mendaki gunung Ciremai. Ingin sekali aku ajak kamu tapi aku urungkan niat itu karena aku yakin kamu pasti tidak mau. Awalnya aku tidak menyangka bisa mencapai puncak gunung tertinggi di jawa barat itu tapi ternyata aku mampu. Aku mampu menaklukan gunung yang terlihat agung itu. Namun, menaklukan hati kamu aku belum mampu atau juga aku tidak mampu, itu berarti di mataku kamu jauh lebih agung dibandingkan dengan gunung Ciremai, gunung tertinggi di jawa barat.
            Di atas puncak gunung Ciremai semua bisa terlihat, pemandangan yang sangat indah. Namun, satu yang tak mampu aku lihat. Hatimu. Ya hatimu, jangankan untuk membacanya, untuk melihatnya pun aku tak mampu. Kamu telah menutup rapat-rapat hatimu, tak ada celah sedikit pun.
            Di atas puncak gunung Ciremai itu, ku petik setangkai bunga keabadian. Ku simpan bunga itu, meski pun tak secantik mawar, tak seharum melati dan tak semahal bunga yang terbingkai namun untuk mendapatkan bunga itu butuh perjuangan, sama seperti ingin menyapamu, aku butuh perjuangan. Tadinya aku berpikir bunga itu akan ku berikan padamu tapi sepertinya itu hanya mimpi buatku.
             Ahhhhh aku tidak mengerti dengan semua ini.
            Ingin aku terbangun dari mimpi yang teramat panjang ini. Setiap kali aku menyadarkan diri bahwa aku tak mungkin menjamahmu, tanganku tak henti-hentinya memegang erat kepalaku seolah tak menginginkan aku sadar. Setiap kali ku membuka mata, selalu wajahmu yang ku lihat. Bahkan dalam segala hal, ketika bekerja, ketika main, ketika nonton televisi, ketika makan, ketika naik motor, setiap langkah yang ku lalui, aku selalu berkata dalam hati “Seandainya ada kamu di sini Uli Damayanti”.
            Uli Damayanti, aku bosan. Aku bosan harus menyapamu lebih dulu, aku bosan menantimu online, aku bosan membuka didnding facebookmu hanya untuk melihat kabar dan aktifitasmu kemarin, hari ini atau pun besok. Aku bosan selalu menyapamu di sosial media dan tak kamu balas. Aku bosan setiap kali handphone ku berbrunyi, jantungku berdebar lebih cepat berharap itu pesan atau pun telepon dari kamu dan ternyata itu bukan, bukan dari kamu. Aku bosan menunggumu menyapa balik di facebook, twitter atau pun lewat pesan singkat dengan layar laptop di depan wajah, wajah yang selalu berharap itu pesan dari kamu dan bantal yang selalu setia di bawah dagu atau dengan handphone yang sengaja ku simpan disamping tubuhku. Aku bosan dengan semua itu. Namun, aku rindu padamu jika aku tak seperti itu.
            Uli, Uli, dan Uli Damayanti namamu tersimpan dengan rapih di dalam hati ini. Mungkin karena hatiku tak berpenghuni akhirnya kau bebas berlari dan berhenti di hatiku sesukamu.
            Uli Damayanti, bahagiakah kau disana ? semoga engkau selalu bahagia dalam hari-harimu. Namun, jika tidak ceritakanlah keluh-kesahmu kepadaku seperti aku yang selalu bercerita kepadamu meski hanya lewat media blog ini. Aku tak berharap untuk menjadi orang yang ada di hatimu, yang mengisi hari-harimu. Aku hanya ingin menjadi pendengar setiamu yang mendengarkan berita duka atau pun berita bahagia yang sedang kamu rasakan. Aku hanya ingin menjadi sandaran hatimu karena jika aku ingin menjadi penghuni hatimu itu tak mungkin, itu hanya mimpi buatku. Aku tak ingin menjadi pemimpi lagi, dimana aku akan bahagia namun hanya di dunia khayalan dan ketika aku mulai sadar ternyata semua itu kosong, hampa.
            Uli Damayanti, sedang apakah engkau disana ?
            Akihir-akhir ini entah kenapa aku jadi suka main gitar sambil nyanyi-nyanyi padahal aku sudah lama tidak bermain musik. Lagu yang aku suka banget sekarang, lagu ciptaan Pongky mantan vokalis Jikustik itu. Ada dua lagu yang aku suka, lagu yang berjudul Seperti Yang Kau Minta yang tadinya dibawakan oleh Chrisye dan lagu yang berjudul 1000 Tahun Lamanya yang tadinya dinyanyikan oleh Jikustik dan sekarang di aransement ulang oleh Tulus. Ada lirik lagu yang aku suka dari kedua lagu itu.
            Lirik lagu yang aku suka dari lagu Seperti Yang Kau Minta :
            “Ampuni aku yang telah memasuki kehidupan kalian
          Mencoba mencari celah dalam hatimu…
          Aku tau ku takan bisa menjadi seperti yang engkau minta
          Namun selama nafas berhembus aku kan mencoba…
          Aku tau dia yang bisa menjadi seperti yang engkau minta
          Namun selama aku bernyawa aku kan mencoba
          Menjadi seperti yang engkau minta”

