Perihal : Yang Ku Rasa, Tak Mampu Kau Rasa
Yth. Uli Damayanti
Dimana pun Berada
Hey Uli Damayanti, apa kabarmu ? aku berharap kamu
baik-baik saja. Ini sudah zaman canggih yah tapi aku masih tetap menggunakan
surat. Surat ini yang akan mengantarkan perasaanku kepadamu. Perasaan yang lama
tak mampu kau baca.
Sehatkah kamu disana, Uli Damayanti ? semoga kamu sehat
selalu. Entah kenapa, aku tak pernah bosan menulis tentang kamu, selalu ada
cerita-cerita baru yang ingin sekali aku tulis pastinya tentang kamu. Meski pun
aku juga tidak yakin kamu akan baca tulisan-tulisanku ini.
Beberapa judul yang aku tulis tentang kamu, yaitu Catatan Pertama Tentang Uli Damayanti, Catatan Terakhir Tentang Uli Damayanti, [MASIH] Tentang Uli Damayanti, Jatuh Cinta Sendirian, dan ini tentang
kamu lagi Surat Untuk Uli Damayanti.
Tapi sekali lagi aku katakan, aku tidak yakin kamu sudah membaca
tulisan-tulisanku itu.
Uli Damayanti, kamu tau gak, aku menceritakan kamu yang
aku samarkan namanya menjadi Uli Damayanti, aku buat dunia sendiri dimana kita
terasa dekat. Ya dunia khayalan, seolah aku dan kamu sangat dekat. Sayang itu
hanya khayalan. Entah kapan aku bisa bercerita langsung kepadamu Uli, bukan
lewat tulisan tapi lewat lisan. Biar pun suaraku agak sumbang untuk bercerita
tapi tak apa yang penting bisa membuatmu tertawa.
Oya, banyak cerita yang belum aku tulis tentang kamu.
Kamu masih ingat, waktu kamu bingung untuk memilih judul skripsi yang akan kamu
buat nanti, kamu sms aku “Ka” dan aku
jawab “Iya. Punten siapa ?”.
Sebenarnya aku udah tau kalau itu nomor kamu, cuma biar keren, biar sok cool,
biar kayak di film-film, aku pura-pura gak tau itu nomer siapa. Aku tau nomer
hape kamu itu dari dulu cuma, aku ngerasa gak enak aja kalau mau sms kamu,
takut kamu keganggu.
Nah setelah itu, kita sempet janjian untuk ketemuan. Bertemu
untuk memilih atau lebih cocoknya membuat judul skripsi untuk skripsi kamu
nanti, kalau gak salah kita janjian untuk betemu di hari Kamis, pukul 14.00 WIB
setelah kamu pulang kuliah. Tapi sayang kita tidak jadi bertemu karena kata
kamu, kamu sedang main di rumah saudara kamu. Padahal, saat itu aku selesai
tugas pukul 11.00 WIB, aku udah nunggu kamu di sekolah tempat aku mengajar yang
memang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kamu, dan aku juga udah bawa
buku-buku referensi bekas skripsi aku waktu aku masih kuliah, meski pun kamu
tidak meminta agar aku bawakan buku-buku itu. Tapi, karena gak jadi yaa
terpaksa aku pulang tanpa cerita.
Kita masih akrab waktu itu, di facebook kita sering
mengirimkan pesan, komunikasi di twitter pun berjalan. Atau setidaknya, kamu
mau membalas pesan dariku baik di facebook atau pun di twitter bahkan kita
sempat smsan. Namun sayang, saat itu pemilik hatimu marah, mungkin dia cemburu,
yaa wajar dia kan pemilik hati kamu jadi dia berhak cemburu. Berbeda denganku,
aku cemburu atau pun aku rindu juga, aku tak bisa mengungkapkannya karena itu
memang bukan hak ku. Mulai dari kekasihmu marah kita jadi semakin jauh, tak ada
sms dari kamu, tak ada pesan masuk dan komentar di facebook dari kamu, bahkan
mention aku di twitter tidak kamu balas. Tambah lagi kini nomer hapemu sudah
tidak aktif. Miris memang.
