Selamat Datang, Baca, Pahami dan Rasakan dari Sebuah Tulisan

Selamat Datang, Baca, Pahami, dan Renungkan Makna Indahnya Kenganan dari Sebuah Tulisan
Kenangan tidak mudah untuk dilupakan hanya hilang ingatan yang bisa mengobatinya. Sekecil apa pun kenangan akan tetap berada di pikiran.
Kado Terakhir Untukmu menceritakan semua peristiwa yang telah terjadi, dilewati dan dirasakan sebagai bentuk apresiasi pada sebuah kenangan.
Tulislah apa yang kita rasakan dan rasakan apa yang kita tulis.


Kamis, 16 Oktober 2014

[MASIH] Dunia Uli Damayanti





Setiap orang memiliki definisi sendiri tentang kebahagiaan. Bagi seorang anak kecil, kebahagiaan itu ketika orang tuanya memberikan sebuah mainan baru untuknya. Bagi orang tua, kebahagiaan itu ketika anaknya tumbuh dewasa dan sukses dalam kehidupannya. Bagi sebuah keluara, kebahagiaan itu sangat sederhana yaitu ketika bisa kumpul bersama dalam tangis maupun tawa. Begitu pula dalam sebuah hubungan pacaran.
            Sebuah hubungan pacaran berisi dua insan yang “saling jatuh cinta” jika hanya satu yang memiliki cinta itu namanya “sudah jatuh tapi tak dicinta”. Orang yang saling jatuh cinta atau disingkat jadi pacaran pasti setiap ngobrol dengan pacarnya selalu hadir kalimat “aku cinta kamu” yang dibalas dengan “aku juga cinta kamu” tapi itu biasanya 1-3 bulan pertama. Namun, di  bulan ke-4 hadir kalimat baru (biasanya cewek yang bilang) “Kok kita gini-gini aja yaa”. Di bulan ke 6 hadir lagi kalimat yang sederhana tamun bikin susah tidur, yaitu “Aku jenuh”. Bulan ke-8 “Mending kita putus aja yaa”.
            Tidak selamanya orang pacaran itu pasti putus, contohnya temanku, dia pacaran dengan teman kuliahnya sejak dia kuliah kemudian setelah lulus dia menikah dan hebatnya lagi dia sekarang sudah memiliki buah hati hasil dari buah cintanya. Intinya dalam sebuah hubungan pacaran itu cuma dua; 1) aku bahagia; 2) aku tidak bahagia.
            Naah dalam pacaran juga definisi bahagia itu berbeda-beda, ada yang mengartikan bahagia itu ketika berduaan sambil gelap-gelapan, ada juga yang mengartikan bahagia itu kalau makan berdua di tempat makan yang terkenal dan iklannya dimana-mana, ada juga yang mengartikan bahagia itu ketika punya pacar yang berpangkat, ada juga yang mengartikan bahagia itu ketika saling setia, saling jujur, saling terbuka, ada juga yang mengartikan bahagia itu ketika pacaran selalu maunya jalan-jalan terus, ada juga yang mengartikan bahagia itu ketika menulis “ada juga yang mengartikan”. Intinya bahagia itu luas, tergantung dari apa yang kita inginkan dan ketika keinginan itu tercapai itulah yang dinamakan bahagia, padahal apa yang kita inginkan belum tentu jadi apa yang kita butuhkan.
            Seperti yang aku rasakan saat ini. Aku menulis pengalaman-pengalaman yang telah aku lewati mulai dari yang “gak banget, galau dan jatuh cinta sendirian yang ku tulis menjadi cerpen tujuaannya yaitu untuk saling berbagi pengalaman dan harapannya tokoh atau inspirasi yang ada dalam cerita bisa baca bahwa aku sedang menulis tentang dia.
            Beberapa hari yang lalu, orang yang aku samarkan namanya menjadi Uli Damayanti sudah membaca cerpen yang aku tulis tentu saja cerpen tentang dia dan perasaan yang aku punya. Ya aku pernah jatuh cinta kepadanya.
            Semuanya memang aneh, aku belum pernah ngobrol bareng dengan Uli, jangankan ngobrol bareng kumpul bareng pun aku belum pernah. Aku juga tidak pernah smsan atau telpon-telponan dengan Uli, jangankan untuk telpon atau sms, nomer hape-nya aja aku gak punya. Namun, aku bisa jatuh cinta kepadanya. Mungkin itu yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama atau mungin juga itu adalah jatuh cinta sendirian.
            Aku kenal dengan dia karena kita satu universitas dan aku akrab, maaf di ralat, sedikit akrab dengan Uli cuma lewat facebook dan twitter itu pun kadang dia tidak membalasnya.
            Kalau belum tau Uli Damayanti baca cerpen yang berjudul Catatan Pertama Tentang Uli Damayanti dan Catatan Terakhir Tentang Uli Damayanti.
            Kebali ke cerita.
            Senin, 13 Oktober 2014 aku mengambil keputusan yang sangat besar yang menyangkut hidup dan matiku, yaitu aku meng-inbox Uli. Niatnya sih pengen inbox-an doang lagian biasanya gak pernah dibalas inbox dari aku tapi ternyata dia membalasnya.
            “Liiii...’ pesan dariku yang dikirim melalui facebook.
            “Iya ka” jawab Uli di ujung sana yang dilanjutkan dengan bertanya masalah judul skripsi.
            Aku bales pesannya. Sebelum pesannya aku kirim, aku baca-baca terlebih dahulu lalu aku hapus lagi dan terus seperti itu sampai akhirnya aku menemukan kalimat yang tepet.
            “Li aku pernah bikin cerpen yang terinspirasi dari Uli”