Lirik lagu yang aku suka dari lagu 1000 Tahun Lamanya :
“Jika kau masih ragu untuk menerima
Biarkan hati kecilmu bicara
Karena ku yakin kan datang saatnya
Kau jadi bagian hidupku
Kau jadi bagian hidupku
Tak’kan pernah berhenti untuk selalu percaya
Walau harus menunggu 1000 tahun lamanya
Biarkanlah terjadi wajar apa adanya
Walau harus menunggu 1000 tahun lamanya
Selama apa pun itu
Selama apa pun itu
Aku kan setia menunggu”

            Entah kenapa aku jadi suka dengan lagu-lagu itu. Entah karena lagu itu bagus atau juga entah karena lagu itu mewakili perasaan yang sedang aku rasakan saat ini. Tapi, yang pasti lagunya itu memang enak di dengar. Saat aku menulis surat ini, hanya kedua lagu itu yang menemaniku. Uli Damayanti, jika kau mendengarkan kedua lagu itu, ingatlah aku karena dalam cerita lagu itu sama seperti cerita kehidupanku yang aku rasakan saat ini kepadamu.
            Oya, ku ucapkan selamat kepadamu, kini kamu PPL di salah satu SMPN 1 di Kabupaten Cirebon. Berjuang terus, buatlah otak para peserta didiknya menjadi seperti otak B.J. Habibie.
            Uli Damayanti kau tau, aku disini selalu mengingatmu meski pun ku tau kau tak pernah mengingatku. Wajahmu tergambar jelas di pelupuk mata, senyumu menari indah menyambutku dalam lamunanku. Kau yang mengisi kekosongan hati ini, entah mungikin karena telah lama tak ada seseorang yang mengisi hati ini.
             Uli Damayanti, banyak kata yang tak mampu ku ucapkan padamu. Lidahku keluh melihat tajamnyat sorot matamu. Uli Damayanti, dengar, dengarkan aku ingin berkata aku jatuh dalam mimpi indah tentangmu. Mengenalmu memberikan arti dalam jiwa. Mengagumimu memberikan arti rasa lelah.      Aku tau, lelah jika mengagumi tanpa dikagumi. Namun, mengagumimu adalah salah satu alasan mengapa aku mempertahankan hidup, rasa cinta dan rasa sayang.

