Mencari teman baru di lingkungan yang baru itu sangat
susah. Kita harus bisa beradaptasi terlebih dahulu. Seperti orang yang tersesat
di tengah utan, kita harus mencari sesuatu untuk menghilangkan rasa jenuh,
disini sesuataunya itu adalah teman. Saat kuliah aku memiliki banyak teman
namun yang paling akrab hanya dua orang, dia bernama Dimas Darmawan dan Iif Rifky
Raki Putra. Entah kenapa aku merasa nyambung aja kalau ngobrol sama mereka,
kayaknya kalau mereka jadi cewek udah aku pacarin semua.
Kita bertiga saling mengerti satu sama lain. Iif sering
cerita masalah cewek yang dia taksir saat semester 3 dan Dimas sering cerita
tentang cewek yang dia taksir saat semester 7 bedanya kalau Iif cerita tentang
ceweknya dari mulai proses PDKT sedangkan Dimas cerita pas udah jadian. Aku tau
Iif penggemar berat team sepak bola Inter Milan sedangkan Dimas lebih suka
dengan team AC Milan dan aku lebih suka team Barcelona karena tinggi badanku
mirip dengan Lionel Messi, di bawah rata-rata.
Kelebihannya pun berbeda-beda. Iif cenderung lebih pintar
masalah kuliah sementara Dimas cenderung lebih pintar dalam bermain olahraga
tangan; main PS 2 dan aku lebih
pintar dalam menipu orang.
Hal yang tak pernah aku lupakan tentang Dimas yaitu
ketika dia tidak lulus dalam mata kuliah Sintaksis. Memang mata kuliah itu
sangat sulit bagi mereka yang tidak memahaminya termasuk Dimas. Saat itu Dimas
mengajak aku ke sebuah ruangan, dia bercerita tentang ketidak lulusannya itu
dan sebagai laki-laki yang sejati Dimas menangis. Ya dia menangis.
“Aku tidak lulus Rif mata kuliah Sintaksis”. Ucap dimas
yang masih tegar
“Sabar Mas”. Jawabku yang telah lulus “Oya kata Ibu kalau
mata kuliah Sintaksisnya gak lulus nanti PPL-nya di pending ke tahun depan Mas”
Lanjutku.
“Haah ??” Diams terkejut.
Sesaat air mata Dimas keluar dari matanya diiringi dengan
cairan yang keluar dari dalam hidunganya yang mengalir indah.
“Berarti aku gak boleh PPL tahun ini dong ?” tanya Dimas
“Yaa berdoa aja Mas, kira aja ada keajaiban datang
menyapamu”
Sekedar ngasih tau, jika mata kuliah Sintaksis tidak
lulus berarti PPL-nya di pending tahun depan dan jika PPL-nya dipending maka
penulisan skripsi juga di pending dan jika skripsinya di pending maka lulusnya
pun dipending dan jika lulusnya dipending maka wisudanya pun dipending dan jika
wisudanya dipending maka kesempatan untuk bekerjanya pun dipending dan jika
kesempatan bekerjanya dipending maka kesempatan untuk cepat menikahnya pun
dipending dan aku gak tau sudah berapa banyak kata sambung ‘dan’ dan kata
“dipending” dalam paragraf ini.
Kembali ke cerita. Aku melihat Dimas, dia diam, terus
berdoa berharap nilainya berubah. Dalam hati aku menggumam “andai dimas punya aladin, dia pasti bakal memanfaatkannya untuk
kelangsungan hidupnya yang masih panjang itu”.
Suasna hening aku tak mau mengganggu dia yang sedang asik
menangis menyesali apa yang telah dia perbuat sehingga dia mendapatkan cobaan
yang sangat berat itu; tidak lulus mata
kuliah sintaksis.
Tiba-tiba terdengar suara “hiks hiks”
“Kenapa Mas ?” tanyaku.
“Aku lagi nangis” jawab Dimas
“Oh nangis ?”
“Iya aku nangis”
“Ya udah lanjutkan nangisnya”
Menenangkan Dimas sedang menangis itu seperti menenangkan
beruang sedang mengamuk, bukan karena susah tapi karena penampakan badan Dimas
mirip beruang. Deskripsi tentang penampakan tubuh Dimas cuma satu; bulat.
Selain menangis gara-gara tidak lulus mata kuliah sintaksis,
Aku juga sering melihat Dimas yang menunjukan kelaki-lakiannya itu; 1) aku
pernah melihat dia menangis saat aku bernyanyi diiringi dengan gitar membawakan
lagu Berharap Kau Kembali miliknya J-Rocks dan lagu Demi Cinta miliknya
Kerispatih, 2) dia tidak berani menyatakan perasaannya kepada orang yang dia
cintai saat semester 2. Dia memang laki-laki banget.
Dari cerita tentang Dimas sebagai laki-laki sejati,
sekarang berpindah ke Iif sebagai laki-laki yang pendiam. Karena dia pendiam,
dia mempunyai teman akrab cuma aku dan Dimas, begitu pun aku, aku punya teman
akrab cuma Iif dan Dimas.