Meski pun kita tidak sering berkomunikasi seperti dulu
lagi tapi kamu harus tau, aku masih sering melihat kabar kamu, mengetahui apa
yang kamu rasakan, mencari tau keadaan kamu, meski pun lagi-lagi hanya lewat
media facebook dan twitter. Tapi setidaknya aku bisa tau kabar kamu, aku bisa
tau apa yang kamu rasakan, aku bisa tau keadaan kamu dan aku bisa tau tentang
kamu.
Lucu yaa kalau kamu jadi aku, dimana aku harus jatuh
cinta diam-diam kepada kamu. Nah, hal konyol yang dilakukan orang yang sedang
jatuh cinta diam-diam seperti:
1.
Menjadi Penguntit
Menjadi penguntit biasanya dia akan
mencari semua informasi tentang orang yang dia cintai, missal kayak dia akan
mencari tau kabarnya tanpa bertanya kepada orangnya langsung.
2.
Menjadi orang yang serba tau tentang
orang yang dia cintai
Menjadi orang yang serba tau tentang
orang yang dia cintai, missal dia tau dimana orang yang dia cintai tinggal
tanpa dia bertanya kepada orang yang dia cintai. Seperti aku, aku tau Uli
Damayanti tinggal dimana, aku tau Uli Damayanti SMP dan SMA-nya dimana, dan ini
yang lebih parah: aku tau Uli Damayanti
tidak menyukaiku.
3.
Menjadi orang yang suka senyum-senyum
sendiri kalau sedang memikirkan orang yang dia cintai
4.
Menjadi orang yang selalu merindukan
orang yang dia cintai, meski pun dia tau, dia tidak pernah dirindukan oleh
orang yang di cintainya. Ini puncak dari rasa rindu yang tak terungkapkan; Orang yang kita cintai hadir di mimpi kita.
5.
Selalu membuat sesuatu tentang orang
yang dia cintai. Dan;
6.
Ujung-ujungnya hanya bisa mendoakan
orang yang dia cintai, dengan siapa pun dia semoga dia bahagia.
Hmmmmmm…..
Bagaimana skripsimu, Uli Damayanti ? semoga kamu sudah
mendapatkan judul yang tepat untuk skripsimu. Lanjut terus, jangan menyerah
untuk mengerjakan skripsinya tapi jangan lupa juga untuk istirahat, jaga
kondisi kesehatannya. Nah, cara yang mudah biar skripsinya cepet kelar, Uli
kejar terus dosen pembimbingnya, jangan putus asa.
Ngomong-ngomong aku mau sombong sedikit nih. Liburan
sekolah ini aku mengisinya dengan mendaki gunung Ciremai. Ingin sekali aku ajak
kamu tapi aku urungkan niat itu karena aku yakin kamu pasti tidak mau. Awalnya
aku tidak menyangka bisa mencapai puncak gunung tertinggi di jawa barat itu
tapi ternyata aku mampu. Aku mampu menaklukan gunung yang terlihat agung itu.
Namun, menaklukan hati kamu aku belum mampu atau juga aku tidak mampu, itu
berarti di mataku kamu jauh lebih agung dibandingkan dengan gunung Ciremai,
gunung tertinggi di jawa barat.
Di atas puncak gunung Ciremai semua bisa terlihat,
pemandangan yang sangat indah. Namun, satu yang tak mampu aku lihat. Hatimu. Ya
hatimu, jangankan untuk membacanya, untuk melihatnya pun aku tak mampu. Kamu
telah menutup rapat-rapat hatimu, tak ada celah sedikit pun.
Di atas puncak gunung Ciremai itu, ku petik setangkai
bunga keabadian. Ku simpan bunga itu, meski pun tak secantik mawar, tak seharum
melati dan tak semahal bunga yang terbingkai namun untuk mendapatkan bunga itu
butuh perjuangan, sama seperti ingin menyapamu, aku butuh perjuangan. Tadinya
aku berpikir bunga itu akan ku berikan padamu tapi sepertinya itu hanya mimpi
buatku.
Ahhhhh aku tidak
mengerti dengan semua ini.
Ingin aku terbangun dari mimpi yang teramat panjang ini.