Uli Damayanti, Uli Damayanti. Malam ini lentik jemari telah lukiskan sang dewi rembulan malam, sejenak mata terbuai lelap akan paras pesonanya yang sangat terlihat merona. Teduh mata berseri wajah akan cinta yang telah menjamah di dalam sanubari dengan perlahan dan menghembuskan nafas terikhlasnya. Gemintangnya purnama malam membuka sejuta lembar imajinasi yang sangat mengesankan dan masih menggumpal bersama serpihan-serpihan di dalam relung hati. Ku puja rindu kasih disepanjang waktuku dengan segenap ketulusan hati meski pun kini kian samar dan tak bertapak seiring bergulirnya waktu. Uli Damayanti, taukah kau, meski pun mataku yang tak selalu melihatmu, jemari tak selalu menyentuhmu, sepasang kaki yang tak pernah berjalan bersamamu. Namun, ku punya hati dan perasaan yang penuh kasih sayang untukmu.
Disini aku terhempas, di alas kerikil tajam. Sempat membuat aku termangu. Mulanya teramat perih dan kusimpan rasa duka ini seolah tak bertepi, mengelombang dipuing-puing hati. Menjadi pemuja tanpa dipuja adalah kenyataan yang selalu ku hadapi. Hilang arahku mencari pijakan diri karena cintamu, tempatku membasuh letih tak mampu ku sentuh. Kini, aku harus sendiri menysuri setapak cerita sunyi. Biar aku yang merasakan betapa sakitnya mencintai tanpa dicintai.
Uli Damayanti, kau pandai memainkan busur panah Cuppid. Kau mainkan tiada ampun  hingga aku lemah tertusuk anak panah yang kau lepaskan tepat di jantung hatiku. Panah yang kau lepaskan membuatku tak berdaya.
Oh Amour, ini adalah penderitaan atau kebahagiaan ?, ini adalah cinta atau luka ?, ini adalah cinta atau luka ?. Kemana pun aku melangkah tak mampu aku melupakannya, tak mampu meski hanya sekejap saja. Uli Damayanti dengarlah, dengarkan rintihan hatiku yang selalu memanggil namamu, yang selalu merangkak untuk menggapaimu, yang dalam setiap sujudku, aku selalu berdoa untuk kebehagiaan dalam hidupmu, Uli Damayanti.
Uli Damayanti, sebelum kau mengacuhkanku lebih jauh lagi, akhiri tulisan ini. Semoga hari-harimu selalu diselimuti rasa bahagia.