Deskripsi tentang sosok penampakan Iif. Iif tinggi
badannya imut mirip kayak saya, tinggi badannya di bawah Standar Nasional
Indonesia hanya bedanya dia badannya agak berisi, rambutnya lurus, dan kulitnya
putih. Kata orang, Iif mirip dengan vokalisnya Govinda.
Iif kalau lagi ngobrol dengan aku tidak jauh ngobrolin
tentang pendidikan, tentang ilmu, tentang tugas kuliah dan tentang cinta. Yaa
Iif dan aku terlahir sebagai orang yang sangat bijak dalam memecahkan suatu
permasalahan, itu menurutku.
Aku masih ingat saat mata kuliah Bahasa Inggris
berlangsung. Aku dan dia ngobrol-ngobrol tentang Bahasa Inggris yang berubah
menjadi pembicaraan tentang perempuan.
“Coba aneh gak If, kita kan anak Bahasa Indonesia kenapa
harus belajar Bahasa Inggris ?” tanyaku kepada Iif
“Iya Rif bener” jawab Iif “Aku gak suka dengan Bahasa
Inggris Rif” Lanjut Iif
“Sama If, aku juga gak suka Bahasa Inggris” ucapku
Tiba-tiba dari belakang Dimas berbisik “Sama If, Rif, aku
juga gak suka”
“Ya udah kita sepakat sama-sama gak suka Bahasa Inggris”
ucapku kepada mereka.
Disaksikan oleh botol air mineral yang isinya tinggal
setengah maka kita resmi “tidak suka
dengan mata kuliah Bahasa Inggris”.
“Bahasa Inggris mudahkan ?” tanya Dosen
Satu kelas serentak mengucapkan “Iyaaaaaaaaa”
“Jadi semuanya suka dengan bahasa Inggris?” tanya dosen
lagi
Satu kelas serentak mengucapkan “Sukaaaaaaaaaaaa” begitu
pun aku, Iif dan Dimas.
Hening.
Iif naksir anak kelas sebelah. Saat mata kuliah bahasa
Inggris berlangsung, dia curi-curi pandang dengan Dini yang aku samarkan
namanya. Memang hanya pas mata kuliah Bahasa Inggris yang bisa menyatukan
antara Iif dengan Dini.
Saat dosen menjelaskan tentang pronunciation, saat itu pula Iif menjelaskan tentang perasaannya
terhadap Dini kepadaku.
Tidak jauh berbeda denganku, Iif jatuh cinta diam-diam
kepada Dini sementara aku jatuh cinta diam-diam keepada Ica.
Waktu terus berlalu, semua berjalan dengan cepat. Tidak
lama kemudian, aku medapat kabar jika Iif sudah jadian dengan Dini, orang yang
selalu dia impikan. Sementara Dimas tidak bisa mendapatkan orang yang dia
impikan. Namun, di akhir semester 7 Dimas memberi tahu kalau dia sudah memiliki
pacar. Ya, keberuntungan Dimas bisa dicintai oleh orang yang mau menerima dia
apa adanya. Dan aku sempat memiliki orang yang aku cintai, yaitu Ica meski pun
kisah itu tidak bertahan lama, hanya bertahan 1 tahun. Tapi setidaknya, aku
sempat memiliki orang yang aku tunggu hatinya jatuh ke pelukanku sampai dua
setengah tahun lamanya itu.
Waktu mungkin tidak pernah salah, dalam satu hari hanya
24 jam, terus berjalan meninggalkan semua kenangan yang telah terjadi.
Kenangan-kenangan itu muncul kembali saat aku menulis
cerita ini, tentang persahabatan yang mungkin tidak akan pernah aku lupakan.
Aku ingat saat pertama masuk kuliah, aku hanya punya
teman Iif lalu masuk semester 2 aku akrab dengan Dimas.
Aku ingat saat Dimas menangis gara-gara tidak lulus mata
kuliah Sintaksis. Aku ingat saat Dimas menangis gara-gara aku bernyanyi sambil
main gitar lagu Kerispatih yang berjudul Demi Cinta yang momentnya pas Dimas
ditinggal orang yang dia cintai pergi ke Bogor untuk pindah kuliah. Aku ingat,
saat karaoke bareng, masuk rumah hantu bareng. Kita bertiga selalu bersama.
Sampai akhirnya kuliah selesai, Aku kini menjadi Sarjana Pendidikan begitu pun
dengan Dimas dan Iif sekarang masih berkelut dengan skripsinya yang tahun ini
akan sidang.
Semuanya masih tertata rapih di otakku.
Dimas, Iif saat kau baca tulisan ini, kau harus tau aku
selalu merindukan hari-hari seperti yang lalu. Penuh dengan canda, saling
berbagi, saling belajar tentang bahasa dan sastra Indonesia.
Semoga dengan berakhirnya tulisan ini kita bisa terus
bersama, sebagai teman, sahabat dan keluarga.
Ku akhiri tulisan ini. Sukses selalu kawan.
Karya Derif Rys Gumilar
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com