Setiap kali aku menyadarkan diri bahwa aku tak mungkin menjamahmu, tanganku tak
henti-hentinya memegang erat kepalaku seolah tak menginginkan aku sadar. Setiap
kali ku membuka mata, selalu wajahmu yang ku lihat. Bahkan dalam segala hal,
ketika bekerja, ketika main, ketika nonton televisi, ketika makan, ketika naik
motor, setiap langkah yang ku lalui, aku selalu berkata dalam hati “Seandainya ada kamu di sini Uli Damayanti”.
Uli Damayanti, aku bosan. Aku bosan harus menyapamu lebih
dulu, aku bosan menantimu online, aku bosan membuka didnding facebookmu hanya
untuk melihat kabar dan aktifitasmu kemarin, hari ini atau pun besok. Aku bosan
selalu menyapamu di sosial media dan tak kamu balas. Aku bosan setiap kali
handphone ku berbrunyi, jantungku berdebar lebih cepat berharap itu pesan atau
pun telepon dari kamu dan ternyata itu bukan, bukan dari kamu. Aku bosan
menunggumu menyapa balik di facebook, twitter atau pun lewat pesan singkat
dengan layar laptop di depan wajah, wajah yang selalu berharap itu pesan dari
kamu dan bantal yang selalu setia di bawah dagu atau dengan handphone yang
sengaja ku simpan disamping tubuhku. Aku bosan dengan semua itu. Namun, aku
rindu padamu jika aku tak seperti itu.
Uli, Uli, dan Uli Damayanti namamu tersimpan dengan rapih
di dalam hati ini. Mungkin karena hatiku tak berpenghuni akhirnya kau bebas
berlari dan berhenti di hatiku sesukamu.
Uli Damayanti, bahagiakah kau disana ? semoga engkau
selalu bahagia dalam hari-harimu. Namun, jika tidak ceritakanlah keluh-kesahmu
kepadaku seperti aku yang selalu bercerita kepadamu meski hanya lewat media
blog ini. Aku tak berharap untuk menjadi orang yang ada di hatimu, yang mengisi
hari-harimu. Aku hanya ingin menjadi pendengar setiamu yang mendengarkan berita
duka atau pun berita bahagia yang sedang kamu rasakan. Aku hanya ingin menjadi
sandaran hatimu karena jika aku ingin menjadi penghuni hatimu itu tak mungkin,
itu hanya mimpi buatku. Aku tak ingin menjadi pemimpi lagi, dimana aku akan
bahagia namun hanya di dunia khayalan dan ketika aku mulai sadar ternyata semua
itu kosong, hampa.
Uli Damayanti, sedang apakah engkau disana ?
Akihir-akhir ini entah kenapa aku jadi suka main gitar
sambil nyanyi-nyanyi padahal aku sudah lama tidak bermain musik. Lagu yang aku
suka banget sekarang, lagu ciptaan Pongky mantan vokalis Jikustik itu. Ada dua
lagu yang aku suka, lagu yang berjudul Seperti
Yang Kau Minta yang tadinya dibawakan oleh Chrisye dan lagu yang berjudul 1000 Tahun Lamanya yang tadinya
dinyanyikan oleh Jikustik dan sekarang di aransement ulang oleh Tulus. Ada
lirik lagu yang aku suka dari kedua lagu itu.
Lirik lagu yang aku suka dari lagu Seperti Yang Kau Minta
:
“Ampuni aku yang telah memasuki
kehidupan kalian
Mencoba
mencari celah dalam hatimu…
Aku
tau ku takan bisa menjadi seperti yang engkau minta
Namun
selama nafas berhembus aku kan mencoba…
Aku
tau dia yang bisa menjadi seperti yang engkau minta
Namun
selama aku bernyawa aku kan mencoba
Menjadi
seperti yang engkau minta”
Lirik
lagu yang aku suka dari lagu 1000 Tahun Lamanya :
“Jika
kau masih ragu untuk menerima
Biarkan
hati kecilmu bicara
Karena
ku yakin kan datang saatnya
Kau
jadi bagian hidupku
Kau
jadi bagian hidupku
Tak’kan
pernah berhenti untuk selalu percaya
Walau
harus menunggu 1000 tahun lamanya
Biarkanlah
terjadi wajar apa adanya
Walau
harus menunggu 1000 tahun lamanya
Selama
apa pun itu
Selama
apa pun itu
Aku
kan setia menunggu”
Entah kenapa aku jadi suka dengan lagu-lagu itu. Entah
karena lagu itu bagus atau juga entah karena lagu itu mewakili perasaan yang
sedang aku rasakan saat ini. Tapi, yang pasti lagunya itu memang enak di dengar.