Cirebon, 7-9 Januari 2015

Derif Rys Gumilar


Minggu, 04 Januari 2015

Long Distance Relationship



 Berawal dari membaca sebuah status di facebook “Jaga hati kamu untuk aku yaa” ada juga yang membuat status “Meski pun kita terpisah jarak dan waktu namun aku akan tetap menjaga cinta ini untukmu karena aku percaya indah pada waktunya”. Aku tidak mengerti mengapa orang membuat status seperti itu dan setelah aku bertanya kepada si pembuat status, ternyata dia sedang menjalani LDR atau hubungan jarak jauh atau bahasa simpelnya pacaran hanya lewat hape dan sosial media saja.
            Karena aku belum pernah punya pengalaman dalam bidang hubungan jarak jauh, aku jadi penasaran apa yang dirasakan oleh mereka yang sedang menjalani LDR atau hubungan jarak jauh itu.
Menurut temanku, Rahman, “LDR atau hubungan jarak jauh itu lumayan menyamankan loh, Rif”. Aku jadi curiaga dengan ucapannya, jangan-jangan dia berkata seperti itu karena dua faktor; 1) dia nyaman karena bisa selingkuh; dan 2) dia susah nyari pacar lagi makannya dia tetap mempertahankan hubungan jarak jauh itu. Dan aku meyakini kemungkinan yang ke-2 itu. Menurutku, gak perlu hubungan jarak jauh karena ketika menjalani hubungan jarak jauh sama seperti membiarkan hati yang lain masuk kedalam perasaan kita, baik pacar kita mau pun diri kita sendiri. Baik disadari atau pun tidak disadari karena rasa cinta datang diam-diam tanpa permisi bahkan tanpa kita inginkan.
            “kenapa lo LDR Man ?” tanyaku kepada Rahman temanku yang sama hobinya nulis aib orang lain.
            “karena gue sayang sama dia, Rif.” Jawabnya singkat
            Anak SD juga tau orang pacaran yaa karena saling suka. Kasihan Rahman kayak anak SD, anak SD yang sudah LDR-an.
            Hening.
            Lalu dia melanjutkan pengalamannya tentang LDR yang pernah ia alami “Gue LDR dari mulai kelas XI SMA, gue di Cirebon sedangkan pacar gue tinggal di Cimahi”
            Aku terkejut, jangan-jangan mereka kenal di sosial media.
            “Lo kenal dimana ?” lanjutku “secara Cirebon dan Cimahi itu jauh”
            “Dulu pacar gue itu teman semasa kecil, dia dulu rumahnya di sebelah rumah nenek gue yang jaraknya tidak telalu jauh. Namun, ketika dia SMP, dia pindah ke Cimahi. Seskali kita bertemu kalau dia pulang ke tempat kelahirannya, yaitu di rumah neneknya yang tetangga gue itu”
            “OOohhh” jawabku seolah paham.
            “Yaaaa” jawab Rahman seolah mengerti kalau aku paham.
            Dulu aku pikir LDR itu pencarian pacar yang dilakukan di sosial media, tanpa tau orangnya, sifatnya dan keturunannya. Dan sekarang aku paham, mereka yang menjalani LDR itu sebenarnya sudah saling kenal, saling jatuh cinta dan karena keadaan mereka terpisah ruang, jarak dan waktu. Namun, karena cinta mereka tetap mempertahankannya.
            Jadi LDR itu pacaran yang terpisah ruang, jarak dan waktu. Aku jadi ingat berarti waktu kuliah aku pernah LDR-an juga dengan pacar atau sekarang lebih tepatnya mantan pacar. Dulu aku dan dia pacaran beda jurusan dan  pasti jelas kita berbeda ruang kuliah, berbeda waktu jam kuliah. Ya itulah LDR, terpisahkan ruang dan waktu. Cuma, meski pun aku dan pacar yang sekarang jadi mantan berbeda ruang kuliah dan waktu jam kuliah, kita terasa sangat dekat karena kita satu fakultas, satu universitas, serta jarak antara rumahku dan dia hanya berkisar 30 menit. LDR yang sangat terasa dekat.

            Seandainya jarak tidak berarti
Akan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja
Seandainya sang waktu dapat mengerti
Takan ada rindu yang terus menggangu
Kau akan kembali bersamaku