            Dan terus berlanjut hingga akhirnya dia membaca cerpen karangan aku yang terinspirasi dari dia.
            Sekarang aku tau bahwa Uli Damayanti sedang dipusingkan untuk memilih judul skripsi antara Bahasa atau Sastra. Kalau aku, pasti ku pilih Uli aja tidak perlu pusing.
            Malam pun berlanjut, aku masih tetap gak menyangka bahwa aku telah memberi tahu dia tentang cerpen yang ku tulis itu dan setelah sadar hati kecil berkata “bego banget apa yang harus aku lakukan jika aku bertemu dia nanti, malu ? pasti lah
            Dalam perasaan yang tidak karuan antara malu dan lega karena habis buang air, temanku iif dan Asep mengajaku untuk kumpul-kumpul besok di kampus. wajarlah kita sudah lama tidak bertemu, aku tau mereka kangen kepada orang yang gaul dan keren abis kayak aku ini. Lalu aku putuskan besok ikut ke kampus.
            Jreng jreng
            Disinilah awal dari cenat-cenut menuju jedar-jeder.
            Ketika sampai di kampus ku pilih untuk nongkrong di kantin langganan depan kampus. Kuperhatikan semuanya, banyak yang berubah, dari jalanan yang menjadi makin gersang, mahasiswanya makin tambah banyak yang membuat tempat duduk di kantin menjadi penuh dan sesak, dan penjual kantin kini memiliki anak lagi yang baru berumur kurang dari satu tahun.
            “Assalammualaikum” Ucapku
            “Waalaikumsalam” jawab si penjual kantin “Wiiih S.Pd datang nih” lanjutnya
            “Gimana kabarnya Teh ?” tanyaku
            “Baik”
            “Masih Inget saya gak ?”
            “Iya ingetlah, kamu kan Derif yang tiap hari makannya cuma Rokok doang”
            “Hmmmmm” Gumamku
            Satu hal yang aku tau ternyata aku diingat karena aku jarang pernah makan di kantin cuma beli minum dan rokok doang.
            Gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba adik tingkatku, Dwi muncul di balik gerbang kampus berwarna putih.
            Aku sms Dwi “Wi, saya ada di kampus. sini sih”
            Dia pun datang. Kita ngobrol-ngobrol mulai dari bertanya bagai mana kabarnya sampai bertanya ke bagai mana kabar Uli Damayanti.
            Dwi adalah salah satu teman yang paling akrab denganku, dia mau mendengarkan cerita aku dan yang pasti dia juga temannya Uli.
            “Uli berngkat Wi ?” tanyaku
            “Berangkat tadi aku ketemu dia ada di kelas kak”
            “Aku udah ngasih tau dia kalau aku pernah bikin cerpen tentang dia” ucapku
            “Terus terus ?” tanya Dwi yang gak tau antara bersemangat apa kepo
            “Ya udah gitu aja”
            “Yaaaahh”
            “Yaa lagian aku mah cuma pengen dia tau aja kalau aku pernah bikin cerpen tentang dia, kalau masalah pengen deket mah gak masih jauh dari pikiran secara dia udah punya pacar takut nanti aku malah merusak kebahagiaannya” tegasku.
            Lalu Dwi nge-BBM Uli dan tidak lama kemudian Uli keluar dari sarangnya.
            “Itu kak Uli” ucap Dwi.
            Ku lihat dia sedang berdiri di depan kampus yang sedang berbicara jarak jauh dengan Dwi. Aku langsung lemas, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, keringat dingin langsung becucuran dan hatiku berkata “Ya Allah”.
            “Sini LI” kata Dwi.
            Jantung berdetang makin lebih cepat lagi
            “Ka, kata Uli dianya buru-buru”
            “Lagian siapa juga yang nyuruh dia kesini, disinikan rame kalau sepi mah ayo-ayo aja.” Jawabku.
            Kayaknya kalau Uli jadi menghampiri Dwi dan Aku, bisa-bisa aku langsung kejang-kejang lalu dia duduk di dekatku bisa-bisa aku langsung mati.
            Tidak lama kemudian Dwi pun pergi mencari dosen.
            Menurutku bahagia untuk saat ini adalah Uli bisa baca cerpen karanganku tentang dia, bagus atau tidaknya cerpen itu gak masalah yang terpenting dia sudah membacanya dan dia akhirnnya tau bahwa aku pernah jatuh cinta kepadanya.
            Mungkin bagi dia biasa saja ketika dia tau aku pernah membuat cerpen tentangnya. Namun, setidaknya kini dia tau.
            Ini masih dalam dunia Uli Damayanti. Dunia yang aku sendiri tidak tau akan penghuninya, akan keindahannya atau akan kekurangannya. Dalam dunia itu aku hanya bisa melihat lewat teropong dari jarak jauh, ingin ku langkahkan kaki untuk lebih dekati namun saat ku langkahkan kaki, saat itu pula aku disadarkan bahwa aku tak mungkin menginjakan kakiku di dunia Uli Damayanti.
            Satu hal yang aku tahu, Gunung itu indah jika dilihat dari jarak jauh tapi jika didekati jalannya terjal dan berliku. Mungkin aku akan melihat dia dari jarak jauh, hanya melihat.
            Bagiku sederhana, bisa melihat dia tersenyum saja sudah cukup.
            Itulah kebahagian, kebahagiaan menurut definisiku.



Karya Derif Rys Gumilar
Follow Twitter  @Gumilar_
Facebook : eriefgilaraquino@rocketmail.com