Saat aku menulis surat ini, hanya kedua lagu itu yang menemaniku. Uli
Damayanti, jika kau mendengarkan kedua lagu itu, ingatlah aku karena dalam
cerita lagu itu sama seperti cerita kehidupanku yang aku rasakan saat ini
kepadamu.
Oya, ku ucapkan selamat kepadamu, kini kamu PPL di salah
satu SMPN 1 di Kabupaten Cirebon. Berjuang terus, buatlah otak para peserta
didiknya menjadi seperti otak B.J. Habibie.
Uli Damayanti kau tau, aku disini selalu mengingatmu
meski pun ku tau kau tak pernah mengingatku. Wajahmu tergambar jelas di pelupuk
mata, senyumu menari indah menyambutku dalam lamunanku. Kau yang mengisi
kekosongan hati ini, entah mungikin karena telah lama tak ada seseorang yang
mengisi hati ini.
Uli Damayanti,
banyak kata yang tak mampu ku ucapkan padamu. Lidahku keluh melihat tajamnyat
sorot matamu. Uli Damayanti, dengar, dengarkan aku ingin berkata aku jatuh dalam mimpi indah tentangmu.
Mengenalmu memberikan arti dalam jiwa. Mengagumimu memberikan arti rasa lelah. Aku tau, lelah jika mengagumi tanpa dikagumi.
Namun, mengagumimu adalah salah satu alasan mengapa aku mempertahankan hidup,
rasa cinta dan rasa sayang.
Uli
Damayanti, Uli Damayanti. Malam ini lentik jemari telah lukiskan sang dewi
rembulan malam, sejenak mata terbuai lelap akan paras pesonanya yang sangat
terlihat merona. Teduh mata berseri wajah akan cinta yang telah menjamah di dalam
sanubari dengan perlahan dan menghembuskan nafas terikhlasnya. Gemintangnya
purnama malam membuka sejuta lembar imajinasi yang sangat mengesankan dan masih
menggumpal bersama serpihan-serpihan di dalam relung hati. Ku puja rindu kasih
disepanjang waktuku dengan segenap ketulusan hati meski pun kini kian samar dan
tak bertapak seiring bergulirnya waktu. Uli Damayanti, taukah kau, meski pun
mataku yang tak selalu melihatmu, jemari tak selalu menyentuhmu, sepasang kaki
yang tak pernah berjalan bersamamu. Namun, ku punya hati dan perasaan yang
penuh kasih sayang untukmu.
Disini
aku terhempas, di alas kerikil tajam. Sempat membuat aku termangu. Mulanya teramat
perih dan kusimpan rasa duka ini seolah tak bertepi, mengelombang dipuing-puing
hati. Menjadi pemuja tanpa dipuja adalah kenyataan yang selalu ku hadapi. Hilang
arahku mencari pijakan diri karena cintamu, tempatku membasuh letih tak mampu
ku sentuh. Kini, aku harus sendiri menysuri setapak cerita sunyi. Biar aku yang
merasakan betapa sakitnya mencintai tanpa dicintai.
Uli
Damayanti, kau pandai memainkan busur panah Cuppid. Kau mainkan tiada
ampun hingga aku lemah tertusuk anak
panah yang kau lepaskan tepat di jantung hatiku. Panah yang kau lepaskan
membuatku tak berdaya.
Oh
Amour, ini adalah penderitaan atau kebahagiaan ?, ini adalah cinta atau luka ?,
ini adalah cinta atau luka ?. Kemana pun aku melangkah tak mampu aku
melupakannya, tak mampu meski hanya sekejap saja. Uli Damayanti dengarlah,
dengarkan rintihan hatiku yang selalu memanggil namamu, yang selalu merangkak
untuk menggapaimu, yang dalam setiap sujudku, aku selalu berdoa untuk
kebehagiaan dalam hidupmu, Uli Damayanti.
Uli
Damayanti, sebelum kau mengacuhkanku lebih jauh lagi, akhiri tulisan ini.
Semoga hari-harimu selalu diselimuti rasa bahagia.
Cirebon,
7-9 Januari 2015
Derif Rys Gumilar