            Lirik lagu LDR milik Raisa itu mengingatkan aku kepada teman yang aku kenal di facebook, dia bernama Ayu. Ayu asli Cirebon, sebenarnya dia kuliah di universitas yang sama denganku bahkan dia satu fakultas denganku tapi pas aku sudah lulus kuliah baru aku kenal dengan dia meski pun hanya di facebook. Dan yang lebih parahnya lagi, aku baru tau bahwa dia satu jurusan dengan mantanku terlebih lagi dia temannya. Yaah memang benar, dunia tak selebar daun kelor, masih lebih besar abang yang pake kolor.
            Ayu dan LDR sangat erat hubungannya, bukan karena Ayu yang menciptakan bahasa LDR menjadi sangat populer tapi Ayu sedang menjalani LDR dengan pacarnya. Mungkin Ayu jadian dengan pacaranya saat dia masih kuliah dan pas lulus mereka jadi terpisah jarak dan waktu. Mungikin. Namun yang pasti, setelah lulus Ayu bekerja di Cikarang yang memaksa dia harus tinggal di sana. Sementara pacarnya Ayu berprofesi sebagai guru di daerah Cirebon yang memaksa dia tinggal di Cirebon tidak bisa tinggal di Cikarang dan bekerja di Cikarang. Nah, sekarang aku jadi bingung karena kebanyakan membawa nama kota Cikarang, semoga pembaca tidak ikut bingung. Intinya, Ayu dan pacarnya LDR-an, hubungan jarak jauh, terpisah ruang dan waktu.
            Ayu selalu bergalau-galauan menghadapi LDR yang dia jalani bersama pacarnya dan dia ungkapkan melaui status-status yang dia tulis di akun facebook yang dia kelola. Mulai dari status bertemakan waktu. Misal, 24500 menit lagi, 1025689 detik lagi atau 350 hari lagi, besoknya jadi 349 hari lagi, 248 hari lagi, 247 hari lagi terus aja sempai Ayu berubah menjadi Krisdayanti yang selalu menghitung hari, detik demi detik. Dan dia juga pernah mengupload foto gambar tangannya dengan jam tangan yang melingkar di tangannya itu disertai dengan premen Kiss yang menemaninya dengan tulisan Sabarrrr. Aku bisa menyimpulkan itu ditujukan untuk kekasihnya, mungkin nama kekasihnya Sabar.
            Ayu masih menikmati LDR itu, dia sabar menunggu waktu itu tiba. Waktu dimana Ayu dan pacarnya bisa bertemu, saling melepas rindu. Ayu percaya dengan kalimat ‘Indah pada waktunya’.
            Seiring berjalannya waktu, aku tak pernah membaca status-status dia. Status-status yang intinya memberikan keyakinan kepada diri sendiri tentang kesabaran dalam menjalani LDR. Aku penasaran, sampai mati aku jadi penasaran. Ada apa dengan status-status Ayu ? kemana kini status-status Ayu yang menjelaskan tentang arti penantian dan kesabaran itu ?
            Singkat cerita aku langsung bertanya di komentar dalam status yang dia buat. Status yang berbeda dengan status-status sebelumnya. Dari status tentang penantian hingga menjadi status tentang kebahagiaan meski tanpa kekasih.
            “Udah gak LDR-an lagi, Mbak ?” tanyaku.
            1 menit Ayu tidak membalasnya.
            2 menit Ayu tetap tidak membalasnya
            Pas kemali ke beranda ternyata ada pemberitahuan pesan masuk.
            “Kamu tau aku LDR kata siapa ?” jawaban yang seperti pertanyaan yang Ayu lontarkan lewat inbox di facebook
            “Tau lah, dari status-status yang kamu buat” jawabku “Udah gak LDR-an ?” lanjut pertanyaku yang memang penasaran
            “Udah putus” jawabnya singkat.
            “Kenapa bisa putus ?”
            “Dia cuek”
            Aku baru tau, sekarang alasan untuk putus yang tidak masuk akal bukan karena jenuh saja tapi juga karena cuek. Harusnya alasan untuk putus itu yang agak masuk akal tujuannya biar yang diputuskan itu bisa menerima dengan lapang dada, tidak sakit hati. Missal, “Sayang, kayaknya kita harus putus deh karena kita sama-sama cewek”. Nah, kan masuk akal tuh kalau alasannya karena sesama jenis.
            Kembali ke cerita.
            “Oh cuek” jawabku
            “Iya”
            “Dia selingkuh kali atau kamu yang selingkuh” ucapku seolah pandai memprediksi.
            “Enggak tau”
            “Haaaah ??”
            Enggak tau, jawaban Ayu Gak Tau. Jadi intinya selama LDR-an itu Ayu gak tau kelakuan pacarnya seperti apa. Kata Ayu, cukup saling percaya. Memang kalau pacaran itu modal utamanya yaa harus saling percaya tapi harus tau kondisi juga. Kapan kita harus percaya dan kapan juga kita harus curiga. Percaya boleh tapi jangan sepenuhnya. Kadar unkuran kepercayaan itu yang harus bisa kita atur.
            Kini Ayu sudah tidak menjalani LDR lagi, karena pacarnya cuek dia memutuskan untuk menyudahi LDR-an itu. Inilah sesungguhnya makna dari LDR, kita harus memiliki rasa saling percaya satu sama lain dan saling percaya kalau kita sedang selingkuh diam-diam.



Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com